Maya memandang sosok hantu yang melayang di atasnya. Ia teringat bahwa Nayla telah memberitahunya bahwa hantu yang berada di pohon besar ini merupakan arwah dari seorang gadis yang bun*h diri.
Semakin lama ia memperhatikan, semakin ia merasakan bahwa aura hantu ini sangat lemah, bahkan jauh lebih lemah dibandingkan dengan para hantu yang menghantui Kostannya waktu itu.
Maya pun menghela napas, ia mencoba untuk melawan rasa takutnya. Hingga perlahan rasa takutnya pun lenyap.
"Aku sudah tahu soal masa lalumu, kamu mati bun*h diri di pohon ini kan? Itu terjadi karena kamu di teror oleh arwah Farah yang balas dendam karena kamu telah membullynya dulu!" Ucap Maya.
Hantu itu hanya diam tak merespon, tapi dari raut wajahnya, Maya tahu bahwa sosok itu memahami maksud perkataannya.
Maya pun membuang balok kayu yang sedari tadi ia pegang. Kemudian ia mengulurkan tangannya kepada sosok itu.
"Sekarang kamu telah mendapatkan balasan atas perbuatanmu, dan kini sudah saatnya untuk menyelesaikan masalah kalian selama bertahun-tahun hingga tuntas, agar tak ada lagi dendam diantara kalian berempat!" Ucapnya.
Raut wajah sosok itu tampak berubah, ekspresinya yang menggambarkan raut wajah sendu kini mulai menangis. Dengan perlahan ia mendekat dan meraih uluran tangan Maya.
***
Nayla kini jatuh terduduk di belakang pintu masuk, kejadian kali ini mirip seperti kejadian tadi pagi. Pandangannya terpaku pada sosok yang perlahan mendekatinya, tubuhnya sudah lemas akibat rasa takut yang ia rasakan.
Ia memejamkan matanya berharap ini semua segera berakhir. Namun tiba-tiba ia teringat dengan ucapan Bima yang menyemangatinya tadi.
"Sekarang kamu sudah punya senjata, jadi kalo ada apa-apa kamu bisa pukul saja hantunya!"
Gadis itu menggenggam balok kayunya dengan erat. Dengan mata terpejam ia menghela napas mencoba untuk menenangkan diri.
Sesaat setelah sosok hantu itu menyentuh kakinya, Nayla langsung memukulnya dengan keras.
Buaghh
"Terasa, pukulanku terasa mengenainya!"
Nayla kembali melanjutkan serangan dengan mata yang masih terpejam. Ia berdiri dan memukul dengan asal, beberapa pukulannya pun berhasil mengenai sosok itu.
Bahkan sosok itu sempat menjerit kesakitan saat pukulan Nayla mengenai tubuhnya.
Setelah beberapa saat, Nayla menghentikan serangan dan membuka matanya.
Matanya terbelalak melihat hantu penunggu toilet sudah terkapar di lantai, bahkan sepertinya sosok itu sudah tidak bisa bergerak lagi.
"Berhasil? Aku berhasil!?" Nayla bersorak atas kemenangannya itu, hingga pintu toilet pun kembali terbuka dengan sendirinya.
***
Sementara itu, Praja kini sudah berhasil menjatuhkan Farah.
Farah sudah beberapa kali mencoba untuk bangkit dan menyerang, namun usahanya sia-sia, lawannya kali ini terlalu kuat.
"Sudah cukup Farah! Sudah kubilang kamu tidak akan bisa menang melawanku!" Ucap Praja.
"Masih belum, ini masih belum berakhir! Mereka yang telah membuatku menderita seperti ini, akan kubuat lebih menderita!" Balas gadis itu.
Farah pun mencoba untuk bangkit, namun dadanya kini terasa sesak. Sehingga ia kembali terjatuh sambil memegangi dadanya.
"Kalau tidak salah kamu mati karena penyakit asma ya? Berdasarkan pengalamanku, biasanya arwah yang memiliki riwayat penyakit semasa hidupnya, maka setelah ia mati dan menjadi hantu, maka penyakitnya itu masih tersisa padanya!" Ujar Praja.
Mendengar ucapan Praja, pikiran gadis itu pun melayang ke hari di mana ia masih hidup, sebuah momen dimana kehidupannya terasa seperti di Neraka.
***
"Hey Farah, nanti kamu kerjain PR kami ya!" Ucap salah seorang gadis SMA.
"Ta-tapi kan PR itu harus dikerjain sendiri!" Balasku.
"Halah gak usah bacot deh, awas aja kalo tugas kita gak kamu kerjain!"
Aku hanya diam tertunduk mendengar bentakan itu, aku hanya berani melihat dia bersama kedua temannya berjalan keluar kelas dari kejauhan.
Renata, Rina, dan Rani. Itu lah nama mereka, 3 orang siswi yang merupakan anak dari donatur sekolah.
Karena mereka adalah anak dari donatur, mereka cenderung menjadi anak yang suka berbuat seenaknya dan suka merundung siswa yang lebih lemah dari mereka, dan aku adalah salah satunya.
Mereka bukan hanya suka memaksaku untuk mengerjakan tugas mereka saja, tapi kadang mereka juga suka merampas barang milikku, atau melakukan kekerasan fisik maupun verbal padaku.
Aku merasa lelah dengan semua ini, hingga perlahan air mataku menetes membasahi wajahku.
Aku sadar bahwa diriku lemah, dan aku juga sadar bahwa aku tidak boleh begini terus. Hingga sebuah keputusan muncul di dalam kepalaku, sebuah keputusan fatal yang seharusnya tidak boleh kulakukan.
***
"Heh, kok bisa tugas kita gak Lo kerjain?" Hardik Renata.
"Aku gak mau ngerjain tugas kalian lagi, tugas itu kan wajib di kerjain sendiri!" Balasku.
Mendengar jawabanku, mereka bertiga jadi naik pitam. Sepulang sekolah mereka menarikku kembali ke dalam kelas dan mengikatku di bangku tempat ku duduk.
Aku sudah memohon untuk dilepaskan, namun mereka tak mengindahkan permohonanku dan malah meninggalkan ku pergi.
Aku berteriak berharap siapapun datang menolongku, namun nihil, tidak ada yang mendengar teriakanku. Semua orang sudah pergi, para guru seolah menutup mata dengan masalah yang ku alami.
Sial bagiku, penyakit asmaku kambuh, dadaku terasa sesak, pandanganku semakin buram. Pada saat itu aku menyadari bahwa aku akan mati.
Dalam kondisiku yang sekarat, amarah dan dendam berkumpul di dalam lubuk hatiku. Aku bersumpah aku akan membalas dendam pada mereka, dan semua penghuni sekolah ini juga akan merasakan dampaknya.
***
Farah kembali bangkit berdiri, sorot matanya menatap tajam kearah Praja.
"Mau apalagi? Kamu sudah kalah sekarang, sebaiknya kamu menyerah saja!" Ucap Praja.
"Menyerah ya!? Mana mungkin aku bisa menyerah atas dendamku selama bertahun-tahun semudah ini!"
Tiba-tiba energi Farah melonjak naik, amarah dan dendamnya semakin memuncak. Praja yang menyadari hal itu langsung memasang kuda-kuda bertahan.
"Tidak mungkin, padahal tadi dia sudah melemah, tapi dia masih memiliki energi sebesar ini?" Batin Praja.
"Sekarang, bersiaplah untuk mati di tanganku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Indagis
ParanormalIndagis merupakan sekumpulan orang indigo berkekuatan magis. Mereka melakukan kontrak dengan para mahluk halus agar dapat meminjam kekuatan mereka. Membuat orang-orang itu mampu bertransformasi menjadi seorang pahlawan yang membawa kekuatan dari dua...