43. Indagis Bahutai (3)

59 9 0
                                    

Chandra merasa bingung atas perasaan aneh yang ia rasakan barusan. Rasanya ia tidak ingin melukai gadis di depannya itu.

Ajag yang melihat Chandra sedang lengah memanfaatkan kesempatan itu untuk memasukkan sebagian energinya pada gadis itu.

Ajag memusatkan kekuatannya pada salah satu jarinya, kemudian ia langsung menancapkan ujung cakarnya pada leher gadis itu.

Gadis itu menjerit kesakitan, Chandra yang melihat hal itu tidak tinggal diam. Pria itu langsung melompat dan mengarahkan tebasannya pada leher Ajag.

Sayangnya Ajag berhasil mengelak, sosok itu juga melepaskan gadis itu dari dekapannya. Gadis itu pun terjatuh sembari merintih kesakitan.

"Hahahaha, kau tidak akan bisa membunuhku sekarang, Indagis! Kalo kau mencoba membunuhku, maka gadis itu juga akan langsung mati! Hahahaha." Ajag tertawa penuh kemenangan melihat lawannya tak bisa berbuat apa-apa.

Melihat tak ada pilihan lain, Chandra segera menyarungkan Mandaunya, sebelum akhirnya menggendong gadis itu menjauhi area itu.

Sementara Ajag hanya diam membiarkan mereka berdua pergi. Karena Ajag tahu, jika ia memancing amarah sang Indagis, maka bisa saja ia akan benar-benar mati saat itu juga.

***

Di tempat yang cukup jauh, Chandra segera menurunkan gadis itu karena merasa suasananya sudah aman. Ia melihat ekspresi gadis itu masih meringis kesakitan akibat kekuatan Ajag yang merasuk ke dalam tubuhnya.

"Kamu ini, benar-benar pengganggu saja! Kalo kamu tidak ada, pasti anjing itu sudah mati!" Ucap Chandra dengan geram.

Gadis itu segera memandang Chandra dengan jengkel. "Kok kamu malah nyalahin aku sih? Lagian tadi kamu hampir membunuhku tahu!" Balasnya.

"Ya itu memang benar, cuma aku merasa sedikit heran. Kenapa saat pedangku hampir menyentuhmu, aku jadi merasakan perasaan aneh? Perasaan yang membuatku merasa ragu dan tidak ingin melukaimu!" Ujar Chandra.

Mendengar hal itu, gadis itu pun segera berdiri. Sepertinya rasa sakitnya berangsur-angsur hilang.

"Aku tahu kok jawabannya," ucapan gadis itu membuat Chandra semakin penasaran.

"Itu karena aku seorang Indriya!" Jelas sang gadis sembari tersenyum.

"Indriya? Aku pernah mendengar legenda soal mereka, tapi ini baru pertama kalinya aku bertemu dengan seorang Indriya secara langsung." Balas Chandra.

"Ibuku pernah bilang, bahwa kami para Indriya diberkati kekuatan khusus untuk mengakses kekuatan gaib. Lalu selain kami, ada juga legenda soal para Indagis yang konon kabarnya hadir sebagai pelindung para Indriya. Jadi adalah hal yang wajar jika para Indagis tidak akan melukai kami!" Jelas gadis itu.

Gadis itu pun menatap Chandra dengan menelisik.

"Ngomong-ngomong, kamu ini Indagis kan? Bisa perkenalkan dirimu dan juga khodam milikmu?" Pintanya.

Mereka pun akhirnya saling berkenalan. Gadis itu ternyata bernama Luna, saat ini ia tinggal sendirian karena kedua orang tuanya sudah meninggal.

Tapi saat Chandra memperkenalkan Milo pada Luna, tampak ekspresi Luna berubah kaget. Pandangan gadis itu mencoba menelisik setiap inci dari tubuh Milo yang tampak diselimuti aura gelap.

"Anjing ini, dia tampak terbelenggu oleh kekuatan gelap yang besar, akan kucoba netralkan kekuatan ini!" Ujar Luna, namun segera ditahan oleh Chandra.

"Tunggu dulu, kalo kamu menetralkannya, maka kekuatanku bisa melemah!" Tolak pria itu.

"Ihh, kamu ini kejam banget ya sama khodammu sendiri? Dia ini lagi menderita loh! Kamu sebagai pemiliknya harusnya sadar akan hal itu!" Balas Luna dengan jengkel.

Chandra pun hanya terdiam mendengar respon dari Luna. Gadis itu segera mencoba menetralkan kekuatan yang membelenggu Milo.

Namun sayangnya kekuatan itu terlalu besar, saat Luna mencoba menetralkannya, ada semacam medan energi yang menolak kekuatannya.

"Ahh, kalo begini bisa butuh waktu cukup lama buat menetralisir energi ini!" Keluh gadis itu.

"Nah gak bisa kan? Sudah ya aku pergi dulu, aku harus segera membunuh siluman anjing yang tadi!" Ucap Chandra, namun pria itu langsung ditahan oleh Luna.

"Tunggu dulu, kalo kamu bunuh siluman itu aku bisa mati!" Ujar Luna.

Chandra hanya menaikkan alisnya mendengar pernyataan dari Luna.

"Lantas apa masalahnya buatku? Toh kamu mati karena keteledoranmu sendiri, siapa suruh ada di sana!?" Ucap Chandra dengan ketus.

"Ugh, dasar cowok gak bertanggung jawab! Kamunya yang gagal bunuh dia, kamu juga yang nyalahin aku. Harusnya dengan kekuatan sebesar itu pastikan agar tidak ada korban diantara pertarungan kalian!" Balas Luna dengan nada sedikit tinggi.

"Untuk apa aku melakukan hal itu? Hidup atau matinya kalian tidak ada pengaruhnya bagiku!" Ketus Chandra, membuat Luna semakin jengkel.

"Huh, sepertinya kamu tipe Indagis yang menyepelekan nyawa orang lain ya. Faktanya, nyawa semua mahluk itu berharga, kalo mereka mati maka nyawa mereka tak bisa digantikan dengan apapun!" Tegas Luna.

"Lantas, kau mau aku melakukan apa?" Tanya Chandra dengan sedikit kesal.

"Begini saja, biarkan aku mengajarkanmu soal pentingnya nyawa setiap mahluk hidup. Sekalian aku coba untuk sembuhkan Milo dari belenggu kekuatan jahat ini!" Jelas gadis itu.

"Baiklah, akan ku terima tawaranmu!"

***

Hari-hari Chandra pun berubah, pria itu kini tinggal di sebelah rumah Luna.

Rumah itu konon kabarnya merupakan rumah kosong yang dulu ditinggalkan pemiliknya karena angker. Tapi karena sekarang yang tinggal di sana adalah Chandra, jadi sepertinya itu bukan masalah besar sekarang.

Setiap hari Luna tak lupa untuk selalu mengajak Chandra untuk berinteraksi lebih dekat dengan masyarakat. Sesuatu yang tak pernah pria itu lakukan sebelumnya.

Selain itu Luna juga mengajak Chandra untuk ikut memberi makan hewan liar. Seperti Anjing, Kucing, dan semacamnya.

Terakhir, Luna juga tak lupa untuk menetralisir energi gelap yang membelenggu Milo.

Setiap hari ia melakukan hal itu, bahkan tak jarang juga gadis itu terluka akibat medan energi yang menyelimuti tubuh Milo.

Hal itu tentu membuat Chandra bingung, bagaimana mungkin seorang gadis yang baru ia kenal benar-benar berusaha keras membantunya? Tapi Luna selalu mengatakan bahwa ia melakukan semua itu demi Milo.

Setiap kegiatan yang mereka lakukan itu awalnya tentu ditolak oleh Chandra. Baginya melakukan semua hal itu hanya buang-buang waktu.

Tapi Luna selalu berhasil membujuknya, hingga ia yang awalnya malas melakukan kegiatan seperti itu, perlahan-lahan mulai menikmati kebersamaannya dengan Luna.

***

Hantupedia:

Bahutai merupakan mahluk mitologi berwujud siluman anjing asal pulau Kalimantan.

Berdasarkan legendanya, ia berasal dari bulan, dan ukurannya lebih besar daripada seekor kerbau.

Bahutai memiliki beberapa jenis, yaitu:
1. Bahutai Putih
2. Bahutai Gabuk
3. Bahutai Hitam
4. Bahutai Belang

Hanya saja di cerita Indagis ini, Bahutai hanya memiliki 3 jenis tingkatan saja. Yaitu putih, hitam, dan belang.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang