32. Rumah Berhantu (10)

103 12 0
                                    

"Kalian tak akan bisa mengalahkanku lagi, para Indagis!" Teriak Ajag dengan lantang.

Ajag kembali menyerang dengan membabi buta, serangannya pun tersebar ke segala arah.

Maya yang menyadari hal itu langsung memadatkan Sukmanya, kemudian ia menggendong Nina dan mencoba berlari menghindari serangan Ajag.

Praja menyadari bahwa salah satu serangan Ajag mengarah ke arah Maya, ia pun langsung bergegas berlari demi melindungi Maya dalam sepersekian detik sebelum serangan Ajag mengenai gadis itu.

"Praja!?" Maya terkejut melihat kehadiran Praja di dekatnya secara tiba-tiba, terlebih di sekitarnya ia melihat semacam medan pelindung  yang melindunginya, Nina, dan juga keluarga Pak Toni yang berada beberapa meter dari posisinya.

"Dasar siluman bodoh! Menyusahkan saja!" Geram Bima, ia langsung menembakkan berbagai macam anak panah ke arah Ajag.

Hal itu ternyata berhasil mengalihkan fokus Ajag, hingga mahluk itu kini terfokus untuk menyerangnya.

"Mati kau, bocah ular!" Bentak Ajag sembari terus melancarkan serangan ke arah Bima.

Tak mau tinggal diam, Praja kembali melancarkan serangan. Ia mengepalkan kedua tangannya dengan erat, kemudian menghantamkannya ke arah kepala Ajag hingga membuat mahluk itu terjatuh ke tanah.

"Bima, kau ada ide?" Tanya Praja.

"Ya, berikan aku waktu, tahanlah mahluk ini sebentar!" Pinta Bima.

"Apa yang kalian berdua rencanakan? Bocah brengs*k!" Bentak Ajag.

Kali ini Ajag semakin beringas, ia mencoba menyerang Praja dan Bima sekaligus. Namun Praja berusaha untuk membuat Ajag terfokus padanya.

"Hey monster gila, kau tahu kenapa kau bisa dikalahkan Indagis waktu itu? Itu semua karena kau lemah!" Ejek Praja sembari memasang wajah meremehkan.

"Apa? Beraninya kau berkata begitu, bocah tengik!"

Ejekan Praja berhasil membuat Ajag terpancing emosinya, ia kini hanya terfokus untuk menyerang Praja seorang.

"Mau apapun yang kalian rencanakan, itu tidak akan ada gunanya, karena aku adalah Siluman Anjing terkuat!" Ujar Ajag dengan lantang.

Sementara itu, Bima segera melompat menjauh dan mengambil posisi menembak. Ia mengumpulkan seluruh energinya ke dalam sebuah anak panah di Crossbow miliknya.

"Dengan satu serangan, akan kuhabisi dia!" Batinnya.

Setelah ia merasa kekuatannya sudah cukup, Bima langsung menargetkan Crossbownya ke arah Ajag. Dengan satu tarikan pelatuk, anak panah itu pun meluncur dengan cepat menuju ke arah Ajag yang sedang fokus melawan Praja.

Ajag tak sempat bereaksi, ia terkena tembakan anak panah pada bagian punggung yang menembus hingga ke dadanya. Anak panah itu juga tepat mengenai organ vitalnya, hingga membuat Ajag sangat kesakitan.

Tak cuma itu, bahkan racun yang terkandung di dalam anak panah itu juga merusak sel-sel di dalam tubuhnya. Hingga perlahan tubuhnya mengalami pengrusakan dan membuatnya kesulitan bergerak.

Praja merasa hal itu tak cukup untuk membunuh Ajag, karena mahluk itu tampak masih berusaha untuk menetralkan racun di dalam tubuhnya.

Untuk itu ia pun juga mengumpulkan seluruh energinya ke bagian kaki dan kedua tangannya. Kemudian dengan secepat kilat, ia berlari dan melesatkan cakarannya hingga menembus tubuh Ajag.

Karena kecepatannya yang sangat tinggi, tubuh astral Praja tampak menembus tubuh Ajag seperti kilatan petir. Hingga akhirnya ia berhenti berlari tepat di sebelah Bima.

Ajag pun berbalik badan dan menatap ke arah Praja dan Bima. Ia tak percaya karena sekali lagi ia telah dikalahkan oleh para Indagis.

"Tidak mungkin, aku tidak mungkin kalah! Diantara semua siluman, akulah yang terkuat!" Ujar Ajag dengan lantang, sebelum akhirnya tubuhnya pun melebur menjadi butiran debu.

***

Maya pun akhirnya bernapas lega, melihat kemenangan Praja dan Bima. Namun rasa lega itu hanya berlangsung singkat, saat Maya memeriksa keadaan Nina, anak itu sudah tak bernapas.

"Ninaaa!" Ucapnya dengan panik.

Praja dan Bima segera berlari mendekati Maya, begitu juga dengan pak Toni dan istrinya yang sedang menggendong anaknya.

"Ada apa Maya?" Tanya Praja.

"Nina, denyut nadinya gak ada, dia juga udah gak bernapas lagi!" Jawab gadis itu dengan rasa khawatir.

Semua orang disitu terbelalak mendengar jawaban Maya.

"Ini pasti akibat efek aura yang dikeluarkan oleh Ajag, aura mahluk itu bisa membunuh mahluk hidup secara instan!" Ujar Bima.

"Tapi kalo benar begitu, kenapa Maya masih bertahan hidup?" Tanya Pak Toni.

"Karena Maya bukanlah gadis biasa!" Jawab Praja dengan singkat.

"Kalian beruntung karena kalian merupakan arwah dari orang yang sudah mati, sehingga kekuatan Ajag tidak mampu membunuh kalian lagi" terang Bima.

"Apa diantara kalian ada yang melihat roh anak ini keluar?" Tanya Praja.

Semua orang menggeleng, membuat Praja kembali berpikir sejenak.

"Itu berarti kita masih punya kesempatan! Maya, baringkan ia di pangkuanmu! Biar aku yang mengembalikan kesadarannya!" Perintah Praja, dibalas dengan anggukan kepala Maya.

Dengan tangan gemetar, Maya membaringkan tubuh Nina dipangkuannya. Sementara Praja memegang dahi anak itu, terlihat aura biru kembali menyelimuti Sukmanya.

***

Kesadaran Praja kini telah pindah ke dalam alam bawah sadar Nina, meninggalkan Sukmanya yang berada di luar alam ini.

Ini merupakan sebuah teknik manipulasi jiwa tingkat tinggi, dimana sang pengguna harus memindahkan kesadarannya ke tempat lain saat sedang Meragasukma. Dengan kata lain, kesadarannya berpindah tapi tidak dengan jiwanya.

Pandangannya menatap ke sekeliling area itu, yang mana area itu terasa cukup gelap dan mulai rusak karena pemiliknya sedang dalam kondisi hidup dan mati.

Pandangan matanya pun tertuju pada seorang gadis kecil yang sedang terduduk sembari memeluk lututnya dari kejauhan.

Praja segera mendekati gadis itu, perlahan mengusap dengan lembut kepala gadis itu yang ternyata adalah Nina.

Nina tampak sedang menangis ketakutan, tubuhnya pucat dan gemetar akibat rasa takut yang ia rasakan.

"Nina, kamu gak usah takut ya, sekarang sudah aman!" Ucap Praja dengan lembut.

"Tapi diluar ada monster, Nina takut!" Balas Nina dengan nada yang gemetar.

"Tenang saja, di luar ada orang-orang yang akan menjagamu! Kamu pasti kangen juga kan dengan ayah dan ibumu?" Praja berusaha untuk terus membujuk Nina agar semangat hidupnya kembali lagi.

Akhirnya setelah terus dibujuk, Nina pun mau untuk kembali bersemangat untuk menjalani hidupnya. Perlahan lingkungan di sekitar alam bawah sadarnya pun mulai membaik.

***

Perlahan, Nina pun mulai membuka matanya. Di sana tampak Praja, Maya, dan Bima sedang tersenyum padanya.

"Nina, syukurlah kamu sudah sadar!" Ujar Maya sembari menyeka air matanya. Tampak tubuhnya pun masih gemetar akibat kekhawatirannya pada Nina tadi.

"Ninaaa!" Nina pun menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya. Dari kejauhan tampak ayah dan ibunya sedang berlari ke arahnya, diikuti oleh Nayla yang berjalan dibelakang mereka.

Pak Irvan dan bu Laksmi pun memeluk buah hati mereka dengan penuh rasa syukur, sementara Maya segera berdiri di sebelah adiknya.

Perlahan sinar mentari pun muncul dari ufuk timur, menandai berakhirnya teror dari mahluk terkutuk yang sangat jahat.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang