(35) Jadi, beneran?

754 34 3
                                    

Sesampainya di warung pecel lele rekomendasi Faisal, Mee segera masuk dan duduk di salah satu bangku kosong. Menunggu adiknya memesan dua porsi nasi.

Warung itu tepat berada di pinggir jalan. Membuat para pengunjung leluasa melihat jalanan yang ramai.

Mee menatap jalanan yang sepi, mungkin sebentar lagi waktu maghrib tiba. Ia teringat suaminya yang ternyata belum mengabarinya sampai saat ini. Apakah pria itu belum sampai rumah, sehingga tidak bertanya kemana dirinya pergi. Lantas pergi kemana Firman, kenapa jam segini belum sampai rumah?

"Mbak, minumnya 𝘵𝘢𝘬 pesenin es teh aja, gak papakan?"

Lamunan Mee buyar ketika Faisal yang tiba-tiba sudah duduk di hadapannya. Ia sedikit mengerutkan kening lalu tersenyum dan mengangguk.

"Mbak, kalo dicariin Firman, eh maksudnya Mas, gimana? Emang udah bilang kalo mau pergi sama aku?" Faisal menatap Mee serius. Pasalnya, setahu Faisal, Mee jarang sekali meminta keluar bersamanya. Karna pasti, Firman akan siap sedia ada untuk Mee walau hujan petir halilintar menghadang.

"Nggak" Mee menatap jalanan "kayaknya" sambung Mee lalu menunduk.

"Mbak, aku tau ini bukan urusan aku. Aku tau aku ini bocil yang gak seharusnya ikutan masalah Mbak sama Mas. Tapi apa bener Mbak lagi... Mmm... Berantem sama Mas Man?" Tanya Faisal hati-hati.

Mee hanya membalas dengan senyuman. Tapi Faisal tahu, mata wanita itu tidak bisa berbohong. Ada rasa lelah di sana, juga kecewa dan luka. Raut sedih sangat jelas di wajah cantiknya.

"𝘔𝘰𝘯𝘨𝘨𝘰 Mas, Mbak" ucap seorang pelayanan yang mengantarkan pesanan mereka.

"𝘕𝘨𝘨𝘪𝘩, 𝘮𝘢𝘵𝘶𝘳 𝘯𝘶𝘸𝘶𝘯" jawab Faisal dan Mee berbarengan.

Faisal mulai melahap makanannya, dan itu tidak lepas dari perhatian Mee. Wanita itu menatap Faisal senang dengan senyum yang terus mengembang. Rasanya senang, bisa membuat adik sendiri bahagia. Sederhana, tapi tak semua orang bisa.

Mee pun mulai memakan makanannya. Walau tak selahap Faisal, karena memang nafsu makannya berkurang. Mee lebih banyak melamun menatap jalanan. Posisinya langsung berhadapan dengan jalan, sedangkan Faisal duduk tepat di depannya sehingga membelakangi jalan.

"𝘋𝘪𝘮𝘢𝘦𝘮 𝘵𝘰, 𝘔𝘣𝘢𝘬. 𝘎𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘯𝘦𝘯𝘨 𝘱𝘰? 𝘕𝘨𝘨𝘰 𝘢𝘬𝘶 𝘸𝘦" goda Faisal.

Wanita itu mengerutkan kening dan menarik piringnya "𝘸𝘦𝘦 𝘺𝘰 𝘰𝘫𝘰. 𝘓𝘢𝘱𝘦𝘳 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘦𝘦"

"𝘈𝘬𝘶 𝘯𝘢𝘮𝘣𝘢𝘩 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘯𝘥𝘢𝘬, 𝘔𝘣𝘢𝘬?"

"Belom kenyang kamu?" Faisal menggeleng sambil cengengesan.

"Ya boleh, tapi habisin dulu yang itu" jawab Mee. Ia berpura-pura memakan makannya dengan senang. Menutupi rasa yang ada dalam hatinya.

Mee kembali menatap jalanan yang kini benar-benar sepi. Hanya ada beberapa pemotor atau mobil yang lewat. Saat sedang asyik melamun, Mee dikejutkan dengan pemotor yang memarkirkan motornya di seberang jalan. Tepat di depan toko bunga.

Demi meyakinkan pandangannya, Mee sampai harus menyipitkan mata. Memastikan benar atau salah apa yang ia lihat.

Yang membuat Mee sangat amat terkejut adalah, orang itu datang bersama wanita. Hatinya kembali teriris melihat pemandangan menyakitkan di sana.

Ya, suaminya datang ke toko bunga bersama perempuan lain yang sama sekali tak ia kenali. Firman tampak berbicara dengan wanita itu sebelum masuk kedalam toko sendirian.

OmmeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang