12. Sekolah Angker (6)

116 10 0
                                    

Praja dan Maya kini sudah tiba di tanah lapang tempat terakhir Praja bertemu dengan Gandra.

Suasana tempat ini cukup sepi dengan rerumputan dan beberapa pohon yang memenuhi tempat ini.

"Praja, di mana sosok yang kamu maksud tadi?" Tanya Maya sembari melihat ke sekeliling.

"Tunggu sebentar, dia pasti akan segera muncul!" Balas Praja.

Setelah menunggu beberapa saat, Praja mulai merasakan aura kuat yang datang mendekat.

Tak hanya Praja, bahkan Maya pun juga merasakannya. Ia berdiri sambil memegangi kedua lengannya menandakan bahwa tubuhnya mulai tidak nyaman dengan kehadiran aura tersebut.

"Nah, dia datang!"

Pandangan mata Maya menangkap sosok raksasa berbulu dengan wajah yang menyeramkan. Sorot mata sosok itu berwarna merah menyala, juga taring yang besar membuat gadis itu merasa takut hingga refleks melangkah mundur.

"Jangan takut, Maya! Aku tidak akan menyakitimu!" Ujar Gandra.

Gandra pun memperkenalkan dirinya sebagai sesosok Genderuwo yang memimpin para jin di kota ini.

"Selama ini, aku selalu mengawasi mu dan juga adikmu, Nayla. Sehingga selama kalian di kota ini, tidak akan ada satu jin pun yang berani mengganggu kalian!" ucap Gandra.

Maya terkejut mendengar ucapan Gandra barusan, "Mengawasi kami? Apa alasanmu melakukan itu?" Tanyanya.

"Soal itu aku punya alasan tersendiri. Kalo mau kuceritakan alasannya, kalian harus membuka kekuatan Indriya dalam diri kalian dulu, setelah itu baru akan ku ceritakan alasan ku melindungi kalian selama ini!" Balas Gandra.

"Bagaimana caranya? Dan juga kalo kamu melindungi kami, kenapa belakangan ini Kostan kami bisa di teror oleh setan?"

"Soal caranya aku tidak tahu, mungkin kalian bisa mencari tahu soal cara membuka kekuatan kalian sendiri. Tenang saja, para Indagis pasti akan membantu kalian!" Jelas Gandra.

"Kalau soal setan yang meneror kalian itu di luar kendali ku. Salah satu bawahanku sudah menyelidiki soal asal kuntilanak itu, dan dia menemukan bahwa di kota lain di pinggiran hutan ada seorang dukun sakti yang memelihara banyak jin dan roh jahat. Tidak salah lagi, dia lah yang mengirim para mahluk gaib untuk meneror kalian!" Lanjutnya lagi.

"Jadi maksudmu, kami harus pergi ke sana dan melawan dukun itu?" Tanya Maya dengan nada khawatir.

Gandra mengangguk, ia sendiri tidak bisa pergi ke kota lain karena itu di luar batas wilayahnya. Sehingga ia mempercayakan keselamatan Maya dan Nayla pada Praja yang merupakan seorang Indagis.

***

Praja dan Maya sudah kembali ke Kostan, di sana tampak Bima dan Nayla sedang duduk menunggu mereka.

"Loh kalian kemana aja? Dari tadi kami tungguin tapi kalian gak ada di rumah!?" Tanya Nayla.

"Kami tadi ada sedikit urusan, nanti Kakak ceritain sama kamu ya!" Balas Maya membuat Nayla sedikit bingung.

Pandangan Maya pun teralih pada Bima yang juga ada di sana.

"Kamu temannya Nayla?"

"Iya, saya ke sini untuk mengantar Nayla pulang, sekalian untuk menjelaskan penyelidikan hantu di sekolah pada Praja!" Ujar Bima.

Bima kemudian menjelaskan soal hasil penyelidikan mereka. Soal identitas para hantu itu, kebiasaan, dan juga level kekuatan mereka.

"Jadi diantara mereka hanya Farah yang bisa dibilang kuat ya!? Kalau begitu nanti malam kita harus menyelesaikan soal kasus mereka secepat mungkin!" Ujar Praja.

"Eh malam ini? Serius?" Nayla tampak terkejut mendengar ucapan Praja.

"Loh bukannya kamu yang minta biar gak ada hantu lagi di sana?" Balas Praja.

"Iya sih, tapi kan ... ." Raut wajah Nayla kini berubah takut, hal itu di sadari oleh Maya.

"Sudah-sudah, Nayla, kita kan gak sendirian, jadi kamu jangan takut ya! Tenang aja, ada Kakak juga kok yang nemenin kamu!" ucap Maya mencoba menenangkan adiknya.

Dengan begitu sudah diputuskan bahwa malam ini mereka berempat akan pergi ke sekolah dan mengatasi masalah hantu di sana.

***

Malam hari pun tiba, Praja dan yang lain kini sudah berada di depan gerbang sekolah. Tentu saja Praja dan Bima sudah dalam wujud astral mereka.

"Yakin nih aku dan kak Maya juga ikut?" Tanya Nayla.

"Iya lah, biar lebih cepat selesai juga. Lagian hantunya juga lemah, kecuali si Farah sih," balas Bima.

"Gerbangnya masih digembok, jadi kayaknya kita berdua gak bisa masuk!" Nayla mencoba ngeles agar dia tidak perlu ikut masuk ke dalam.

"Kalo soal itu gampang kok!" Praja mengarahkan telapak tangannya ke arah gembok, seketika gembok itu pun terbuka.

"Ini adalah salah satu kemampuan khusus para Indagis. Tenang saja, aku hanya membuka gemboknya secara paksa kok, bukan merusaknya!" Terang Praja.

Mereka pun mulai melangkah masuk ke area sekolah yang kini tampak sunyi tanpa ada seorang pun selain mereka berempat.

"Ngomong-ngomong, kenapa di sekolah sebesar ini tidak ada security atau penjaga sekolah yang berjaga malam-malam ya?" Ujar Maya.

"Orang gila mana yang mau berjaga di sekolah angker tengah malam begini?" Sahut Bima.

"Sebetulnya ada sih security yang jaga malam dulu, tapi kebanyakan dari mereka langsung berhenti setelah kerja 2-3 hari. Pasti mereka di gangguin sama hantu!" Jelas Nayla sembari memasang raut wajah takut.

"Lalu bagaimana dengan CCTV? Kalo wajah kita berdua terekam CCTV kan bisa gawat!" Tanya Maya lagi.

"Biasanya gampang rusak, mungkin dirusakin sama Farah makanya begitu!" Balas Nayla.

"Begitu ya, kalo begitu tugas kita jadi lebih mudah!" Ucap Praja, ia tampak mengambil 2 batang kayu di dekat mereka dan memberikannya pada Maya dan Nayla.

"2 batang kayu itu sudah kualirkan energi astral, sehingga sekarang bisa digunakan untuk memukul mahluk astral seperti para hantu itu!" Terangnya.

"Tenang saja Nayla, yang tadi siang itu terjadi karena kita kurang persiapan. Sekarang kamu sudah punya senjata, jadi kalo ada apa-apa kamu bisa pukul saja hantunya!" Ucap Bima yang mencoba menenangkan Nayla.

"Baiklah, sekarang waktunya kita berpencar dan melakukan rencana yang sudah kita susun tadi!" Tegas Praja.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang