(31) Malam Untuk Mee dan Omman

936 43 5
                                    

Setelah sesi foto bersama dengan fans juga pemberian salam perpisahan, mereka memutuskan untuk pulang. Jam juga sudah menunjukkan pukul 19.30 wib, belum lagi mereka akan menempuh perjalanan sekitar kurang lebih dua jam.

"𝘊𝘪𝘭... 𝘊𝘪𝘭, 𝘭𝘩𝘰 𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘥𝘪 𝘤𝘢𝘩 𝘤𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘬𝘢𝘦? 𝘉𝘰𝘤𝘪𝘪𝘭𝘭!" Firman celingukan mencari Mee. Padahal baru saja wanita itu ada disampingnya.

"𝘉𝘢𝘪𝘺𝘰𝘩, 𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘥𝘪 𝘦𝘦? 𝘕𝘨𝘦𝘯𝘦 𝘪𝘬𝘪 𝘭𝘦𝘬 𝘯𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘤𝘦𝘬𝘦𝘭𝘪. 𝘕𝘨𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨!" Gerutu Firman.

"𝘔𝘢𝘴 𝘈𝘥𝘰, 𝘔𝘦𝘦 𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘥𝘪 𝘺𝘰?"

Mas Ad𝘰 mengerutkan keningnya "𝘺𝘰 𝘳𝘢 𝘳𝘰𝘩, 𝘔𝘢𝘯. 𝘕𝘥𝘦𝘬 𝘮𝘢𝘶 𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘥𝘪? 𝘙𝘢 𝘮𝘣𝘰𝘬 𝘤𝘦𝘬𝘦𝘭𝘪 𝘱𝘰 𝘰?" (Ya nggak lihat, Man. Tadi di mana? Gak kamu pegangin kah?)

Pria itu menggeleng lalu pergi untuk mencari Mee. Mas Ado hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dalam hatinya ia berkata "𝘣𝘰𝘤𝘪𝘭 𝘨𝘰𝘭𝘦𝘬𝘪 𝘣𝘢𝘺𝘪" lalu tersenyum.

"𝘙𝘢𝘺𝘺𝘢𝘯, 𝘯𝘥𝘦𝘭𝘰𝘬 𝘔𝘣𝘢𝘬 𝘔𝘦𝘦 𝘱𝘰 𝘳𝘢 𝘬𝘰𝘸𝘦?" Rayyan mengedikkan bahu. Walau aslinya anak itu tetap celingukan mencari Mee.

"Hayolo, Mas Man. Hilang separuh jiwamu!" Ledek Rayyan.

Firman tidak menggubris. Ia kembali melangkah menyusuri keramaian. Firasatnya membawa dirinya ke penjual yang ada di sana.

"𝘑𝘢𝘯, 𝘤𝘢𝘩 𝘤𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘬𝘦𝘮𝘦𝘭𝘪𝘵𝘪𝘬 𝘯𝘥𝘢𝘥𝘢𝘬 𝘯𝘨𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘣𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘩. 𝘕𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘥𝘪 𝘵𝘰 𝘬𝘰𝘸𝘦 𝘬𝘪, 𝘊𝘢𝘩 𝘈𝘺𝘶? 𝘖𝘫𝘰 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘪 𝘔𝘢𝘴 𝘮𝘶 𝘬𝘪 𝘵𝘦𝘬𝘰 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘴𝘶𝘳𝘪 𝘵𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘭𝘩𝘰. 𝘞𝘦𝘴 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘭 𝘭𝘦 𝘯𝘫𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘶!" (Haduh, anak kecil cemintil malah hilang segala sih. Dimana kamu ini, anak manis/anak cantik? Jangan membuat Mas mu ini harus mengelilingi taman ini lho. Sudah capek habis kesurupan tadi!)

Omelan pria itu tak kunjung berhenti selama mencari keberadaan Tuan Putrinya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Tempat itu masih ramai oleh penonton tadi. Bahkan sesekali ada yang berteriak memanggil. Dengan sopan Firman melambaikan tangan sebagai jawaban.

"𝘠𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘥𝘪 𝘵𝘰 𝘬𝘰𝘸𝘦 𝘪𝘬𝘪, 𝘊𝘪𝘭?" Firman beberapa kali menelpon wanita itu. Tapi tidak diangkat. Rasa khawatir dan fikiran buruk mulai berdatangan di benaknya.

"Ameelya Faulani, Cintaku, Sayangku, kamu di mana ya?"

Saat sedang menyusuri penjual miniatur kesenian, Firman tidak sengaja melihat Reza berada disana. Bersama dengan orang yang membuatnya harus berkeliling untuk mencari keveradaanya.

"𝘕𝘢𝘩, 𝘬𝘢𝘦 𝘣𝘰𝘤𝘢𝘩𝘦!" Firman menggelengkan kepalanya lalu mendekati mereka.

"Heh, 𝘭𝘢𝘱𝘰 𝘬𝘰𝘬 𝘬𝘰𝘸𝘦 𝘯𝘨𝘨𝘰𝘸𝘰 𝘣𝘰𝘤𝘪𝘭𝘬𝘶? 𝘙𝘢 𝘬𝘰𝘯𝘥𝘰 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘩. 𝘈𝘬𝘶 𝘬𝘪 𝘮𝘶𝘳𝘦𝘯𝘨-𝘮𝘶𝘳𝘦𝘯𝘨 𝘭𝘦 𝘯𝘨𝘨𝘰𝘭𝘦𝘬𝘪, 𝘩𝘦𝘦𝘦𝘩𝘩!"(heh, kenapa kamu bawa bocilku? Gak ngomong lagi. Aku ini muring-muring lo nyariinnya) Omel Firman kepada Reza.

"Weeehh, 𝘴𝘦𝘬 𝘴𝘢𝘯𝘵𝘢𝘪, 𝘉𝘳𝘰! 𝘕𝘥𝘦𝘦 𝘬𝘪 𝘴𝘦𝘯𝘨 𝘯𝘨𝘪𝘯𝘵𝘪𝘭𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘬𝘰𝘬. 𝘞𝘰𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶 𝘯𝘺𝘢𝘥𝘢𝘳𝘦 𝘸𝘦 𝘸𝘦𝘴 𝘵𝘦𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘯𝘦!" (santai dulu, Bro! Dia ini yang ngikutin aku kok. Orang aku sadarnya pas udah sampai sini!) Jawab Mas Reza.

OmmeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang