(36) Permintaan Bia

521 29 1
                                    

Firman menatap Mee yang tertidur di kamar tamu. Setelah mengangkat telpon dari Bia tadi, Firman langsung melihat sang istri. Rupanya wanita itu terlelap.

"Cil, Mas pergi dulu ya..." Firman kembali menutup pintu dengan sangat hati-hati.

Gerakannya sangat pelan agar tidak terjadi kecerobohan yang akan membangunkan Mee. Wanita itu adalah tipe yang mudah terbangun ketika ada suara berisik, walau hanya sedikit.

Ia mendorong motornya menjauh dari rumah. Dan baru menghidupkannya ketika sekiranya tidak terdengar suaranya sampai rumah.

Ia bergegas meninggalkan komplek perumahan. Menuju tempat yang telah dibicarakan tadi bersama Bia.

"Aku cuma mau nolongin dia, Ya Allah" ucap Firman.

Ya, Firman benar-benar pergi untuk bertemu Bia. Membahas bayi yang ada di kandungan wanita itu. Bayi yang hadir karna ulah pria bejat tak bertanggungjawab.

Firman hanya ingin menolongnya. Tak lebih. Ini sebagai balasan, karna dulu wanita itulah yang membantunya keluar dari masa terpuruk.

Setelah mengendarai motor sekitar dua puluh menit, ia memarkirkan motor di salah satu restoran besar di daerah sana. Firman melepas helm dan kemudian melangkah masuk.

Ia menatap sekeliling, mencari keberadaan wanita yang katanya sudah sampai lebih dulu. Firman sedikit menyipitkan mata ketika melihat seseorang melambaikan tangannya. Ia mendekati orang itu, dan ternyata benar. Ialah orang yang sedang ia cari.

"Hai, Man" Bia tersenyum manis menyambut Firman.

"Udah lama?" Firman langsung mengambil tempat duduk tanpa menjawab sapaan Bia.

"Nggak lama banget kok. Sekitar sepuluh menit" jawab Bia. Ia mendekatkan gelas kopi pada pria itu.

"Diminum! Sekalian tadi, pas pesan minuman punyaku" jelas Bia tanpa Firman minta.

"Makasih!" Firman sama sekali tidak menatap Bia. Ia sibuk mencari kesibukan agar tidak terlalu lama melihat wajah wanita itu.

"Seharusnya aku yang terimakasih. Terimakasih ya, sudah mau datang demi bayi aku" ucap Bia lembut.

"Iya sama-sama. Jadi gimana? Apa sudah ada rencana?" Tanya Firman 𝘵𝘰 𝘵𝘩𝘦 𝘱𝘰𝘪𝘯𝘵.

"Ada" Bia menatap Firman dalam. Namun pria itu malah menatap kearah lain.

"Nikah sirih sama aku" lanjut Bia yang langsung membuat Firman menatap Wanita itu dengan tatapan tak suka.

"Aku?" Ucapnya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, Man. Kamu" Bia tersenyum.

"Gila kamu. Cari cara lain!"

Bia menyedot jus miliknya. Sesekali mengaduknya dengan sedotan lalu kembali meminumnya.

"Gak ada, Man. Papa cuma percaya kamu dan Dylon. Tapi kamu tahu sendiri, Dylon khianatin aku dengan malah menikah sama perempuan lain. Bahkan cowok bajingan itu ninggalin beban di tubuh aku!"

Firman menegapkan duduknya. Ia merasa tidak suka dengan ucapan Bia, yang mengatakan janinnya adalah beban. Bukankah setiap bayi adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri?

"Jangan bilang itu beban, Bi. Itu tetap bakal jadi anak kamu nantinya!" Tegur Firman tegas.

"Dia gak punya ayah, Man! Aku cuma punya dua pilihan. Nikah siri atau aborsi. Gak ada yang lain" Bia menunduk. Ada tatapan putus asa di sana.

Firman menyugar rambutnya. Ia tahu, wanita di hadapannya merasa sangat tertekan sehingga membuatnya tidak bisa berfikir luas.

"𝘖𝘳𝘢 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢𝘣𝘰𝘳𝘴𝘪, 𝘉𝘪. 𝘕𝘨𝘨𝘢𝘬, 𝘯𝘨𝘦𝘯𝘦 𝘸𝘦. Papamu 𝘯𝘨𝘦𝘳𝘵𝘪 nggak Dylon sudah 𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩?"

OmmeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang