18. Pertarungan Melawan Sang Dukun (2)

134 8 0
                                    

Beberapa hari sebelumnya.

Di sebuah gubuk di tengah hutan, tampak sesosok Kuntilanak merah terbang memasuki tempat itu.

Di dalam gubuk tersebut terdapat banyak benda pusaka, jimat, dan berbagai macam benda aneh yang mengeluarkan aura mistis.

Di tengah ruangan terlihat seorang pria tua berjanggut sedang duduk bersila menghadap sekumpulan benda yang biasa digunakan untuk ritual mistis.

Ia ditemani oleh sesosok Kuntilanak merah lain yang berdiri di sebelahnya.

Kuntilanak yang berwajah pucat pasi dengan aroma melati yang tercium dari tubuhnya.

"Kenapa misimu bisa gagal, Kinanti? Padahal tugas mu hanya meneror 2 orang kakak beradik di sebuah kost-kostan kosong" ucap sang pria tua.

"Maafkan hamba, tuan Prapto! Di sana ada sedikit masalah. Ada seseorang yang sangat kuat yang melindungi mereka!" Jawab sang kuntilanak yang bernama Kinanti itu.

"Apa? Siapa yang berani mengganggu rencanaku!?" Bentak Prapto.

"Soal itu hamba tidak tahu, tapi sebaiknya kita tidak usah berurusan lagi dengan mereka!" Saran Kinanti.

"Tidak bisa begitu, klien kita sudah membayar mahal. Kalo kita gagal bisa buruk untuk reputasiku kedepannya!" Balas sang dukun.

"Tapi kenapa kita harus menerornya terus? Kenapa tidak langsung membunuhnya seperti biasa?" Tanya Kinanti dengan heran.

"Ya mana aku tahu, itu urusan klien mau nya diapain, yang penting mereka udah bayar. Sekarang yang penting kau harus jelaskan padaku soal kemampuan musuhmu itu!" Perintah Prapto.

Kinanti mengingat pertarungannya tadi dengan Praja. Rasanya ia mengenali kekuatan itu, tapi ia tak ingat apapun. Karena itulah, ia sekarang membuat sebuah keputusan yang tak biasa.

"Dia bisa beladiri, kemudian ia mengalahkanku!" Jawabnya singkat.

"Apa? Cuma dengan begitu kamu kalah? Kamu berbohong padaku!?"

Sang dukun menggerakkan jari jemarinya ke arah Kinanti. Dalam sekejap, Kinanti mulai merasakan rasa sakit tak tertahankan di kepalanya.

"Tidak mungkin hamba berbohong pada anda, tuan! Kemampuannya memang sangat tinggi!" Ucap Kinanti sembari menahan sakit.

"Sepertinya dia memang tidak berbohong pada Anda, tuan! Lagipula sekarang ada hal yang lebih penting untuk dilakukan bukan?" Ucap kuntilanak yang tadi bersama dengan Prapto.

Prapto pun menghentikan perbuatannya, Kinanti hanya bisa terduduk lemas karena pengaruh kekuatan sang dukun.

"Baiklah, untuk beberapa hari kedepan kita harus bersiap untuk menyerang tempat itu dengan kekuatan penuh!" Tegas pria tua itu.

***

Beberapa saat telah berlalu, Kinanti kini duduk menyendiri dibawah sebuah pohon rindang. Ia bingung apakah keputusannya tadi adalah hal yang tepat? Karena ia merasa bahwa kekuatan Praja tadi adalah hal yang penting baginya.

"Sudah kuduga, kamu menyendiri di sini, Kinanti!"

Kinanti menoleh ke sumber suara, dan ternyata itu dari Kuntilanak merah yang tadi bersama sang dukun.

"Eh, Kak Kenanga, sedang apa kakak di sini?" Tanya Kinanti.

Kenanga pun ikut duduk di sebelah Kinanti. "Tentu saja mencarimu, aku tahu kok kalo tadi kamu berbohong," ucapnya.

Kinanti hanya diam menunduk mendengar ucapan Kenanga.

"Kamu pasti punya alasan penting kan mengapa kamu sampai berbohong begitu? Sebenarnya apa yang terjadi di sana sampai kamu berbohong seperti itu?" Tanya Kenanga.

Lagi-lagi Kinanti hanya terdiam, sebelum perlahan ia mulai menceritakan isi hatinya.

"Sebenarnya, tadi aku bertemu dengan seorang pemuda bernama Praja. Awalnya kupikir dia hanyalah musuh pengganggu biasa, tapi ternyata dia adalah seorang Indagis!" Ujar Kinanti.

Kenanga tampak terkejut mendengar ucapan Kinanti.

"Kamu tahu kan, aku benar-benar lupa dengan masa laluku. Satu-satunya yang kuingat aku pernah bertemu dengan seorang Indagis. Aku tidak tahu dia siapa, tapi rasanya orang itu adalah orang yang sangat penting bagiku!" Lanjutnya.

Kenanga terus mendengarkan keluh kesah yang dikeluarkan oleh Kinanti. Setelah Kinanti selesai berbicara, baru lah Kenanga merespon.

"Begitu ya, jadi orang yang bernama Praja ini memiliki energi gaib yang tak asing bagimu. Sehingga saat kamu bersentuhan dengan energinya, kamu mendapatkan potongan-potongan ingatan dari masa lalumu!?" balas Kenanga.

"Iya, makanya aku tadi sedikit berbohong soal kemampuan Praja. Tapi apa keputusan ku tadi sudah tepat ya?" Gumam Kinanti.

Kenanga pun menghela napas sebelum akhirnya mulai berbicara.

"Dengar Kinanti, dulu aku punya orang yang sangat penting bagiku. Atau lebih tepatnya orang yang sangat penting bagi para kaum Kuntilanak seperti kita," terang Kenanga.

"Dia adalah sosok pemimpin yang kekuatannya melampaui tingkatan tertinggi para Kuntilanak. Dia adalah sosok yang ingin kami semua lindungi, tapi sayangnya kami gagal melindunginya!" Lirih Kenanga sembari menunduk.

"Tingkatan tertinggi? Tingkatan apa itu?" Tanya Kinanti dengan penasaran.

"Tingkatan tertinggi itu kami sebut sebagai Kuntilanak Hitam. Sayangnya hanya ada beberapa orang dari kaum kita yang mampu sampai ke tingkatan itu," jawab Kenanga.

Setelah beberapa saat, Kenanga pun mulai bangkit berdiri.

"Yah, terlepas dari apapun keputusanmu, jangan sampai kamu menyesalinya. Lindungi apa yang penting bagimu, selesaikan urusanmu di dunia ini, kemudian pergilah ke Surga dengan tenang!" Ujar Kenanga.

Mendengar ucapan Kenanga barusan, Kinanti pun tersenyum kecil.

"Rasanya aneh mendengar hal itu dari orang yang sudah mati. Tapi terima kasih kakak, berkatmu sekarang aku jadi lebih tenang!" Ucapnya.

"Baguslah, kalau begitu bersiaplah, aku punya sebuah rencana yang harus kita lakukan!" Tegas Kenanga.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang