20. Pertarungan melawan Sang Dukun (4)

100 10 0
                                    

Sosok Kuntilanak itu menatap tajam ke arah Praja sembari menyeringai. Pemuda itu merasakan bahaya yang mengancam dari keberadaan mahluk itu.

Kuntilanak itu pun melompat dan mendarat tepat di hadapan Praja. Pemuda itu menyadari bahwa Kuntilanak di hadapannya ini jauh lebih kuat ketimbang Kinanti.

"Jadi kamu ya, pemuda yang namanya Praja? Kudengar dari Kinanti, kamu berhasil mengalahkan dia," ucap sosok itu.

"Iya, memang apa urusannya denganmu? Kamu ingin menghalangiku juga?" Tanya Praja dengan waspada.

Kuntilanak itu terkekeh kecil. "Kamu ini memang menarik ya! Sebelumnya perkenalkan namaku Kenanga, kuharap kamu bisa menghiburku dengan kemampuanmu itu!"

Sesaat setelah berbicara, Kenanga langsung melancarkan serangan pada Praja. Pemuda itu langsung refleks menahan serangan dari sosok itu.

Namun serangan Kenanga terlalu kuat, Praja sampai terpental dan tubuh astralnya pun terluka akibat cakaran Kenanga di bagian tangannya.

"Bagus Kenanga, habisi dia! Ada hal penting yang harus kuurus di dalam!" Ucap Prapto sembari berbalik dan masuk ke dalam gubuknya.

Tanpa basa-basi Kenanga kembali menyerang, jari-jari tangannya ia rapatkan, kukunya yang tampak meruncing itu kemudian ia ayunkan layaknya pisau ke arah Praja.

Praja dengan refleks langsung merunduk, efek tebasan mahluk itu berhasil memotong beberapa pepohonan yang ada di belakangnya.

"Gila, serangannya luar biasa!"

Belum sempat Praja berhenti terkejut,  Kenanga kembali mengangkat tangan kanannya dan mengayunkannya secara vertikal ke arah pemuda itu.

Praja langsung melompat ke samping untuk menghindar. Namun Kenanga tak memberinya napas, sosok itu langsung menusukkan tangannya ke arah jantung Praja.

Beruntung Praja berhasil menangkap tangan Kenanga sesaat sebelum tangan itu berhasil menembus jantungnya.

"Apa-apaan kekuatan ini? Aku belum pernah bertemu Kuntilanak merah sekuat ini!?" Batin Praja.

"Hey Praja, apa cuma segini kemampuanmu? Sungguh mengecewakan!" Ejek Kenanga.

"Kekuatanmu itu tidak normal, aku belum pernah bertemu Kuntilanak merah sekuat kamu! kekuatan setingkat ini sudah hampir menyamai level Genderuwo!" Balas Praja.

"Ah, kamu terkejut ya dengan kekuatanku? Biar kuberitahu ya, umurku ini bukan hanya puluhan atau ratusan tahun doang. Tapi sudah mencapai ribuan tahun, jadi sudah jelas pengalamanku sudah jauh diatas Kuntilanak lainnya!" Balas Kenanga dengan membanggakan diri.

Kenanga kembali mengayunkan tangan kirinya ke arah pemuda itu, Praja dengan refleks mengelak dari serangannya.

"Mahluk gaib berusia ribuan tahun aku sudah biasa menghadapinya. Tapi kamu berbeda, rasanya baik level kekuatan ataupun gaya bertarungmu di atas Kuntilanak merah pada umumnya," ucap pemuda itu.

Kenanga kembali menyeringai, "tentu saja level kekuatanku berbeda. Karena aku sendiri pernah mencapai tingkat tertinggi para Kuntilanak, yaitu tingkat Kuntilanak Hitam!" Terang kuntilanak itu.

"Kuntilanak hitam? Aku tidak pernah mendengar soal itu!?" Ujar Praja, sorot matanya tampak terbelalak mendengar penjelasan Kenanga barusan.

"Tentu saja kamu tidak pernah mendengarnya, karena hanya ada Kuntilanak tertentu yang sanggup mencapai level itu. Itu adalah level yang tidak bisa dijangkau oleh orang sembarangan, tingkatannya hanya 1 tingkat dibawah sang Ratu kami, wajar saja jika jumlahnya sangat sedikit!"

Mendengar penjelasan dari kuntilanak itu membuat Praja terdiam. Ternyata selama ini ia masih kurang berpengalaman, masih banyak hal yang harus ia pelajari lagi.

"Ngomong-ngomong Praja, kudengar dari Kinanti, katanya kamu punya hubungan masa lalu dengannya ya? Boleh kudengar soal masa lalumu?" Pinta Kenanga sembari tersenyum aneh.

"Apa maksudmu? Aku tidak punya hubungan apa-apa dengan dia!" Balas Praja.

"Apa susahnya sih kamu bercerita soal dirimu, masa lalumu, orang tuamu, keluargamu, teman-temanmu, kehidupanmu..." Kenanga terus mengoceh soal kehidupan masa lalu Praja. Hal itu membuat Praja semakin jengkel.

"Sudah cukup! Seperti apa kehidupanku itu bukan urusanmu! Siapapun keluargaku juga bukan urusanmu! Kamu tidak boleh memaksaku begitu dong!" Bentak Praja.

Amarah Praja sampai terdengar oleh Maya dan Prapto. Dukun itu tampak bingung dengan apa yang Praja bicarakan dengan Kenanga di luar sana, sedangkan Maya terkejut melihat Praja sampai semarah itu.

"Urusan Kinanti adalah urusanku juga, karena dia adalah muridku. Kalo kamu tidak mau cerita, biar aku yang memaksamu!"

Kenanga kembali menyerang Praja dengan kecepatan tinggi. Namun dengan refleks pemuda itu mengelak ke samping.

Dengan cepat Praja menangkap tangan Kenanga dengan satu tangan. Ia langsung mencengkeramnya dengan keras, sementara tangan yang satunya lagi ia gunakan untuk mematahkan tangan Kuntilanak itu.

Kenanga terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Ia langsung bergerak mundur, namun Praja tak memberinya kesempatan.

Pemuda itu langsung menangkap tangan Kenanga yang satunya lagi. Kemudian ia mencabik-cabiknya dengan cakar miliknya hingga hancur.

Terakhir, ia memusatkan pukulannya pada salah satu tangannya. Kemudian ia lepaskan pukulan ke arah ulu hati Kenanga hingga mahluk itu memuntahkan darah.

Kenanga pun terpental hingga beberapa meter. Ia tampak kewalahan akibat serangan Praja barusan. Bahkan ia juga terlihat kesulitan untuk kembali bangkit karena kedua tangannya telah hancur.

"Mustahil, bagaimana mungkin kau bisa menjatuhkanku hingga seperti ini?" Ucapnya dengan terkejut.

"Itu mudah saja, selama kita bertarung tadi aku sudah mempelajari teknik gerakanmu. Sehingga sekarang aku sudah beradaptasi dengan gaya bertarungmu itu!" Jawab Praja.

Mendengar hal itu, Kenanga pun tertawa lepas. Lengkingan tawanya sangat mengganggu bagi siapapun yang mendengarnya.

"Ah maaf ya aku sudah meremehkanmu sebelumnya. Ternyata kamu lumayan juga. Yah meskipun seandainya saja aku tidak melemah, mungkin saja kamu sudah mati dari tadi!" Ujar Kenanga.

"Tapi Praja, kamu tahu tidak, dari tadi baik aku maupun Kinanti hanya menahan diri saat melawanmu loh. Masa kamu tidak mau membantu kami sedikit saja," lanjutnya.

"Kamu pikir aku akan tertipu dengan kata-kata manismu itu? Maaf saja, tapi dari apa yang ku pelajari, mahluk gaib seperti kalian suka menipu manusia. Jadi pasti kamu hanya mencoba membujukku saja kan?" Balas Praja dengan tegas.

"Aku serius kok, kamu pikir apa wajar kami bisa dikalahkan semudah itu? Kinanti adalah muridku, jadi sudah pasti gerakannya mirip denganku. Tapi sepanjang pertarungan tadi gerakannya tampak asal, jadi sudah pasti ia tidak sepenuhnya berniat untuk melawanmu!" Jelas Kenanga.

Melihat raut wajah Kenanga yang serius, membuat Praja sempat tertegun. Ia merasa Kenanga berkata jujur, tapi di sisi lain ia masih merasa waspada karena saat ini Kenanga adalah musuhnya.

"Jadi kau mau apa? Ingin memaksaku menceritakan soal kehidupanku dengan detail pada kalian?" Tanya Praja dengan nada yang agak tinggi.

"Tidak, ini bukan hanya sekedar paksaan Praja, tapi ini adalah permohonanku, sebagai seorang guru bagi Kinanti!" Jawab Kenanga.

"Sudah cukup, Kakak! Kita tidak perlu memaksanya lebih dari ini!" Ucap Kinanti sembari datang mendekati Kenanga.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang