51. Indagis Tuyul (1)

44 6 0
                                    

Hari pun sudah menjelang sore, baik, Praja, Bima, Maya, dan Nayla berniat untuk berpamitan pada Kakek Chandra.

"Kakek, terima kasih untuk hari ini ya, mungkin kapan-kapan kami akan mampir lagi!" Ucap Praja.

"Ya, terima kasih sudah menjenguk saya, ngomong-ngomong biar Angga saja yang mengantar kalian ya!" Balas Kakek Chandra.

"Loh kok aku, aku kan habis melatih mereka. Jadi aku masih capek dan harus istirahat!" Tolak Angga.

"Angga, kamu harus sopan pada tamu. Rumah mereka kan jauh, jadi harus kita antar sampai rumah!" Ujar Kakek Chandra.

"Memangnya rumah Angga dimana?" Tanya Maya.

"Oh, dia tinggal di sini!" Jawab Kakek Chandra, membuat Praja dan yang lain terkejut.

"Lah, jadi kau tinggal di sini? Lalu mobil yang tadi kita pakai?" Tanya Bima dengan nada kaget.

"Oh itu mobil saya, emangnya kenapa?" Jawab Kakek Chandra, membuat semua orang langsung memandang Angga dengan jengkel.

Tiba-tiba Milo menggonggong seperti merasakan bahaya. Semua orang langsung bergegas mendekatinya.

Kakek Chandra langsung memperhatikan gerak-gerik Milo, hingga ia pun menyimpulkan sesuatu.

"Milo merasakan ada bahaya yang terjadi di perkampungan terdekat. Kita harus pergi ke sana sekarang!" Ujar Kakek Chandra.

"Tidak, sebaiknya Kakek istirahat saja, biar kami yang pergi ke sana!" Pinta Praja, dibalas dengan anggukan yang lain.

***

Angga pun menyetir mobilnya dengan cepat, hingga mereka tiba di perkampungan itu dalam waktu 15 menit perjalanan.

Rembulan sudah bersinar di langit malam, suasana perkampungan itu terasa sunyi tanpa ada kehadiran seorang pun.

"Kenapa kampung ini sepi sekali?" Heran Praja.

"Udara malam ini juga terasa dingin, jadi makin seram deh!" Sahut Nayla.

Tiba-tiba terdengar teriakan seorang wanita dari kejauhan, membuat perhatian mereka langsung teralihkan. Mereka pun segera berlari ke arah sumber suara wanita itu.

Sesampainya di sana, mereka melihat seorang wanita sedang meringkuk ketakutan. Karena di hadapannya sekarang ada sekelompok jin berwajah mengerikan dengan gigi yang tampak meruncing.

Para Indagis segera berlari melawan sekelompok jin itu dengan memanggil Khodam mereka masing-masing. Sementara para Indriya segera menghampiri wanita itu.

"Anda tidak apa-apa?" Tanya Maya.

"Ka...kampung ini telah dikutuk! Di dalam sana ada banyak setan yang menyerang para warga!" Jawab wanita itu dengan terbata-bata, terlihat dari ekspresinya masih menggambarkan rasa takut yang amat sangat.

"Praja, Bima, lekaslah Meragasukma lalu cepatlah pergi ke sana, untuk urusan di sini biar aku yang urus!" Perintah Angga, dibalas dengan anggukan Praja dan Bima.

***

Praja dan Bima terus berlari menyusuri kampung, sepanjang perjalanan mereka menemukan banyak tubuh warga yang terkapar di tanah.

Beruntung setelah tubuh-tubuh itu mereka cek, para warga itu hanya pingsan saja.

Mereka pun akhirnya tiba di tengah-tengah kampung, dari kejauhan mereka melihat seorang pria botak dalam wujud astral sedang berdiri membelakangi mereka.

"Siapa kau?" Tanya Praja dengan waspada.

Pria itu pun berbalik, memperlihatkan wajahnya yang diselimuti senyuman yang tampak mencurigakan.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang