13. Sekolah Angker (7)

115 12 0
                                    

Praja kini berjalan di lorong-lorong sekolah, tujuannya menuju ke kelas Nayla yang berada di lantai 2.

Suasana yang remang-remang dan aura mistis yang semakin kuat tidak menyurutkan tekadnya sama sekali. Hingga akhirnya ia tiba di depan pintu kelas yang ia tuju.

Dari balik pintu itu Praja merasakan aura jahat dan bau darah yang terasa pekat. Ia pun membuka pintu itu dan melangkah masuk.

Di dalam sana ia melihat sesosok gadis berseragam SMA sedang duduk di pojok ruangan. Gadis itu dalam posisi menunduk sehingga rambut panjangnya yang terurai menutupi sebagian wajahnya.

Tapi meskipun begitu Praja tahu satu hal, sorot mata gadis itu sedang menatap tajam ke arahnya.

"Dilihat dari auramu, sepertinya kamu adalah Farah, hantu yang paling kuat di sini, benar kan?" Ucap Praja.

Pintu di belakang Praja pun tiba-tiba terbanting dengan keras.

"Berani sekali kamu datang ke sini malam-malam sendirian, apa kamu mau mati di tanganku?" Hardik Farah.

"Tidak juga, justru aku ke sini untuk menghentikan teror darimu!"

Praja memusatkan energi di sekitarnya, pancaran energinya pun menyebar ke seluruh ruangan.

"Aku sudah menyebarkan energi ku ke seluruh ruangan kelas ini. Jadi kelas ini tidak akan hancur oleh akibat dari pertarungan kita, selain itu kau juga tidak akan bisa lari dari sini!"

Farah terkejut melihat kekuatan yang di miliki oleh Praja.

"Kekuatan ini, apa kamu punya kekuatan seperti anak yang tadi pagi?" Ucap Farah dengan penuh rasa kaget.

"Tentu saja! Sekarang sebaiknya segera kita mulai, Maung Bodas, Lakukan Penyatuan!"

Praja segera memegang kalungnya, dan dari sana keluarlah seekor harimau putih yang segera menyatu dengan tubuh astral Praja.

***

Di area dekat pohon besar, Maya telah tiba di sana. Ia menatap pohon besar itu dari kejauhan, sebelum akhirnya berjalan mendekat.

Suasana pun semakin mencekam, gadis itu mulai mencium bau busuk dari dalam pohon tersebut. Hingga kemudian sesosok hantu muncul dari dalam pohon.

Deg

Tubuh Maya gemetar saat melihat sosok itu. Sosok itu memiliki leher panjang yang tampak patah, juga seutas tali melingkar di lehernya.

Rasanya Maya ingin segera lari dari sana, detak jantungnya berdegup kencang. Dengan tubuh gemetar, Ia segera mengambil ancang-ancang dan mengarahkan balok kayunya ke arah sosok itu.

Waktu berlalu beberapa saat, namun sosok itu tak juga bereaksi. Dengan sisa keberaniannya, Maya mencoba memperhatikan sosok itu dengan lebih detail.

Kini satu hal yang mulai ia sadari, tatapan mata sosok itu bukanlah tatapan penuh amarah atau tatapan dengan penuh nafsu membunuh. Melainkan sebuah tatapan sendu seorang gadis yang butuh pertolongan.

***

Di tempat lain, Nayla sudah berada tepat di depan toilet siswi perempuan. Ia sebenarnya merasa takut, tapi ia mencoba melawan rasa takutnya demi menyelesaikan kasus hantu di sini dengan cepat.

Dengan perlahan ia melangkah masuk. Suasana di dalam tampak gelap, Nayla pun mencoba menyalakan saklar lampu namun lampu sama sekali tak menyala.

"Aduh, padahal baru juga datang masa udah di teror aja!" Batinnya.

Saat ia berbalik dan berniat pergi, pintu toilet pun terbanting menutup.

"Please, jangan lagi!" Gadis itu terus mencoba membuka pintu tersebut namun tetap tak berhasil.

Dengan pasrah, Nayla pun berbalik dan melihat sosok hantu yang tadi siang ia temui sedang menatapnya dalam posisi merangkak.

***

Di area gudang belakang sekolah, Bima telah tiba di sana. Ia merasakan aura mistis yang terasa lemah dari dalam gudang, tanpa ragu ia berjalan masuk ke dalam.

Sesaat setelah Bima masuk ke dalam, ia mendapati bahwa isi gudang tampak berantakan. Bahkan beberapa barang juga terlihat rusak parah.

Dengan memperhatikan isi gudang lebih lanjut, ia juga merasakan sisa-sisa energi Farah masih ada di sana.

"Siapapun yang tinggal di sini, keluarlah!" Seru Bima.

Kemudian gumpalan energi di sana pun berkumpul dan membentuk satu sosok hantu perempuan yang juga memakai seragam SMA seperti hantu penghuni sekolah lainnya.

Bima merasakan energi hantu itu sangat lemah, bahkan hampir lenyap. Sepertinya di antara semua hantu yang telah ia temui di sekolah ini, keadaan sosok ini adalah yang terparah.

"Sepertinya kamu adalah penghuni gudang di sini ya!? Ini pertama kalinya kita bertemu, tadi siang sebenarnya aku ingin pergi ke sini, tapi sayangnya ada sedikit masalah!"

Hantu itu hanya diam tanpa merespon ucapan Bima.

"Sepertinya keadaan mu sangat lemah sekarang. Tenang saja! penderitaanmu akan segera berakhir, karena di tempat lain ada seseorang yang sedang mengatasi Farah. Dan dia adalah orang yang sangat kuat!" Ucap Bima dengan penuh percaya diri.

***

Tanpa ragu, Farah mengerahkan serangan cambuk rambutnya ke arah Praja. Namun Praja berhasil mengelak dengan mudah.

Praja langsung menerjang maju dengan kecepatan tinggi. Kecepatannya itu membuat Farah terkejut hingga nyaris tak bisa bereaksi.

Beruntung ia refleks bergerak ke samping dan melayang menjauh. Namun Praja tak tinggal diam, ia mengeluarkan cakar birunya dan mencoba menyerang Farah lagi.

Farah yang merasa terancam memutuskan untuk tetap menyerang sambil menjaga jarak. Instingnya mengatakan jika ia mencoba menyerang lawannya dari jarak dekat, itu sama saja dengan Bun*h diri.

Seluruh bangku dan meja di sana terlempar kesana kemari akibat pertarungan mereka. Hanya saja semua benda di sana tidak mengalami kerusakan berkat energi yang telah Praja salurkan.

Pertarungan terus berjalan dengan intens, sabetan cambuk Farah terus bergema di seluruh ruangan. Hingga pada satu titik, Praja berhasil memojokkan Farah ke dinding.

"Sial, siapa orang ini sebenarnya? Andai saja kekuatan dia tidak menghalangi, aku bisa langsung kabur dan menyusun rencana baru!" Batin Farah dengan kesal.

"Kenapa kamu diam, Farah? Dimana kepercayaan dirimu tadi? Apa kamu sudah menyerah melawanku?" Ucap Praja dengan nada serius.

"Menyerah? Jangan harap! Aku sudah menguasai sekolah ini selama 10 tahun, tidak mungkin aku kalah darimu!" Gertak Farah.

"Cuma 10 tahun? Itu waktu yang singkat. Sepanjang hidupku, aku telah berhadapan dengan banyak mahluk gaib sepertimu. Ada yang berusia ratusan hingga ribuan tahun. Kekuatanmu sama sekali tidak apa-apanya dibandingkan mereka!" Tegas Praja.

"Ribuan tahun? Tidak mungkin! Bagaimana mungkin ada orang yang bisa melawan mahluk seperti itu! Sebenarnya aku ini sedang melawan apa?" Batin gadis itu.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang