31. Rumah Berhantu (9)

83 10 0
                                    

Ajag pun menatap tajam ke arah semua orang yang ada di sana, terutama pada Praja dan Bima yang dari tadi hanya diam tak bergeming di dekatnya.

"Selama puluhan tahun, aku di segel di dalam boneka jelek itu. Selama bertahun-tahun pula, boneka itu terus berpindah tangan. Aku hanya bisa diam menyaksikan itu semua, hingga pada satu waktu aku menyadari bahwa segel mulai rusak..." Ucap Ajag.

"Tapi, segel itu masih tetap tidak membiarkanku lolos, aku masih kesulitan untuk menghancurkan segel itu. Hingga kemudian aku menyadari kecacatan yang ada pada segel itu sekarang. Kecacatan itu membuatku mampu mempengaruhi tubuh dan pikiran orang yang berada di dekatku, sehingga itu bisa ku manfaatkan untuk mencari orang yang mampu menghancurkan segel itu secara utuh," Ajag terus berbicara soal boneka yang telah menyegelnya itu.

"Jadi, aura mengancam yang kurasakan dari boneka itu karena segel itu mulai rusak?" Tanya pak Toni.

"Benar, dan sekarang aku telah bebas, kekuatanku telah kembali. Sehingga sekarang aku bisa balas dendam pada kalian, para Indagis. Orang yang telah menyegelku dulu!" Ujar Ajag sembari menyerang Praja dan Bima.

Beruntung, Praja dan Bima dengan sigap melompat menghindari serangan Ajag.

"Hati-hati, Bima! Mahluk ini memiliki aura yang sangat kuat, hingga mampu membunuh mahluk hidup secara instan!" Perintah Praja.

"Aku tahu, tapi kita adalah seorang Indagis. Hal seperti itu tidak akan berpengaruh besar pada kita," balas Bima.

Praja pun segera memegang kalung harimau putih miliknya. Sedangkan Bima, segera mengangkat telapak tangan kanannya, menunjukkan cincin berwarna hijau yang melingkar di salah satu jarinya.

"Maung Bodas!" Kemudian muncullah seekor harimau putih dengan aura biru yang keluar dari dalam kalung, disertai dengan raungan harimau yang menggelegar.

"Nagagini!" Seekor ular berwarna hijau pun muncul mengitari tubuh Bima, disertai dengan desisan ular yang siap menangkap mangsanya.

"Lakukan Penyatuan!" Secara bersamaan, kedua roh siluman hewan itu pun menyatu dengan roh pemiliknya. Memberikan segenap kekuatan yang mereka miliki pada sang pemilik.

Tubuh astral Praja kini mulai di selimuti aura biru. Garis-garis biru layaknya loreng harimau juga bermunculan di sekujur tubuhnya. Iris matanya pun berubah menjadi warna biru yang menyala.

Sedangkan Bima di sebagian kulitnya ditumbuhi oleh sisik ular, pakaiannya pun berubah menjadi semacam pakaian yang terbuat dari kulit ular, yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Sedangkan iris matanya juga ikut berubah menjadi warna hijau.

Cincin yang tadi Bima kenakan, kini telah berubah bentuk menjadi sebuah Crossbow berwarna hijau dengan motif ular.

Maya sangat terkesan dengan apa yang ia lihat sekarang, dua orang Indagis yang awalnya tampak saling cuek dan bermusuhan, kini mulai bekerja sama melawan musuh yang cukup kuat.

"Majulah kalian, para Indagis! Aku tidak akan dikalahkan lagi oleh orang seperti kalian!" Gertak Ajag sembari bergerak menerjang musuh.

Praja langsung mengeluarkan energi berbentuk cakar di kedua tangannya. Ia segera melesat ke arah Ajag yang juga siap untuk mencabik-cabiknya.

Pertarungan pun tak terelakkan, Ajag dengan cakarnya yang tajam terus mencoba untuk mencabik Praja. Namun pemuda itu berhasil menangkis semua serangan itu, bahkan ia juga berhasil mendaratkan serangan di tubuh Ajag hingga meninggalkan goresan yang cukup dalam.

Sementara Bima dari kejauhan menembaki Ajag dengan anak panahnya. Hal itu dilakukan untuk melindungi Praja dari sabetan cakar Ajag, dan itu terbukti berhasil mengganggu fokus siluman anjing itu.

"Bocah ular brengs*k!" Ajag tampak semakin murka, ia langsung menerjang ke arah Bima.

Hal itu menjadi kesempatan emas bagi Praja, pemuda itu langsung menyerang punggung Ajag yang tanpa perlindungan itu.

Ajag berteriak kesakitan, punggungnya telah mengucurkan darah akibat serangan Praja. Dengan penuh amarah siluman itu berbalik arah dan kembali menyerang Praja.

Kali ini giliran Bima yang mendapatkan kesempatan, ia langsung menembaki punggung Ajag masih terluka akibat serangan Praja tadi.

Kini Ajag semakin kesakitan dan hilang fokus, punggungnya serasa dihujani oleh peluru beracun. Serangan anak panah dari Bima meninggalkan luka yang cukup parah di punggungnya.

"Serangan anak panahku memiliki racun yang akan segera melumpuhkanmu, Ajag. Kau tidak akan punya kesempatan menang!" Ujar Bima.

Ajag terdiam sesaat, ia tampak menggertakkan giginya dengan geram, sebelum akhirnya melolong layaknya serigala.

Tubuh Ajag pun semakin membesar, otot-ototnya menegang, kali ini besar tubuhnya mungkin sekitar 3 meter. Sementara aura jahat yang dikeluarkan olehnya juga semakin pekat, hingga membuat siapapun yang melihatnya akan meringkuk ketakutan.

Bahkan Maya beserta para arwah disekitarnya pun juga merasakan efek yang sama. Terlebih lagi Maya yang saat ini merasakan deruan napasnya terasa sesak, seperti hampir mati.

Menilik dari kekuatan yang setingkat ini, adalah suatu keajaiban bagi Maya yang masih bertahan hidup. Padahal normalnya mahluk hidup manapun akan mati jika terpapar aura dari Ajag, termasuk berbagai tumbuhan dan pepohonan di sekitar rumah itu.

"Ini gila, monster ini berhasil membuatku bergidik ngeri, beruntung selain kami tidak ada seorang pun yang berada di sini!" Batin Praja.

"Bersiaplah untuk mati, Indagis!" Teriak Ajag.

Ajag langsung melancarkan pukulannya ke arah Praja, pemuda itu berusaha menahan serangan itu. Namun ternyata level kekuatan Ajag sudah meningkat drastis, pemuda itu berhasil terpental sejauh beberapa meter.

"Kekuatan selevel ini, mengingatkanku pada kekuatan Kinanti dan Kenanga!" Batinnya.

Kemudian Ajag langsung berbalik dan menerjang ke arah Bima. Pemuda itu langsung menembaki anak panah beracun ke arah siluman itu, namun mahluk itu berhasil menangkis semua serangannya.

Saat posisi mereka sudah cukup dekat, Ajag langsung melancarkan cakarannya. Namun Bima langsung mengelak ke samping dan kembali menyerang sembari mencoba menjaga jarak.

Tapi Ajag tidak membiarkannya menjauh, mahluk itu langsung melompat mendekati Bima untuk kembali menyerangnya.

Dengan mati-matian Bima terus berusaha menghindari serangan mahluk itu.

"Rasanya mahluk ini jauh lebih kuat daripada yang tadi, bahkan racun dari Nagagini pun tak mampu menumbangkannya!" Batin pemuda itu.

Di saat Bima semakin terdesak, Praja langsung datang dan menendang kepala mahluk itu dari arah samping.

Dengan gerakan memutar, Praja pun berputar di udara dan mencakar punggung Ajag berulang kali.

Mahluk itu meraung kesakitan, dengan penuh amarah ia berbalik dan kembali menyerang Praja menggunakan cakarannya.

Melihat Ajag yang mulai menyerang, Praja langsung refleks menghindar ke samping. Saat itulah ia menyadari, bahwa serangan Ajag ternyata memiliki efek tebasan di udara yang mampu memotong segala sesuatu dari jarak yang cukup jauh.

"Sial, kalo begini terus, bagaimana cara kami mengalahkannya? Mahluk ini terus bertambah kuat, bahkan serangannya pun mampu memotong benda dari kejauhan!" Batin Praja.

***

Hantupedia:

Ajag merupakan mahluk mitologi asal pulau Jawa. Ia merupakan sejenis mahluk berbentuk siluman anjing yang suka menghisap darah. Ia biasanya berburu mangsa secara berkelompok.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang