(54)Jangan tinggalin aku

745 44 6
                                    

Mee berjalan sendirian di trotoar sambil menunduk lesu. Ramai mobil di samping kanannya tidak mempengaruhi pendengaran Mee.

"Maafin Mee, Mas. Kita sampai disini aja" gumam wanita itu pelan.

Entah bagaimana, Mee bisa sampai di jalanan yang cukup ramai kendaraan. Sendirian tanpa Firman bersamanya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Ramai pedagang kaki lima yang memenuhi trotoar.

Banyak juga pembeli yang mampir di pedagang itu. Dengan alasan membeli atau hanya sekedar ingin melihat-lihat. Mee tersenyum sebelum akhirnya senyumnya pudar mendengar suara ribut klakson mobil dan juga teriakan warga.

Mee menoleh dan melihat beberapa mobil yang sudah tumpang tindih menumbur kanan kiri sisi jalanan. Ia juga dapat melihat mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arahnya berdiri.

Semua terjadi terlalu cepat. Mee tidak sempat menghindar hingga ia merasa tubuhnya terpental jauh dan tergeletak ditengah jalan setelah berguling-guling. Mee terdiam dan merasakan seluruh tubuhnya yang sakit sekali. Darah segar juga merembes dari jilbab yang ia pakai.

Mee melirik mobil tadi yang menabraknya, sampai sebuah jeritan kecil keluar dari bibir mungilnya kala merasakan kakinya dilindas mobil yang juga kehilangan kendali.

"Mbak Meeee...!!!" Sebelum matanya tertutup sempurna, Mee melihat Rayyan ada di kerumunan warga yang akan menolongnya.

"Rayy... " lirih sekali Mee memanggil Rayyan yang kini menggenggam tangan Mee.

"Mbak..." Isakan Rayyan masih terdengar samar di telinga Mee. Wanita itu membalas genggaman tangan Rayyan dan berbisik sangat lemah dan pelan.

"Mas Man... "

Anak laki-laki itu menangis menatap keadaan Mee yang mengenaskan. Begitu juga Mee, air mata mengalir melewati wajahnya yang penuh dengan darah.

"Mbak Mee bertahan!" Samar-samar Mee mendengar jeritan Rayyan sebelum akhirnya matanya tertutup rapat.

Di rumah sakit tempat Mee ditangani...

Firman menangis didepan ruang tunggu. Ada tim juga disana, mereka semua menangis mendengar kabar Mee yang menjadi salah satu korban kecelakaan beruntun. Kecelakaan yang sedang hangat dibicarakan di TV manapun.

Seorang dokter keluar dengan wajah lesu. Membuat Firman yang masih menangis sesenggukan bangkit dan menatap dokter dengan maksud bertanya.

"Maaf... Korban tidak bisa diselamatkan" ucap dokter dengan suara pelan dan lemah.

Firman menggeleng dan memegang bahu sang Dokter. Ia menatap mata dokter tanpa mengatakan apapun. Air mata itu kian deras mengalir dari mata indahnya.

"Jangan bohong, pak! " Firman sedikit mengguncang bahu dokter yang menangani Mee.

Dokter mengangguk lemah dan sedikit mengusap matanya. Ia tidak sanggup untuk bertukar pandang dengan pria di hadapannya.

"Benar, Pak. Semua usaha telah kami kerahkan. Namun, nyatanya Tuhan lebih memilih korban untuk kembali. Pembuluh darahnya pecah, robek besar dibagian kepala dan wajah membuatnya kehilangan banyak darah, serta remuknya tulang kaki kanan dan kiri membuatnya tidak bisa bertahan lebih lama setelah kejadian" Dokter menepuk pundak Firman sebelum pergi meninggalkan mereka semua.

Firman terdiam, tidak menangis juga tidak berkata apapun. Ia menatap lantai lalu tertawa kecil. Kini matanya menyapu semua temannya yang mendampingi sedari tadi.

"Man... " Mas Ado mendekat dan ingin menyentuh Firman. Dengan cepat pria itu menghindar.

"Uwes, Man. Wes yo, seng ikhlas. Men Mee gak abot" juga dengan derai air mata, Mas Cahyo memeluk Firman yang kini mulai gemetar.

OmmeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang