(46)Masih tentang luka

451 23 0
                                    

Firman mencuci wajah dikamar mandi rumah sakit. Pantulan wajahnya di cermin terlihat kuyu tak bertenaga. Mata panda juga satu tercetak jelas dalam bingkai wajah pria itu.

"Aku gak siap, Cil. Kamu kemana kok gak bisa ditelpon? Aku... Mau pergi sama Alina hari ini. Aku harus izin sama kamu kan? " ucapnya pada pantulan di cermin.

Hari ini Firman harus pergi bersama keluarga Alina untuk mengurus undangan dan fitting baju. Ia tidak pergi sendiri, melainkan didampingi oleh Mbak Hanna agar tidak terjadi fitnah.

Selain itu, Firman juga sudah menelpon Mas Cahyo. Memberi tahu bahwa pernikahannya akan diselenggarakan sebentar lagi. Ya, pria itu memberi tahu Mas Cahyo dengan derai air mata. Ketidaksiapannya untuk memadu Mee membuat hatinya hancur sekarang.

Firman keluar kamar mandi dengan wajah letih. Ia menatap ibunya yang terbaring dengan senyum paksa. Wanita itu sudah sadar sejak tadi malam, dua jam setelah operasi.

"Hati-hati ya, Nak" pesan sang ibu saat Firman menyalami tangannya.

Pria itu mengangguk, lalu melangkah keluar mendahului kakak perempuannya. Tatapan mata Firman kosong sesaat, membuat langkahnya terhenti. Bola mata hitamnya berubah putih dan terlihat menyeramkan.

Mbak Hanna yang melihat itu langsung menarik Firman untuk duduk di bangku. Ia memegang jemari Firman yang mulai kaku juga mendingin.

"𝘔𝘢𝘯... 𝘒𝘰𝘸𝘦 𝘯𝘨𝘰𝘱𝘰, 𝘥𝘦𝘬?" Tanya Mbak Hanna khawatir.

Wanita itu tau, kalau Firman tengah dirasuki teman mainnya. Dengan perlahan, Mbak Hanna mengusap tengkuk Firman sampai pria itu mengerang sedikit.

"𝘖𝘫𝘰 𝘮𝘣𝘰𝘬 𝘭𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘤𝘢𝘩 𝘪𝘬𝘪, 𝘕𝘥𝘶𝘬. 𝘋𝘶𝘯𝘺𝘰 𝘪𝘬𝘪 𝘸𝘦𝘴 𝘰𝘯𝘰 𝘴𝘦𝘯𝘨 𝘯𝘨𝘢𝘵𝘶𝘳, 𝘖𝘫𝘰 𝘮𝘦𝘬𝘴𝘰 𝘯𝘨𝘦𝘭𝘢𝘸𝘢𝘯 𝘢𝘳𝘶𝘴. 𝘊𝘢𝘩 𝘪𝘬𝘪 𝘭𝘰𝘳𝘰 𝘢𝘵𝘪𝘯𝘦, 𝘤𝘢𝘩 𝘪𝘬𝘪 𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘨𝘦𝘭𝘦𝘮 𝘬𝘢𝘳𝘰 𝘸𝘦𝘥𝘰𝘬 𝘣𝘦𝘭𝘪𝘯𝘨𝘴𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘪𝘬𝘶, 𝘕𝘥𝘶𝘬" suara Firman berubah seperti lebih berat, akan tetapi berbisik.

Setelah mengatakan itu, suhu badan Firman kembali normal. Tubuhnya juga tidak sekaku tadi membuat Mbak Hanna menghembuskan nafas lega.

"Maaf, Mbak. Ical 𝘮𝘦𝘬𝘴𝘰 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬! " ucap Firman pelan.

Mbak Hanna mengangguk lalu menarik Firman untuk segera pergi dari sana. Pesan dari ical terngiang di otaknya. Sekejam itu Ia sebagai kakak. Tidak bisa berjuang demi kebahagian adiknya.

Tiba-tiba langkah Firman kembali terhenti sejenak. Matanya fokus menatap objek didepan sana. Saking fokusnya, ia sampai lupa jika sedang bersama Mbak Hanna.

"Lihatin apa, Man?"

Firman menoleh "ah enggak, Mbak. Alina nunggu dimana katanya? " ucap Firman mengalihkan pembicaraan.

Mbak Hanna menjawab, tapi tidak dihiraukan oleh Firman. Pria itu masih sibuk mengamati sesuatu yang pasti tidak salah.

Kira-kira, apa yang pria itu lihat? Kenapa ia sampai seserius itu. Tanpa Mbak Hanna sadari, Firman mengepalkan tangannya.

༶•┈┈⛧┈♛ 𝐹𝑀♛┈⛧┈┈•༶


Mobil milik Firman berhenti saat sampai di lokasi perjanjian. Firman memilih tidak turun dari mobilnya, begitu juga Mbak Hanna yang mempersilahkan orang itu masuk dari dalam.

Ternyata Alina mengajak seorang perempuan yang usianya terpaut di atasnya kira-kira lima atau enam tahun. Lewat kaca mobil, Firman menatap gadis itu dengan tajam. Seolah menuntut jawaban.

OmmeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang