Setelah kejadian melawan Ajag tadi, Praja dan yang lainnya kini berada di Kostan Maya, termasuk juga dengan pak Irvan dan istrinya.
"Kalian ini bagaimana? Kalian ini sudah saya bayar mahal, tapi gak ada hasil!" Ucap Pak Irvan dengan marah.
Semua orang hanya terdiam mendengar amarah dari pak Irvan, sementara bu Laksmi terus menangis mengkhawatirkan nasib anaknya.
"Jangan salahkan mereka, salahkan saja dirimu yang membawa boneka sialan itu!" Balas sang hantu laki-laki yang tiba-tiba menampakkan diri.
Pak Irvan dan Bu Laksmi berteriak kaget melihat dua orang hantu yang selama ini mengganggu mereka menampakkan diri di sana. Terlebih penampilan dua arwah itu juga tampak mengerikan dengan tubuh penuh darah dan leher yang memanjang.
"Tidak perlu kaget begitu, kami datang ke sini karena sudah tidak ada harapan lain selain meminta bantuan mereka. Putri kami juga di sandera oleh mahluk itu, dan kamu sama sekali tidak ada hak untuk memarahi mereka!" Ujar sang hantu.
"Tidak ada hak? Aku yang sudah membayar mereka untuk mengusir kalian, setan-setan yang mengganggu kehidupan kami, kalian itu seharusnya sudah mati, tidak sepantasnya ada di dunia ini!" Bentak pak Irvan.
"Kami mengganggu kalian untuk membuat kalian pergi dari sana! Itu semua gara-gara boneka yang kalian bawa itu, karena boneka itu berisi kekuatan jahat yang mengganggu ketenangan kami. Memangnya kalian pikir mudah menampakkan diri untuk bicara langsung pada kalian? Terlebih kalian juga membawa boneka aneh itu," Jelas sang hantu laki-laki.
"Tapi rumah itu adalah rumah kami sekarang! Kalian, orang yang sudah mati seharusnya pergi dari sana, tinggal lah di kuburan sana!" Bentak pak Irvan lagi.
Melihat suasana yang semakin panas, Praja segera melerai mereka. "Sudah-sudah, sekarang sebaiknya kita beristirahat, nanti sebelum fajar menyingsing kita sudah harus tiba di sana, toh putri kalian di sandera oleh Ajag kan!?" Ucapnya.
"Kenapa pula putri dia harus diselamatkan? Toh putri mereka kan juga sudah mati!" Ketus pak Irvan.
"Apa kau bilang? Manusia tengik!" Arwah sang ayah berniat untuk menyerang pak Irvan, namun langsung dicegah oleh Praja.
"Sudah cukup, sebaiknya kita keluar saja! Ada hal yang harus saya bicarakan pada Anda" pinta Praja pada sang hantu.
***
Sesaat kemudian, baik Praja, Maya, dan dua arwah dari rumah pak Irvan sudah berada di halaman depan.
Maya dan arwah sang ibu bersender pada pohon besar di halaman, memperhatikan Praja dan arwah sang suami yang sedang mengobrol di kejauhan.
"Jadi pak, bisa Anda kenalkan nama kalian padaku?" Tanya Praja.
"Namaku adalah Toni, sedangkan istriku yang di sana adalah Marni, lalu putri kami yang masih kecil itu bernama Nisa," jelas hantu itu yang ternyata bernama Toni.
"Baiklah pak Toni, kira-kira apa Anda ingat detail soal kematian Anda dulu?"
Pak Toni mencoba untuk mengingat-ingat, masa-masa di mana ia masih hidup bahagia bersama keluarganya.
***
Hari-hariku selalu berjalan mulus, Bisnisku lancar, aku juga memiliki keluarga yang bahagia. Diberkahi seorang istri yang cantik dan anak yang lucu, benar-benar merupakan kebahagiaan besar bagiku.
Anakku benar-benar merupakan seorang gadis yang ceria, senyumannya selalu membuatku dan istriku senang. Aku ingin terus mempertahankan kebahagiaan ini selamanya.
Tapi, semua kebahagiaanku itu sirna dalam sekejap. Pada suatu malam, sekumpulan penjahat bertopeng menyusup masuk dan menangkap kami.
Mereka mengikat dan menyiksa kami di ruang bawah tanah, teriakan dan tangisan keluargaku membuat batinku gila. Tapi orang-orang biadap itu sama sekali tak mempedulikannya.
Hingga pada satu titik, mereka tampak melakukan suatu ritual aneh. Mereka membentuk lingkaran sihir dengan darah kami, dan melakukan pemujaan pada sesuatu yang tak bisa kami lihat.
Tapi, di tengah ritual itu, salah satu dari mereka tampak tertarik dengan harta kami. Hingga perlahan semua orang menghentikan ritual mereka dan menjarah harta kami.
Kami dihabisi dan jasad kami dibuang ke dalam sumur di halaman belakang rumah kami. Terakhir sumur itu pun ditutup, meninggalkan jasad kami yang tenggelam di dalamnya.
Setelah itu, jiwa kami pun bergentayangan menghantui rumah itu. Berulang kali penghuni rumah itu berganti, kami terus memberikan tanda soal eksistensi kami, agar ada seseorang yang mau menguburkan jasad kami dengan layak. Tapi kebanyakan dari mereka pindah dari rumah itu.
Setiap kali ada Indigo ataupun Paranormal yang datang, mereka pasti mati setelah mencoba berinteraksi dengan kami.
Hingga kemudian kami mulai skeptis dengan kemampuan mereka, atau keberadaan seseorang yang mampu menolong kami. Di mata kami, kalian semua hanyalah orang bodoh yang datang demi mendapatkan uang dari sang pemilik baru, bukan demi membantu kami.
***
Setelah mendengar cerita dari pak Toni, Praja pun akhirnya mengajukan beberapa pertanyaan.
"Apa setiap orang yang pindah ke rumah itu tidak pernah mengecek sumur di halaman belakang? Soalnya di sumur itu banyak sekali tulang belulang, masa iya gak ada yang sadar satupun," heran Praja.
"Ada kok yang mengecek, tapi anehnya tidak ada satupun yang menyadari keberadaan jasad ataupun tulang belulang kami," jawab pak Toni.
"Lalu tadi Anda bilang bahwa siapapun yang berinteraksi dengan kalian, maka mereka akan tewas. Pertanyaannya, apakah mereka tewas karena perbuatan kalian?" Tanya Praja lagi.
"Belakangan ini kami memang suka menyerang mereka, tapi kami tidak berniat untuk membunuh mereka kok. Hanya ingin mengusir mereka saja!" Jelas Pak Toni.
Mendengar penjelasan dari Pak Toni, Praja akhirnya menarik suatu kesimpulan.
"Sepertinya efek dari ritual itu yang membuat roh kalian jadi berbahaya jika diinteraksi sembarangan. Lalu soal tubuh kalian yang tak terlihat itu, kupikir karena ada campur tangan dari sekte sesat yang dulu pernah mendatangi rumah kalian," jelas Praja.
"Sekte sesat? Tapi dari apa yang saya ketahui, jika seseorang menyembah setan atau iblis. Maka ia harus menyiapkan tumbal untuk diberikan kepada sang Iblis, tapi kenapa jiwa kami masih bergentayangan?" Tanya pak Toni dengan heran.
"Tadi anda bilang bahwa ritual itu dihentikan di tengah jalan kan? Itu berarti bisa dianggap bahwa ritual itu telah gagal, dan jiwa kalian tidak jadi dimakan Iblis. Meskipun ritual itu masih memberikan efek samping tersendiri pada diri kalian," balas Praja.
"Lalu ini cuma sekedar asumsiku saja, tapi ketika ritual sekte sesat itu gagal. Mereka tidak akan menyia-nyiakan jiwa yang telah dikorbankan, melainkan mereka akan memanfaatkannya untuk mencari tumbal baru yang lebih banyak. Dan kemungkinan terburuknya, tumbal yang ku maksud itu adalah orang-orang yang pernah tinggal di rumah itu, beserta Paranormal sewaan mereka!" Lanjutnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indagis
ParanormalIndagis merupakan sekumpulan orang indigo berkekuatan magis. Mereka melakukan kontrak dengan para mahluk halus agar dapat meminjam kekuatan mereka. Membuat orang-orang itu mampu bertransformasi menjadi seorang pahlawan yang membawa kekuatan dari dua...