Setelah dua minggu full latihan, hari ini adalah hari dimana mereka akan menampilkan seluruh hasil kerja kerasnya.
Mee sibuk mondar-mandir dari dapur ke kamar, lalu kembali lagi kedapur. Tentunya menyiapkan seluruh kebutuhan yang pasti dipakai suaminya nanti di lokasi.
Ia juga sibuk menyiapkan sarapan supaya mereka berdua tidak kelaparan nanti. Perjalanan jauh dari Magelang ke Wonosobo yang memakan waktu sekitar kurang lebih dua jam, mengharuskan mereka untuk menyiapkan segala kemungkinan.
"Cil, baju hitam aku kemana ya?"
Mee yang tengah menata piring di dapur, terdiam sejenak. Bukankah seluruh baju milik Firman berwarna hitam?
"Bajumu hitam semua, Mas"
"Yang sablon biru itu lho, Cil?"
Mee menggaruk keningnya. Setelah menuangkan air panas ke dalam gelas kopi Firman, Mee langsung menghampiri pria itu.
"Baju hitam yang mana 𝘵𝘰, Mas?"
"Yang ada sablon birunya, disini" Firman menunjuk dada kirinya.
"Ooohh, disini. Kan kemarin baru aku cuci" Mee membuka lemari dan mengambil baju yang di maksud suaminya.
"Sudah, apalagi?"
"Apa ya?" Firman menatap tas yang akan dibawanya. Ia merasa sudah lengkap karna Mee yang menyiapkan semuanya.
"Baju gantinya jangan cuma satu. Kaos putih yang beli di Salatiga waktu itu kan belum pernah di pakai!"
Firman mengangguk. Ia menurut saja pada apa yang Mee katakan. Menurutnya, wanita itu lebih tau apa yang akan dibutuhkannya nanti selama pentas.
"Cepetan, kalo sudah siap 𝘮𝘢𝘦𝘮 𝘥𝘶𝘭𝘶. Aku mau mandi sebentar"
"Siap, ndoro putri" Firman memberikan hormat pada Mee. Membuat wanita itu mencubit jahil di pinggang Firman.
Sepeninggal Mee. Firman mematung sejenak, ia teringat obrolannya dengan sang Ibu tadi malam
"Gimana? Kamu harus memutuskan, Nak!"
"Aku nggak mau, Bu. Aku sudah punya istri. Kenapa ibu nerima perjodohan itu, sedangkan Man udah menikah sama Mee"
"Ibu sudah lama menjodohkan kamu sama dia. Tapi kamu yang nggak mau dan malah memilih menikah sama istri kamu yang sekarang!" Ibu meninggikan suaranya.
"Itu pilihan Firman, Bu" jawab pria itu dengan nada lelah.
"Ibu sudah tua, ibu cuma pingin anak-anak ibu semuanya itu nurut. Bapak udah nggak ada, apa susahnya kamu nurut sama permintaan ibu, Man?"
"Dengan mengorbankan perasaan yang Firman punya? Firman gak mau cerai sama Mee, Bu"
Terdengar isakan kecil dari ibunya di seberang telpon. Membuat Firman memejamkan mata menahan sakit yang tak kalah hebat.
"Bu, Man bakal nurutin semua kemauan ibu. Tapi nggak dengan ini. Mee sudah jadi tanggungjawab Firman, Ibu. Man sayang, Man cintanya sama Mee. Bukan sama dia, Bu" ucap Firman yang juga menahan isak tangis. Dadanya sesak menahan sakit yang hampir luruh dengan air mata.
"Gimanapun juga kamu harus tetap menerima perjodohan itu. Tentang Mee, pilihan dia hanya cerai atau di madu" setelah mengatakan itu sambungan telpon diputus membuat Firman meluruhkan air matanya.
Hatinya kembali sakit mengingat percakapan itu. Bagaimana respon Mee saat tau bahwa Firman dijodohkan? Bagaimana hati wanita yang selama ini ia jaga saat tau bahwa cinta untuknya akan dibagi dengan wanita lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ommee
Teen FictionMencintai gadis dengan segala luka memang bukanlah hal yang biasa... Tapi, Ameelya menemui sosok pria yang bisa membuatnya kembali melihat dunia... Dia adalah Firman Maulana... Mencintai gadis luka itu dengan segala macam cara, berjuang demi terbit...