19. Pertarungan Melawan Sang Dukun (3)

125 7 2
                                    

Praja dan Maya kini sudah bersiap untuk pergi. Sementara Bima & Nayla tetap di kostan untuk menjaga tubuh mereka agar tidak diserang mahluk gaib.

"Baiklah Maya, apa kamu yakin mau ikut?" Tanya Praja.

Maya dengan tegas menjawab. "Iya, biar bagaimanapun ini adalah urusan keluargaku, aku harus bisa menyelesaikannya sendiri!"

Praja mengangguk paham, mereka pun berpamitan pada Bima & Nayla. Nayla berpesan terutama pada kakaknya agar mereka berhati-hati di sana.

Setelah berpamitan, mereka di jemput oleh salah satu jin kecil bawahan Gandra.

Ia merupakan sosok jin yang berpenampilan cebol, dan kulitnya berwarna cokelat.

"Tuan Praja, nona Maya, biar saya tunjukkan jalan pintas ke sana tanpa diketahui oleh pasukan musuh!" Ucapnya.

"Baiklah, lalu dimana Gandra sekarang?" Tanya Praja.

"Beliau sedang tidak bisa ikut mengawal kalian sekarang! Karena beliau sedang sibuk menghalau serangan musuh di perbatasan!" Jawab jin itu.

Praja dan Maya terkejut mendengarnya. Mereka pun menguatkan tekad mereka untuk mengalahkan dukun itu malam ini.

***

Praja dan Maya kini telah tiba di pekarangan gubuk tempat tinggal sang dukun. Jin kecil yang memandu mereka pun kini sudah pergi meninggalkan mereka berdua.

Area ini cukup luas dengan sekumpulan jin dan para mahluk gaib yang berdiri di sekitar gubuk sang dukun. Seolah-olah mereka sedang melindungi tempat itu.

Pandangan mata Praja tertuju pada kuntilanak merah yang waktu itu sempat ia lawan. Sosok itu berdiri di dekat pintu masuk gubuk yang tertutup, sorot matanya tampak mengawasi Praja dan juga Maya.

Satu hal yang mencuri perhatian Praja adalah gaun merah yang digunakan Kuntilanak tampak cukup fleksibel untuk pertarungan jarak dekat.

"Berdasarkan gaun yang ia pakai, sepertinya Kuntilanak itu merupakan mahluk yang ahli dalam pertarungan jarak dekat!" Pikir Praja.

"Maya, berhati-hati lah, di sini banyak mahluk gaib yang sepertinya berpihak pada musuh!" Perintah Praja dibalas dengan anggukan Maya.

Beberapa jenis mahluk gaib pun mulai bergerak mengelilingi Praja dan Maya. Mereka terdiri dari Pocong, Kuntilanak, dan beberapa jenis mahluk gaib lain dengan bentuk yang menyeramkan.

Bau busuk dari para Pocong pun menyeruak, bersamaan dengan bau melati dari para Kuntilanak putih.

Mereka semua mulai menerjang Praja dan Maya secara bersamaan. Bersamaan dengan itu, Praja memegang kalungnya dan memanggil Khodam Harimau Putih miliknya.

"Maung Bodas! Lindungi Maya sekarang!"

Maung Bodas pun mengaum keras, ia langsung melompat dan menerkam setiap mahluk gaib yang mencoba mendekati Maya.

Sementara itu Praja dengan ilmu beladiri silat yang telah ia pelajari dari dulu, dengan mudah menghajar para mahluk gaib yang mendekat.

Para Kuntilanak mencoba menangkap dan mencekik Praja. Namun Praja selalu sigap menangkis dan merobohkan para hantu itu ke tanah.

"Sama seperti di kostan, mereka lebih kuat daripada Kuntilanak putih pada umumnya. Tapi kalo cuma meningkat sejauh ini sih bukan masalah bagiku!" Batin Praja.

Para Pocong yang melihat dari kejauhan mulai menggeram. Mereka bersiap untuk menembak ludah beracun ke arah Praja.

Praja mengalihkan perhatiannya pada para Pocong itu. Ia pun menyadari niat buruk mereka untuk menyerangnya dari jarak jauh menggunakan ludah beracun.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang