1. Kedatangan Praja ke kota

1K 59 26
                                    

Pagi ini, seorang pemuda terlihat berdiri di depan sebuah makam. Ransel besar di punggungnya menandakan bahwa ia sedang bersiap pergi ke tempat yang jauh.

"Kakek, hari ini aku akan pergi ke kota di pulau seberang. Aku ingin berpamitan padamu, entah kapan aku akan kembali lagi ke sini."

Setelah selesai mendoakan kakeknya dan berpamitan, ia segera berbalik badan. Namun kini di hadapannya hadir sekumpulan mahluk halus dengan pakaian yang serba putih.

Para mahluk itu berwajah pucat pasi. Rambut mereka panjang dan menutupi sebagian wajahnya. Bau mereka seperti aroma melati. Mereka adalah mahluk halus yang biasa disebut Kuntilanak.

"Loh kalian sedang apa di sini?" tanya pemuda itu.

"Praja, kami dengar kamu ingin pergi ke tempat yang jauh hari ini. Jadi kami bergegas untuk mencarimu." Ucap Kencana, dia adalah sosok pemimpin dari para Kuntilanak di daerah ini, dan ia juga satu-satunya Kuntilanak yang berbaju merah.

Praja pun tertawa kecil, meskipun penampilan mereka terlihat menyeramkan, tapi mereka adalah teman-temannya dari kecil. Dan sekarang mereka ingin mengucapkan salam perpisahan padanya.

"Iya, aku hari ini memang ingin pergi jauh. Karena sebelum kakekku meninggal, ia memberikan wasiat padaku untuk segera pergi dari desa ini!"

"Lalu kemana kau akan pergi? Dan apa alasan kakekmu menyuruhmu untuk pergi?" tanya salah satu kuntilanak putih.

"Mungkin aku akan pergi ke pulau Jawa, kudengar di sana padat penduduk. Jadi aku mungkin ingin mencoba suasana baru," jawab Praja.

"Kalau soal alasan Kakekku menyuruhku pergi, aku tidak tahu pasti, tapi mungkin ia ingin agar aku bisa belajar banyak hal baru di luar sana!" lanjutnya sambil tersenyum.

Para kuntilanak terdiam sejenak, sebelum akhirnya kembali bicara.

"Kalau begitu pergilah, jaga dirimu baik-baik di sana! Pulanglah kapanpun kau mau, kami akan menunggumu pulang!" ujar Kencana dan kuntilanak lain.

Mendengar ucapan mereka, Praja menyunggingkan senyumnya.

"Terima kasih semuanya!"

Kemudian terdengar panggilan dari kejauhan, Praja menoleh kearah sumber suara. Terlihat dari kejauhan beberapa orang warga termasuk seorang pria tua datang menghampirinya.

"Praja, kami dengar kamu ingin pergi ke tempat yang jauh ya?" Tanya sang pria tua.

Pria tua itu adalah kepala desa tempat Praja tinggal, selama ini beliau cukup dekat dengan kakeknya.

"Kenapa kamu buru-buru pergi, Praja? Padahal baru kemarin kakekmu meninggal!?" Tanya seorang warga.

Praja lalu menjelaskan alasannya kepada para warga. Ia juga meminta maaf karena tadi tidak sempat berpamitan.

Para warga pun mengangguk paham, setelah selesai, Praja segera berpamitan dan berjalan pergi.

"Praja itu aneh ya, tadi ia terlihat bicara sendiri di tengah kuburan begini," ucap salah satu warga.

"Dia itu bukan aneh, dia hanya memiliki kelebihan yang tidak kita semua miliki!" ucap sang kepala desa.

***

Di tengah perjalanan, Praja berhenti melangkah sejenak. Ia merogoh sesuatu di saku celananya. Praja mengambil benda itu dan kemudian menatapnya.

Di tangannya kini terdapat sebuah kalung berbentuk wajah Harimau Putih dengan mata yang berwarna biru.

"Ini adalah warisan terpenting dari Kakek, aku sudah mempelajari kemampuan benda ini sejak aku kecil. Kini sudah saatnya bagiku untuk menggunakannya dengan lebih bijak!" batinnya sembari mengalungkan benda itu di lehernya.

***

Setelah menempuh perjalanan selama beberapa hari, kapal yang ditumpangi Praja akhirnya berlabuh di tempat yang dituju olehnya.

Praja pun segera turun dari kapal, dan untuk pertama kalinya ia menginjakkan kaki di pulau Jawa. Sorot matanya tampak terkejut melihat keramaian yang tidak biasa ia lihat di tempat asalnya.

Ia segera melangkah keluar pelabuhan. Pandangannya terus memandangi suasana perkotaan yang ramai oleh aktivitas banyak orang.

Satu hal yang ia sadari, jumlah orang di perkotaan jauh lebih padat ketimbang desa asalnya. Selain itu, ia juga sadar bahwa perkotaan yang ramai sekalipun tak lepas dari sesuatu yang disebut mahluk gaib.

Sepanjang perjalanan, ia berpapasan dengan beberapa jenis mahluk halus yang menghuni kota ini. Hanya saja mereka tidak mengganggu ataupun menampakkan diri di tengah kerumunan.

Selain itu jumlah mereka juga tak begitu banyak dibandingkan para manusia yang berlalu lalang di kota ini.

"Baiklah, pertama-tama untuk bertahan hidup di kota ini, aku harus mencari tempat untuk tinggal. Kira-kira dimana ya kostan yang murah di dekat sini? Aku juga harus menghemat pengeluaranku sih!?" pikir Praja.

Setelah bertanya pada warga sekitar, akhirnya Praja mendapatkan informasi soal kosan yang harganya cukup murah. Meskipun lokasinya cukup jauh dari tempatnya berada sekarang.

***

Setelah menempuh perjalanan, Praja akhirnya tiba di kostan yang ia tuju. Hanya saja, perasaannya merasa tidak enak dengan kostan di depannya sekarang.

"Tempat ini, kenapa auranya membuatku tidak nyaman ya?" pikirnya.

Tempat itu sebenarnya terlihat bagus dan asri. Sebuah bangunan dengan 2 lantai, ditambah dengan sebuah pohon beringin besar yang berada di halamannya yang luas.

Tempat ini juga terlihat bersih dan tidak kumuh, jadi seharusnya masih layak untuk dijadikan tempat tinggal.

"Ah masa bodoh, yang penting tempat ini murah! Mau tempat ini angker atau banyak setannya sekalipun bisa aku hadapi nanti!" batinnya dengan tegas.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang