36. Warung Makan Pesugihan (3)

247 18 3
                                    

Pagi itu, Praja dan yang lainnya sedang berkumpul di ruang tamu untuk mendiskusikan soal warung makan yang mereka selidiki semalam.

"Lihat, rencanamu semalam gagal, Praja!" Ujar Bima dengan kesal.

"Ya kegagalan rencanaku kan karena kejadian semalam di luar prediksi kita. Biasanya juga rencanaku yang begitu selalu berhasil menyelesaikan kasus dengan cepat!" Balas Praja.

"Tapi kira-kira kenapa kemarin banyak mahluk halus yang menjaga tempat itu ya?" Heran Maya.

"Pasti pemilik tempat itu bukan orang biasa, bisa jadi dia merupakan seorang Indigo atau dukun yang sangat sakti. Atau kemungkinan terburuknya, pemiliknya adalah seorang Indagis!" Jelas Praja, membuat semua orang di sana terkejut.

"Indagis? Kalo begitu bakalan sulit dong buat kita nyelesain kasus itu. Kita kan gak tau kemampuan musuh seperti apa?" Keluh Nayla.

"Tenang saja, kita kan punya Praja, seperti yang pernah ku jelaskan dulu, kalo dulu kekuatannya itu dipakai untuk memburu para Indagis, jadi harusnya untuk melawan Indagis lain adalah hal yang mudah baginya!" Terang Bima.

"Eh, memburu para Indagis?" Maya tampak terkejut mendengar ucapan Bima barusan.

Bima lalu sedikit menjelaskan soal legenda Indagis Harimau Putih yang dulunya merupakan seorang pemburu Indagis yang haus akan kekuatan.

Maya sendiri terkejut mendengar bahwa ternyata silsilah keluarga Praja memiliki masa lalu yang seperti itu.

"Ya tapi itu kan masa lalu nenek moyangku, aku sendiri bahkan belum pernah bertemu Indagis lain selain kamu," balas Praja.

"Tapi kurasa, kekuatan bang Praja dan kamu gak beda jauh deh!?" Ucap Nayla kepada Bima.

"Ya karena aku sendiri masih minim pengalaman, aku memang sudah sering bertarung melawan banyak hantu, tapi bukan berarti aku tahu segalanya. Nyatanya aku tidak sehebat yang kalian pikirkan kok!" Ujar Praja.

Bima pun menghela napas mendengar ucapan Praja barusan, "Terus kita harus gimana sekarang?" Tanyanya.

"Aku ada ide!" Ucap Praja, yang langsung disanggah oleh Bima.

"Ide kau kemarin saja gagal, mau ngasih ide lagi?" Sanggahnya.

"Eh dengerin dulu dong! Soalnya ideku ini akan kita laksanakan nanti malam!" Ucap Praja.

Pada akhirnya, Bima, Maya dan Nayla mendengarkan ide yang Praja utarakan.

"Bagaimana, kalian setuju?" Tanya Praja meminta kepastian.

"Yah, berhubung kita tidak punya pilihan lain, jadi ayo kita lakukan rencanamu malam ini!" Tegas Bima.

***

Malam harinya, di sebuah area yang cukup luas. Praja dan Maya kini sedang bersiap untuk melakukan rencana mereka, kali ini mereka juga bersama dengan Gandra sebagai bala bantuan untuk melaksanakan rencana mereka.

"Untuk kali ini saja aku membantu kalian dalam urusan ini, Indagis!" Ucap Gandra.

"Iya, mohon bantuanmu ya, Gandra!" Pinta Praja.

Pandangan Gandra pun teralih pada Maya, "lalu bagaimana dengan Maya? Apa kalian sudah menemukan cara untuk membangkitkan kekuatannya?" Tanyanya.

"Soal itu masih belum berhasil kutemukan caranya, tapi secepatnya akan ku usahakan kok!" Balas Praja.

"Kamu jangan khawatir, Gandra, aku dan adikku sekarang sudah bisa menjaga diri kami sendiri, berkat bantuan dari Praja dan Bima!" Ujar Maya, dibalas dengan anggukan Gandra.

Perlahan, Praja pun mengeluarkan aura energi yang cukup besar. Cukup untuk memancing para mahluk halus untuk mendekat.

Para mahluk halus yang menjaga warung makan itu pun merasakan energi yang besar dari kejauhan. Sehingga mereka terpancing untuk mendekati tempat itu.

"Maya, Gandra, bersiaplah untuk bertarung!" Perintah Praja.

***

Sementara itu, warung makan itu kini hanya diisi oleh para pelayan yang tampak takut sekaligus waspada. Mereka terus mengawasi sekitar, namun mereka tak menyadari seekor ular kecil merayap di langit-langit ruangan.

Lalu ular itu menyemprotkan bisanya ke arah para pelayan itu tanpa mereka sadari. Hingga beberapa saat kemudian, racunnya terserap ke dalam kulit mereka, dan para pelayan itu pun tumbang tak sadarkan diri.

"Kerja bagus, Nagagini!" Puji Bima yang muncul dalam wujud astralnya bersama dengan Nayla.

"Sekarang ayo kita cari data-data tentang pemilik warung makan ini!" Ujar Nayla, dibalas dengan anggukan Bima.

Mereka berdua pun bergegas mencari dokumen soal pemilik warung makan itu di setiap sudut ruangan.

Saat sedang mencari dokumen itu lah, Bima menyadari bahwa bangunan itu tidak memiliki ruang khusus tempat para jin pesugihan untuk tinggal untuk meminta tumbal.

Bahkan sepanjang pencarian, Bima dan Nayla juga tidak menemukan benda atau pun artefak aneh yang biasanya digunakan untuk media pesugihan.

"Ini aneh, kenapa warung makan ini tampak normal? Tidak ada benda aneh apapun di sini!" Batin Bima dengan heran.

Setelah sekian lama mencari, akhirnya Nayla berhasil menemukan dokumen yang dimaksud di dalam sebuah laci lemari.

"Nah, ini dia dokumen yang kita cari-cari!" Seru gadis itu.

Mereka pun segera membaca isi dokumen itu.

"Bagus, kita sudah mendapat info soal pemilik tempat ini. Sekarang ayo kita pergi dari sini!" Ujar Bima.

Mereka pun segera mengembalikan dokumen itu ke tempatnya semula, dan kemudian segera bergegas pergi dari sana.

***

Sementara itu, di lokasi Praja.

Ia bersama dengan Maya dan Gandra mati-matian berusaha melawan hantu sebanyak itu.

Sebenarnya Gandra bisa saja memanggil bawahannya untuk membantu, tapi ia tidak ingin menciptakan perang di alam jin demi urusan sepele seperti ini.

Dengan menggunakan cakarnya astralnya, Praja menangkis dan mencabik setiap hantu yang mendekat ke arahnya.

Sementara Gandra, selain menggunakan cakarnya yang tajam. Ia juga mengandalkan pukulan dan tendangan yang sangat kuat hingga mampu meremukkan musuh sekali serang.

"Kekuatan Gandra sangat hebat, tidak heran jika dia menjadi penguasa gaib di kota tempatku tinggal sekarang!" Batin Praja.

Sedangkan Maya, karena ia tidak memiliki banyak pengalaman bertarung. Ia tampak kesulitan mengatasi musuh yang menyerangnya dari segala arah.

Di satu titik, punggungnya sempat tercakar oleh sesosok Kuntilanak putih. Ia berusaha membalas serangan pada Kuntilanak itu.

Namun dari arah lain ada mahluk halus lain yang menyerangnya, hingga membuatnya terpental ke belakang.

"Maya!" Teriak Praja dengan panik.

Dari kejauhan, tampak beberapa Pocong berusaha meludahinya.

"Gawat, ludah Pocong sangat berbahaya, aku harus bangkit!" Batin gadis itu sembari berusaha untuk bangkit berdiri.

Namun terlambat, Pocong-pocong itu sudah menembakkan ludah padanya.

Beruntung, Gandra tiba-tiba muncul di hadapannya untuk melindunginya dari ludah para Pocong itu.

"Maya, sepertinya kamu masih belum banyak berpengalaman!" Ucap Gandra, tampak di lengan dan tubuh mahluk itu mengeluarkan asap akibat cairan asam dari ludah Pocong yang ia terima barusan.

Mendengar kata-kata Gandra barusan, membuat Maya tertunduk. "Lagi-lagi aku tidak berguna!" Batin gadis itu.

Gandra segera mengangkat kedua tangannya dan menghantamkannya ke tanah. Hingga menciptakan ledakan energi dari dalam tanah yang mengarah pada para Pocong itu.

Akhirnya setelah pertarungan panjang, pihak Praja memutuskan untuk mundur dan bersiap untuk melaksanakan rencana berikutnya.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang