Firman sampai di rumah Dyah saat matahari mulai di telan langit barat. Menyisakan Oranye terang memenuhi luasnya langit Magelang.
Seharian ini Firman sudah berkeliling untuk mencari Mee. Ini kali kedua Firman datang kesini. Siang tadi, rumah ini kosong. Dan Firman mengulanginya di sore ini.
"Yakin, Man?" Tanya Mas Ado yang setia menemaninya sedari tadi.
Ada Zidan dan juga Mas Cahyo yang juga ikut menemani Firman mencari Mee. Sedangkan Mas Joko dan Rayyan menunggu mereka di kediaman Firman dan keluarga.
"Ini opsi terakhir. Pasti ada, Mas Ado. Kalo gak ada aku gak akan pulang sebelum ketemu sama Mee" ucap Firman yakin. Ia melepas seatbelt kemudian turun lebih dulu dari Mas Ado.
Firman berjalan cepat, ia mengetuk pintu pelan dan mengucapkan salam. Hening, tidak ada jawaban dari dalam. Namun, Firman mendengar langkah kaki mendekati pintu.
"Eh, Man... " sapa Mas Bobby saat pintu terbuka.
"Mas... Mee di sini kan? Dia ada di dalam kan?" Firman memegang kedua bahu Mas Bobby.
Pria itu diam tidak menjawab. Mengartikan bahwa Mee benar-benar ada di sana. Ia malah menatap Mas Adi di belakangnya.
"Mas, tolong aku mau ketemu sama Mee... Aku mohon Mas... Bilang kalau Mee di sini!" Mohon Firman dengan mata berkaca-kaca.
Akhirnya Mas Bobby mengangguk setelah mendapat kode dari Mas Ado. Ia memegang bahu Firman yang merosot lesu.
"Iya, Mee ada di dalam. Sama Dyah" ucapnya membuat Firman langsung mengangkat wajahnya yang lesu.
"Izinin Aku ketemu, Mas. Bolehkan?" Kini mata yang sendu itu berubah menjadi binar yang terang penuh harap.
Tiba-tiba, Dyah keluar dari rumah dan berdiri tepat disamping Mas Bobby. Ia menatap Firman dengan tatapan kecewa. Matanya sembab dengan wajah memerah.
"Gak semudah itu, Man!" Ucap Dyah dengan nada dingin.
Firman kini menatap Dyah dengan wajah dan mata penuh harap dan permohonan. Ia benar-benar ingin bertemu istri kecilnya.
"Kamu apain adikku, Man sampai dia kayak gitu?! Mee udah Aku anggap adikku sendiri. Tega kamu! Luka yang kamu kasih ke Mee itu terlalu besar. Dia terluka, Omman!" Bentak Dyah diiringi air mata yang kembali jatuh.
"Aku emang salah, Yah. Aku jahat sama Mee. Tapi itu semua diluar kehendak aku. Aku gak mungkin nyakitin Mee dengan sengaja" jawab Firman pelan. Tidak memiliki energi lagi untuk sekedar menjelaskan semua yang telah terjadi.
"Kamu tau, Mee aku temuin lagi berusaha bunuh diri. Hati mana yang gak sakit lihat wanita setulus itu berusaha mengakhiri hidupnya? Coba bilang samaku, Man. Hati mana?" Isak Dyah sambil menunjuk dadanya sendiri.
Firman mematung. Mendengar Mee berusaha bunuh diri membuat jantungnya seakan berhenti berdetak. Dadanya sesak, udaranya sempit. Ia tidak bisa membayangkan sekacau apa Mee hari ini.
"Bunuh diri?" Beo Firman dengan suara bergetar. Tatapannya mendadak kosong menatap Dyah.
Dyah mengangguk pelan. "Mee lagi nyayat tangannya sendiri di lorong pasar yang sepi, Man. Bahkan sebelumnya banyak barcode yang udah dia buat. Gimana kalau tadi gak ada orang? Kita kehilangan orang baik yang paling kita sayang, Man" ucap Dyah pelan. Isakannya tambah pilu, air matanya kian deras. Membuat Mas Bobby sigap merangkul istrinya.
Zidan, Mas Cahyo dan Mas Ado terdiam. Mendengar kejadian yang Mee alami membuat mereka tak bisa berkata-kata.
Mereka ikut sakit kala mendengarnya. Ternyata wanita lugu yang setiap hari selalu tersenyum dan menebar tawa memiliki beban begitu berat sampai memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Untung Dyah melihat Mee yang berjalan sendirian ke lorong sepi sambil menangis dan melamun. Fikiran buruk sudah menggerayangi Dyah pagi tadi. Membuatnya langsung menyusul dan menemukan Mee dengan kondisi memperihatinkan.
"Cil... " panggil Firman saat melihat Mee yang berdiri di dalam rumah Dyah dengan raut sendu.
Dyah dan suaminya menoleh, melihat Mee yang mematung sambil menitikkan air mata. Mas Bobby membawa istrinya untuk minggir agar Firman dan Mee bisa bertemu.
"Cil... " Panggilnya lagi dan langsung berjalan mendekati Mee.
Pria itu terlihat begitu rapuh sekarang, jalannya yang pelan dan langsung berlutut saat tiba di hadapan Mee. Kini tangis itu pecah menyisakan isak sendu dan bahunya yang bergetar.
"Maafin aku, Cil" kini Firman benar-benar menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Tangannya menumpu tubuhnya yang lemas, dengan kepala tertunduk sangat dalam.
Mee diam tidak berkutik. Hatinya sakit bukan main hingga membuatnya tidak gentar saat melihat Firman dengan keadaan seperti itu. Namun, air matanya seakan tak pernah kering. Mengalir dan terus mengalir membasahi pipi mulusnya.
"Ayo marah, Cil. Pukul aku, sakitin aku. Ayo marah. Sakitin Aku cepat. Aku ikhlas asalkan rasa bersalah Aku terbayar, Cil. Jangan diem gini, plis. Marah, sayang. Sakitin fisik aku, kalau itu bisa bikin kamu kembali. Ayo, Cil" mohon Firman dengan derai air mata.
Wanita itu masih diam. Isakannya bahkan tidak lagi terdengar walau air mata itu tidak berhenti mengalir. Namun, melihat Firman yang terus memohon untuk disakiti membuat Mee berjongkok dan menyentuh wajah suaminya dengan kedua tangan.
"Omman capek? Kita pulang ya istirahat di rumah" ucap Mee sembari menghapus air mata Firman.
Bibir wanita itu tersenyum seperti biasa. Walau senyum palsu penutup luka, Firman sudah sedikit lega melihatnya.
Firman meraih tangan Mee yang berada di pipinya "Pukul aku, Cil. Ayo marahin aku sepuas kamu. Biar rasa bersalah aku hilang" Ucap Firman dengan tatapan sendu.
"Menyakiti kamu adalah hal yang paling Mee benci, Mas" Mee membawa Firman untuk bangkit berdiri.
"Kita pulang, istirahat. Oke?" Sekali lagi Mee mengusap pipi Firman dan merapikan rambut pria itu yang berantakan.
Dyah mendekati keduanya dan memeluk Mee erat. Menangis di bahu wanita itu. Dengan lembut Mee mengusap bahu Dyah lembut sambil berucap.
"Terimakasih, Mbak. Karena kamu, aku masih bisa lihat Omman untuk seterusnya"
Dyah mengangguk dan melepaskan pelukannya. Ditatapnya wanita itu dan berpesan "sebesar apapun masalahnya, jangan pernah mencoba untuk mengakhiri hidup ya, Mee. Karena yang perlu kita akhiri hanya masalahnya bukan hidupnya"
Mee tersenyum dan mengucapkan terimakasih sekali lagi. Kecupan di kedua pipi Dyah berikan untuk Mee sampai wanita itu tersenyum.
"Kalian... Ayo cepet pulih. Kita kumpul lagi di bc. Kita ngonten lagi, seneng-seneng lagi. Kami semua gak pernah syuting apapun semenjak kalian gak ada. Makanya, cepet kembali ya" pinta Dyah sambil sesekali melirik Firman yang masih diam seribu bahasa.
Mee mengiyakan dan berpamitan. Ia cukup lelah akhir-akhir ini. Membuatnya depresi dan melakukan hal bodoh tadi.
Zidan membantu Firman untuk segera masuk ke mobil. Pria itu seperti kehabisan tenaga hingga terkulai lemas tak berdaya. Sedangkan Mee berjalan didampingi Mas Cahyo dan Mas Ado. Mee tak kalah lemah. Hanya saja wanita itu mampu untuk menutupinya.
༶•┈┈⛧┈♛ 𝐹𝑀 ♛┈⛧┈┈•༶
𝑆𝐸𝐵𝐸𝑆𝐴𝑅 𝐴𝑃𝐴𝑃𝑈𝑁 𝐵𝐴𝐷𝐴𝐼𝑁𝑌𝐴, 𝐵𝐸𝑅𝑈𝑆𝐴𝐻𝐴𝐿𝐴𝐻 𝑈𝑁𝑇𝑈𝐾 𝐵𝐸𝑅𝑇𝐴𝐻𝐴𝑁 𝐷𝐴𝑁 𝑇𝐸𝐾𝐴𝐷𝐾𝐴𝑁 𝑈𝑁𝑇𝑈𝐾 𝑆𝐸𝐿𝐴𝑀𝐴𝑇.
𝐵𝑈𝐾𝐴𝑁𝑁𝑌𝐴 𝑀𝐴𝐿𝐴𝐻 𝑀𝐸𝑀𝐼𝐿𝐼𝐻 𝑀𝐴𝑆𝑈𝐾 𝐾𝐸𝐷𝐴𝐿𝐴𝑀 𝐿𝐴𝑈𝑇𝐴𝑁.𝑀𝐸𝑀𝐴𝑁𝐺 𝐵𝐴𝐷𝐴𝐼 𝐼𝑇𝑈 𝐻𝐼𝐿𝐴𝑁𝐺, 𝑇𝐴𝑃𝐼 𝐴𝑃𝐴 𝐾𝐴𝑀𝑈 𝑇𝐴𝑈 𝑅𝐴𝐻𝐴𝑆𝐼𝐴 𝐷𝐼𝐵𝐴𝐿𝐼𝐾 𝐺𝐸𝐿𝐴𝑃𝑁𝑌𝐴 𝐿𝐴𝑈𝑇 𝐷𝐴𝐿𝐴𝑀?
𝐾𝐴𝐿𝐼𝐴𝑁 𝐹𝐴𝐻𝐴𝑀 𝑀𝐴𝐾𝑆𝑈𝐷 𝑈𝑇𝑂𝑅 𝐾𝐴𝑁?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ommee
Teen FictionMencintai gadis dengan segala luka memang bukanlah hal yang biasa... Tapi, Ameelya menemui sosok pria yang bisa membuatnya kembali melihat dunia... Dia adalah Firman Maulana... Mencintai gadis luka itu dengan segala macam cara, berjuang demi terbit...