47. Indagis Bahutai (7)

48 8 0
                                    

Beberapa bulan pun berlalu setelah kekalahan Ajag, boneka yang digunakan untuk menyegelnya di simpan oleh Luna di dalam sebuah kotak kaca yang telah ia berikan kekuatan pelindung tambahan.

Kehidupan Chandra dan Luna kini telah kembali seperti biasa, meskipun ada suatu hal yang berbeda dengan sebelumnya. Karena mereka berdua sekarang telah menikah.

Pagi ini, Luna sedang menyiapkan sarapan untuknya dan juga suaminya.

"Hey Luna, kapan sarapannya selesai?" Tanya Chandra, dari tadi ia hanya duduk di meja makan, menunggu masakan Luna selesai.

"Sabar dong Chandra, lagian kenapa kamu terburu-buru begitu sih?" Heran Luna, dengan tidak mengalihkan pandangannya dari masakan yang sedang ia buat.

"Ini kan hari pertamaku kerja, jadi aku gak boleh terlambat!" Balas Chandra.

Luna hanya terkekeh geli mendengar jawaban dari suaminya itu.

"Jadi sekarang, seorang Chandra yang dulunya pemalas, anti sosial, gak peduli sama orang lain. Tiba-tiba jadi semangat kerja nih?" Ujar Luna.

"Ya iyalah, aku kan ingin jadi suami yang baik buat kamu. Makanya aku mau berubah, harus bekerja keras buat bahagiain kamu. Karena selama ini kan kamu yang selalu bekerja keras!" Jelas Chandra.

Luna pun tersenyum mendengar jawaban Chandra. Karena ternyata pria yang dulunya ia anggap apatis dan menyedihkan, kini telah berubah menjadi orang yang lebih baik.

"Ngomong-ngomong apa tidak apa-apa menyimpan boneka Ajag di sini? Boneka itu kan berbahaya!" Ucap Chandra.

"Tidak apa-apa kok, lagian tidak ada tempat yang aman lagi kan bagi boneka itu selain di sini?" Sahut Luna.

Chandra pun tertegun sebentar, sebelum akhirnya membalas.

"Kau tahu Luna, alasan mengapa dulu aku begitu terobsesi membunuh Ajag adalah karena mahluk itu mengumpulkan banyak tumbal nyawa manusia bersama dengan kelompoknya. Aku khawatir ada rencana besar yang tak kita ketahui yang bisa mengancam banyak nyawa!" Jelas pria itu, membuat Luna sempat terkejut.

"Begitu ya, jadi apa dulu kamu sempat menginterogasinya, soal rahasia apa yang dia sembunyikan?" Tanya Luna dengan pandangan serius.

"Tentu saja aku sempat menginterogasinya dulu, tapi sayangnya mahluk itu tak mau bicara. Ia hanya bilang bahwa semua itu merupakan urusan dari bangsa gaib, tidak pantas untuk dicampuri oleh manusia seperti kita!" Terang Chandra.

Luna pun menghela napas, sebelum akhirnya berjalan mendekati Chandra dan memegang bahunya.

"Tenang saja, Chandra! Apapun yang terjadi nanti, aku akan tetap di sisimu. Aku tidak usah khawatir ya! Masalah apapun pasti bisa kita lewati!" Ucap gadis itu sembari tersenyum.

Chandra pun membalas senyuman Luna, ia bersyukur karena bisa punya istri yang cantik dan baik sepertinya. Ia berharap momen bahagia seperti ini bisa ia rasakan selamanya.

Itulah hal yang sempat ia pikirkan dulu, sebelum akhirnya sebuah tragedi mengerikan terjadi di dalam kehidupan mereka.

***

Beberapa bulan kembali berlalu, kini Luna telah hamil muda. Tentu saja hal ini membuat keluarga kecil itu bahagia, terlebih bagi Chandra yang sangat ingin menjadi seorang ayah yang baik.

Namun sayangnya hari itu Chandra harus pergi kerja ke luar kota. Sebenarnya ia tidak ingin jauh-jauh dari Luna, namun pekerjaannya mengharuskannya untuk pergi.

"Luna, jaga dirimu dengan baik ya!" Pinta pria itu.

"Iya kamu juga ya, jangan lupa makan tepat waktu! Istirahat secukupnya!" Balas Luna.

Sementara itu, Milo hanya menggonggong kecil sembari menempel pada kaki Luna. Anjing itu tampak tak ingin pergi.

"Milo, kamu kenapa nempel mulu sama aku sih! Kamu itu harus balik ke Mandaunya Chandra loh!" Ujar wanita itu sembari mengelus kepala Milo dengan lembut.

"Luna, sepertinya Milo tidak ingin jauh-jauh dari kamu. Aku yakin instingnya mengatakan begitu!" Ucap Chandra, perlahan ia mulai merasakan kekhawatiran dalam hatinya pada Luna.

"Ah jangan gitu dong, aku kan udah capek-capek bikin Mandau kamu jadi tak terlihat biar bisa tetap kamu bawa!" Balas Luna dengan jengkel.

"Kenapa Milo gak di sini aja? Hitung-hitung biar jagain kamu juga!" Ucap Chandra, namun langsung disanggah oleh Luna.

"Jangan ah, kamu kan mau ke tempat baru. Nanti kalo di sana ada apa-apa gimana? Sedangkan aku tetap di rumah, jadi pasti aman!" Jelas Luna.

Awalnya Chandra ingin menolak, namun Luna terus membujuknya untuk tetap membawa Milo. Akhirnya dengan berat hati Chandra pun membawa Milo pergi, meskipun Milo harus dibawa secara paksa, mengingat anjing itu tampak tak ingin jauh-jauh dari Luna.

Dan pada akhirnya, itu merupakan sebuah keputusan yang sangat fatal. Sebuah keputusan yang sangat disesali oleh Chandra disepanjang sisa hidupnya.

***

Beberapa hari pun kembali berlalu, malam itu hujan turun dengan sangat deras, petir menyambar-nyambar laksana cambuk yang siap menyambar siapapun yang berada di dekatnya.

Saat itu, Luna tampak mondar-mandir menanti kepulangan Chandra yang seharusnya sudah pulang hari ini.

"Duh, Chandra di mana ya sekarang? Mana hujan deras lagi. Semoga aja hujannya cepat reda, biar dia bisa pulang secepatnya!" Gumamnya.

***

Sementara itu, di tempat lain, Chandra tampak sedang berteduh di bawah sebuah halte yang nampak sepi.

"Duh, nih hujan kapan redanya ya? Kalo kuterobos bisa-bisa diomelin Luna!" Gumam pria itu.

Namun tiba-tiba Milo keluar dari Mandau yang ia sarungkan di pinggangnya.

"Loh Milo, kok kamu keluar tiba-tiba?" Tanya Chandra.

Milo hanya terus menggonggong sembari mencoba membawa tuannya ke suatu tempat.

"Milo, kamu ini kenapa sih? Ini kan sedang hujan!" Ucap Chandra.

Namun Milo terus memaksa untuk pergi, hingga akhirnya mau tak mau Chandra berlari menerobos hujan mengikuti Milo.

Tapi sepertinya Milo berlari menuju arah jalan pulang. Hal itu membuat kekhawatiran di dalam hati Chandra kembali menyeruak, ia pun langsung memerintahkan Milo untuk berubah ke ukuran aslinya, sementara ia segera menaiki punggung Milo.

***

Luna kini hanya duduk di kursinya, menanti kepulangan suaminya yang sampai larut malam ini masih belum pulang juga.

Dari tadi ia hanya melamun mengkhawatirkan Chandra yang sekarang mungkin saja terjebak di tengah hujan deras.

Tok tok tok

Hingga akhirnya sebuah ketukan pintu pun menyadarkan wanita itu dari lamunannya.

"Itu pasti Chandra!" Batin Luna

Dengan hati yang gembira, wanita itu pun bangkit berdiri dan melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu depan.

Perlahan ia mulai membuka pintu, berharap yang datang adalah suaminya.

Namun saat itu harapannya pun pupus, karena di hadapannya sekarang adalah sesosok pria bertudung dengan wajah yang tak terlihat dengan jelas.

Tapi satu hal yang Luna sadari, pria itu seperti menatapnya dengan tatapan jahat, senyumnya menyeringai layaknya predator yang telah menemukan mangsanya.

"Indriya, waktumu sudah berakhir! Secepatnya, kalian akan kumusnahkan dari muka bumi ini!"

Saat itulah Luna tahu, bahwa mungkin ia sudah tak bisa lagi bertemu dengan Chandra, orang yang sangat dicintainya.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang