58. Indagis Tuyul (8)

31 2 0
                                    

"Ack!" Maya lagi-lagi berhasil dijatuhkan oleh Wira. Gadis itu meringis kesakitan karena luka-luka ditubuhnya akibat pelatihan yang ia lakukan sekarang.

"Kamu harus berusaha lebih keras lagi, Maya! Kalo ini pertarungan langsung, kamu pasti sudah mati berkali-kali!" Ujar Wira.

"Tapi ini terlalu sulit, kamu menyerangku habis-habisan, aku bahkan tak sempat memberikan perlawanan!" Balas Maya.

"Sudah tugasmu untuk memikirkan cara membalas seranganku. Ingatlah, bahwa di pertarungan langsung, musuhmu tak akan memberikanmu kesempatan membalas!" Seru Wira, membuat gadis itu terdiam sesaat.

Maya tiba-tiba teringat akan gerakan beladiri yang pernah ditunjukkan Praja padanya. Pria itu bertarung dengan efektif dan efisien, bisa membuat musuhnya kesulitan untuk membalas serangan.

Gadis itu pun menghela napasnya, perlahan ia mulai bangkit dan kembali memasang kuda-kudanya. Begitu juga dengan Wira.

Namun, kali ini Wira merasakan hal aneh dari kuda-kuda yang ditunjukkan Maya. Rasanya gadis itu kini terasa lebih siap untuk bertarung kembali.

Wira pun mulai berlari menerjang ke arah Maya, namun dengan sigap, gadis itu langsung melompat dan berhasil menendang wajah Wira dengan telak.

"Tendangan ini...!" Wira merasa terkejut dengan tendangan yang berhasil dilakukan oleh Maya.

Meskipun serangannya berhasil mengenai Wira dengan telak, namun gadis itu tak tinggal diam. Ia kembali melancarkan serangan pukulan bertubi-tubi hingga Wira tak mampu membalas.

"Meskipun seluruh tubuhku terasa sakit, tapi aku tak akan menghentikan seranganku!" Batinnya.

Terakhir, Maya memusatkan kekuatan tinjunya pada kepalan tangannya, sebelum akhirnya ia lepaskan pada ulu hati Wira, membuat pria itu tersentak hingga mengeluarkan darah dari mulutnya.

Wira pun terjatuh dalam posisi berlutut, deruan napasnya tampak terengah-engah. Ia tak menyangka bahwa serangan Maya bisa sekuat itu.

Ia pun memandang gadis di hadapannya yang kini juga sedang terengah-engah. Perlahan pria itu menyunggingkan senyumnya.

"Bagus Maya, akhirnya kamu bisa berkembang sejauh itu. Pertahankan kemampuanmu itu, jangan sampai lengah di pertarungan mendatang!" Puji Wira, sementara Maya pun tersenyum mendengar pujian Wira.

Kemudian, sebuah energi astral pun terasa mendekat dari kejauhan. Wira dan Maya segera menoleh ke arah aura tersebut berasal.

Mereka pun sadar, bahwa aura astral itu berasal dari seorang Indagis yang sedang berjalan mendekati mereka.

"Loh, Kakek Chandra? Kakek sedang apa di sini?" Tanya Maya, pada sang Indagis yang ternyata merupakan Kakek Chandra.

"Cih, pak tua ini datang lagi ke sini!" Gerutu Wira dengan jengkel.

Kakek Chandra pun tersenyum mendengar ucapan mereka. Ia pun menjelaskan bahwa kedatangannya ke sana untuk menjemput Maya pulang dan merekrut Wira menjadi anggotanya.

"Apa? merekrutku menjadi anggotamu? Yang benar saja, aku tidak sudi bekerja sama denganmu. Apalagi dengan anak-anak Indagis yang kau bimbing itu!" Ucap Wira dengan ketus.

"Loh? Padahal tadi kulihat kamu sudah akrab dengan Maya tuh? Jadi kupikir kamu yang sekarang sudah tercerahkan olehnya!" Balas Kakek Chandra dengan wajah heran.

"Aku hanya mengajarinya untuk membela dirinya sendiri, bukan berarti aku benar-benar dekat dengannya!" Sanggah Wira.

"Tapi Pak, kupikir saran dari Kakek itu bagus, jadinya kamu bisa bergabung dengan kami dan bertarung bersama!" Pinta Maya.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang