24. Rumah Berhantu (2)

103 13 1
                                    

Saat ini, Praja dan Bima sedang mengikuti pak Irvan untuk menyusuri rumahnya.

Praja terus memperhatikan setiap ruangan yang ia masuki. Ia menyimpulkan bahwa di rumah ini terdapat 2 buah kamar di lantai atas.

1 kamar dekat tangga merupakan kamar tidur pak Irvan dan istrinya. Sementara kamar di ujung lantai 2 merupakan kamar Nina, putri semata wayang mereka.

Sementara di lantai bawah terdapat dapur di area belakang. 1 kamar untuk tamu, dan ruang tamu tempat Maya dan yang lainnya berada.

Praja juga memperhatikan bahwa di rumah ini juga terdapat banyak barang antik yang terbuat dari kayu.

"Kenapa di sini banyak barang antik, pak Irvan?" Tanya Praja.

"Semenjak saya pindah, semua barang itu memang sudah ada di sini! Daripada dibuang kan sayang, makanya tetap kami simpan untuk dimanfaatkan!" Jawab Pak Irvan.

Setelah mendengar hal itu, Bima pun ikut bertanya, "Lalu apakah di sini ada ruang bawah tanah?"

"Ada kok, mari ikuti saya!" Balas Pak Irvan.

Ternyata didekat tangga menuju lantai 2, ada sebuah pintu yang menuju ke ruang bawah tanah. Pak Irvan pun membuka kuncinya dan melangkah turun ke dalam.

Suasana di dalam tampak remang-remang dengan jaring laba-laba yang menghiasi setiap sudut ruangan.

Tempat ini juga dipenuhi oleh barang-barang tak terpakai yang sudah dipenuhi debu.

"Sudah kuduga, di sini ada ruang bawah tanah," bisik Bima pada Praja.

"Saya memanfaatkan tempat ini untuk menaruh barang-barang yang tak terpakai. Jadi wajar saja jika di sini tampak kotor dan berantakan," ucap Pak Irvan.

Praja memejamkan matanya, ia merasakan aura jahat yang penuh dengan dendam dan amarah dari tempat ini.

Aura itu terasa sangat kuat melebihi ruangan lain di rumah ini. Rasanya seperti sebuah tragedi mengerikan telah terjadi di tempat ini.

"Lalu kalau sumur, apakah ada juga?" Tanya Bima lagi.

"Sumur juga ada, lokasinya tepat dibelakang rumah ini!" Jawab pak Irvan sembari bergegas pergi membawa mereka berdua ke halaman belakang.

Sesampainya di sana, Praja dan Bima melihat sebuah sumur yang di bagian lubangnya telah ditutup.

"Di dalam kami sudah memiliki kamar mandi, jadi sumur ini sudah tidak terpakai. Makanya kami tutup biar gak membahayakan anak-anak!" Jelas pak Irvan.

Dengan perlahan Bima melangkah mendekati sumur itu. Ia menggeser penutupnya dan memperhatikan ke dalam lubang sumur yang sangat dalam.

"Tempat ini memiliki pohon besar, ruang bawah tanah, dan sumur di belakang rumah. Benar-benar sebuah latar yang cocok untuk cerita horor, gak heran rumah ini angker!" Batin Bima.

Bima pun berbalik badan dan berniat melangkah pergi. Namun tiba-tiba sesosok hantu wanita dengan wajah yang penuh luka sobekan dan nanah muncul dari dalam sumur, sosok itu langsung menarik Bima ke dalam sumur.

Bima yang tak sempat bereaksi berhasil ditariknya ke dalam sumur. Hal itu membuat pak Irvan dan Praja kaget.

"Gawat, anak itu jatuh ke dalam!" Ucap Pak Irvan dengan panik.

Praja pun menghela napasnya, sebelum akhirnya berbicara.

"Tenang saja pak, Bima itu bukan orang biasa, dia pasti akan selamat! Sekarang sebaiknya kita kembali ke ruang tamu!" Tegas Praja.

Awalnya Pak Irvan menolak, tapi setelah dibujuk oleh Praja. Akhirnya ia mau kembali ke ruang tamu.

Praja juga memperhatikan raut wajah Pak Irvan yang tampak pucat, sementara keringat dingin juga membasahi wajahnya.

Sepertinya meskipun Praja sudah mencoba untuk menenangkannya, Pak Irvan masih tetap mengkhawatirkan Bima. Terlebih kejadian ini juga terjadi di area rumahnya.

***

Sesampainya di ruang tamu, Praja pun segera duduk di sebelah Maya, sedangkan pak Irvan juga duduk di kursi paling ujung.

Bu Laksmi tampak bingung melihat wajah suaminya yang tampak pucat. Sementara ia juga tak melihat keberadaan Bima di sana.

"Praja, Bima kemana?" Tanya Maya.

"Jatuh ke dalam sumur!" Jawab Praja dengan singkat, membuat Maya dan yang lainnya terkejut.

"Loh kok bisa jatuh? Kita harus segera menolong dia!" Ucap Bu Laksmi.

Praja pun menjelaskan soal apa yang terjadi tadi. Ia juga mengatakan bahwa mereka tak perlu khawatir, karena Bima bukanlah orang biasa. Ia tak akan mati semudah itu.

"Nah sekarang tolong jangan ganggu aku ya, aku ingin menyelidiki lebih lanjut soal rumah ini!" Pinta Praja, sebelum akhirnya ia memejamkan matanya.

Sesaat kemudian, roh Praja keluar dari tubuhnya. Beruntung yang bisa melihat itu adalah Maya dan Nayla saja. Pemuda itu pun melangkah masuk ke dalam.

Tak mau tinggal diam, Maya juga ikut Meragasukma dan berjalan mengikuti Praja. Menyisakan Nayla yang diharuskan mengajak Pak Irvan dan keluarganya mengobrol untuk menarik perhatian mereka.

***

"Praja, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Maya.

"Kita harus pergi ke ruang bawah tanah, aku merasa di sana ada kejadian mengerikan yang pernah terjadi di masa lalu!" Ucap Praja.

Ia pun kemudian menembus pintu ruang bawah tanah dan turun melalui tangga, diikuti oleh Maya.

Sesaat setelah memasuki ruangan itu, Maya merasakan energi gelap yang sangat pekat menyelimuti tempat itu. Rasanya membuatnya sangat tak nyaman.

"Kamu bisa merasakannya kan, Maya? Aku harus menyelidiki sejarah dari tempat ini!" Ujar Praja.

"Sejarah? Bagaimana caranya?" Tanya Maya dengan bingung.

"Ada suatu cara dimana aku bisa melihat masa lalu!" Balas Praja.

Praja pun mulai berlutut dan menyentuh lantai ruangan itu.

"Caranya yaitu dengan menyentuh benda atau tempat yang ingin kita periksa sejarahnya. Ini membutuhkan energi dan konsentrasi yang besar, jadi tolong jangan ganggu aku selama prosesnya berlangsung!" Jelasnya.

Gadis itu pun berdiri diam, sementara Praja mulai mengeluarkan energi astralnya menyelimuti tempat itu. Sepertinya proses untuk melihat masa lalu telah dimulai.

Saat Maya sedang sibuk memperhatikan Praja, tiba-tiba seorang gadis kecil muncul di ruangan itu.

Kemunculannya yang tiba-tiba membuat Maya terkejut. Gadis kecil itu hanya tersenyum seperti anak kecil melihat reaksi Maya.

Maya memperhatikan gadis itu dengan lebih detail, hingga ia menyadari bahwa gadis kecil di depannya memiliki tubuh yang tembus pandang.

"Kamu, apakah kamu ada arwah penunggu rumah ini?" Tanyanya.

Gadis kecil itu hanya tertawa kecil sebelum akhirnya menarik tangan Maya untuk mengikutinya.

Gadis itu berlari keluar ruang bawah tanah, menembus dinding, hingga berlari ke depan rumah melewati ruang tamu dan berpapasan dengan Nayla.

Hal itu membuat Nayla terbelalak melihat kakaknya muncul sembari ditarik oleh arwah seorang anak kecil. Terlebih lagi di ruangan itu hanya ia yang bisa melihat hantu.

Mereka berdua pun terhenti di depan sebuah pohon besar di halaman rumah.

"Nak, kenapa kita berhenti di sini?" Tanya Maya.

Gadis kecil itu pun menunjuk ke arah pohon besar itu. Maya yang merasa heran mencoba untuk memperhatikan pohon itu dengan lebih detail, hingga akhirnya ia menangkap suatu detail yang tidak ia rasakan tadi.

Detail kecil yang terasa sangat lemah, dan hampir tak terasa. Ia merasakan sedikit gejolak emosi negatif dari pohon besar di hadapannya sekarang.

"Ini, ada suatu kejadian buruk yang pernah terjadi di sini!"

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang