49. Pelatihan Para Indagis (1)

49 6 0
                                    

Keesokan harinya.

Di sebuah tanah lapang yang jauh dari pemukiman penduduk. Praja dan yang lainnya kini telah tiba untuk berlatih, termasuk juga Angga yang sudah lama menunggu mereka.

"Kalian ini lama sekali!" Ucapnya dengan kesal.

"Ya maaf deh kalo kamu nunggunya lama, kita kan harus siap-siap dulu!" Balas Praja.

"Yaudah, cepatlah bersiap lalu kita mulai latihannya!" Perintah Angga.

Praja dan Bima segera Meragasukma, sementara Maya dan Nayla hanya berdiri melihat mereka berlatih dari kejauhan.

Praja, Bima, dan Angga pun kini berdiri saling berhadapan. Secara bersamaan, mereka pun mulai melakukan Penyatuan Roh.

"Maung Bodas!" Seekor harimau putih mengaum sembari keluar dari kalung milik Praja.

"Nagagini!" Seekor ular hijau muncul dan mendesis sembari melilit tubuh Bima.

"Barong!" Seekor singa merah dengan beberapa ornamen emas muncul dan berdiri dengan gagahnya di sebelah Angga.

"Lakukan Penyatuan!" Ketiga khodam itu pun merasuk ke dalam sukma pemiliknya, membuat para Indagis itu berubah menjadi roh dengan wujud yang lebih kuat.

"Nah, sekarang apa yang harus kami lakukan?" Tanya Bima.

"Mudah saja, kalian seranglah aku secara bersamaan!" Perintah Angga, membuat Praja dan Bima terkejut.

"Apa maksudmu? Mana mungkin kami menyerangmu bersamaan!" Tolak Bima.

"Itu benar Angga, meskipun kau ini kuat. Tapi kau tidak mungkin bisa menahan gempuran serangan kami berdua!" Lanjut Praja.

Angga pun menghela napas, sebelum akhirnya lanjut bicara, "kalo aku bilang serang ya serang! Atau harus aku yang menyerang duluan!?" Ujarnya sembari mulai menyerang Praja dan Bima.

Beruntung sebelum keris Angga mengenai mereka, Praja dan Bima berhasil mengelak.

"Baiklah jika kau memaksa!" Bima melompat mundur untuk menjaga jarak. Setelah itu ia langsung melancarkan beberapa anak panah ke arah Angga.

Tapi dengan mudah, Angga menangkisnya hanya dengan satu keris.

"Seranganmu terlalu lemah, polanya juga gampang ditebak. Seranglah dengan lebih kuat lagi!" Ucapnya.

Sementara dari arah belakang, Praja berniat untuk mencakar punggung Angga. Namun lagi-lagi pria itu berhasil menebak serangannya dan kemudian ia mengelak ke samping.

Dengan gerakan memutar, Angga langsung memukulkan gagang kerisnya ke punggung Praja dengan keras, hingga membuat pemuda itu tersentak.

"Gerakanmu juga sama saja, gampang ketebak! Carilah cara lain untuk menyerangku!" Perintah Angga.

"Itu masih belum apa-apa!" Praja kembali melancarkan serangan dengan cakarnya. Secara bersamaan Bima juga menembaki Angga dari jarak jauh.

Serangan kombinasi Praja dan Bima memang kompak, namun sayangnya kedua hal itu berhasil diatasi oleh Angga.

Hingga pada satu titik, Angga pun menendang perut Praja dengan keras, hingga pria itu terpental tepat ke sebelah Bima.

"Gila, kemampuan dia sungguh luar biasa!" Ucap Praja.

"Benar, kita harus mencari cara untuk mengalahkannya!" Sahut Bima.

"Kalo begitu tidak ada cara lain, Bima, ayo kita bekerja sama untuk menumbangkan monster ini!" Ujar Praja. Ia dan Bima pun mulai memasang kuda-kuda, bersiap untuk kembali bertarung lagi.

***

Sementara itu, Maya dan Nayla menonton pertarungan tersebut dari kejauhan, tepat di bawah sebuah pohon rindang. Raga para Indagis itu juga berada di sana.

"Ternyata bang Angga itu hebat ya, bang Praja dan Bima aja sampe kesulitan meskipun udah kerjasama gitu!" Ucap Nayla.

Maya hanya diam mendengarnya, pandangan matanya terus mengawasi jalannya pertarungan para Indagis itu.

"Nayla, apa menurutmu kita tidak terlalu membebani mereka?" Tanya Maya pada adiknya.

"Membebani? Apa maksudnya?" Nayla tampak tak paham dengan pertanyaan kakaknya.

"Kita ini seorang Indriya kan? Dan setahuku tugas para Indagis itu untuk melindungi kita. Tapi aku merasa kita terlalu membebani mereka. Karena kita lemah, kita jadi tidak berguna. Selama ini, Praja dan Bima selalu melindungi kita dan orang lain. Tapi kita tidak bisa melindungi siapapun, termasuk diri kita sendiri tanpa bantuan mereka!" Jelas gadis itu.

Mendengar penjelasan dari kakaknya, Nayla pun terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia merespon.

"Aku rasa Praja dan Bima tidak menganggap kita beban bagi mereka. Toh kita terus berlatih kemampuan kita kan? Aku yakin suatu saat jika kekuatan kita berhasil bangkit, maka kita tidak akan jadi beban mereka lagi!" Jawab Nayla, sembari tersenyum kecil.

"Begitu ya!" Maya pun mendongak ke langit, dalam hatinya ia masih merasa tidak tenang. Terlebih kesalahannya saat melawan Ajag dulu masih menghantuinya hingga saat ini.

***

Petang telah tiba, menandakan latihan hari ini telah selesai, baik Praja dan Bima kini telah beristirahat sembari bersender di bawah sebuah pohon rindang.

Meskipun mereka berlatih dalam wujud roh, tapi rasa lelah akibat berlatih itu tetap ada saat mereka kembali ke raga mereka.

"Kalian ini payah sekali, baru latihan segitu aja udah kecapekan!" Ujar Angga, tampak di tubuhnya juga penuh keringat dan napasnya terengah-engah.

"Hey, kau saja capek, pake ngejek kami segala!" Balas Praja.

"Aku capek wajar, harus ngelatih kalian berdua yang skillnya dibawah rata-rata!" Ejek Angga lagi.

"Ngeles aja, di latihan tadi aja kau kena serangan telak dari kami berulang kali. Itu artinya kau juga kesulitan melawan kami sekaligus!" Balas Bima sembari tertawa.

"Bukan kesulitan, tapi aku menahan diri, terus aku juga sengaja ngebiarin serangan kalian ngenain badanku, soalnya aku kasian serangan kalian dari tadi ketangkis terus!"

Mereka bertiga pun terus berdebat, hingga akhirnya Maya datang dan melerai mereka.

"Sudah-sudah, makanan kalian sudah kami siapkan!" Ucapnya, sembari menunjuk tikar dengan banyak bekal yang berada tidak jauh dari situ.

Praja, Bima, dan Angga pun bangkit untuk segera makan dan mengisi ulang energi mereka. Di sela-sela kegiatan itu, Praja pun bertanya sesuatu pada Angga.

"Angga, kira-kira Kakek Chandra sekarang kemana ya? Dari tadi aku tidak melihatnya?" Tanya pemuda itu.

"Iya ya, dia kan Indagis juga, harusnya dia ikut melatih kami!" Lanjut Angga.

"Dia ada di rumahnya lah, dia itu sudah tua, sudah seharusnya dia beristirahat!" Jawab Angga.

"Benarkah? Tapi waktu itu aku melihat kemampuan bertarungnya masih sangat hebat!" Ucap Maya.

"Apa? Jadi dia bertarung lagi?" Angga tampak terkejut mendengar pernyataan Maya barusan.

"Iya, memangnya ada apa?" Tanya gadis itu.

Angga pun menghela napasnya sebelum menjawab, "jadi dia itu di diagnosis menderita penyakit jantung. Di umurnya yang sekarang sangat berbahaya jika dia bertarung lagi." Jelas pria itu.

Semua orang pun tersentak mendengar penjelasan dari Angga.

"Memangnya sejak kapan kamu bertemu dengan Kakek Chandra?" Tanya Nayla.

"Kurang lebih sekitar 12 tahun lalu, saat itu umurku masih 12 tahun. Aku sempat mengajaknya bertarung, namun aku berhasil dikalahkan olehnya. Dia pun mengajakku untuk berlatih selama kurang lebih 10 tahun. Dan semenjak 2 tahun belakangan ini ia sudah tidak aktif lagi sebagai Indagis, meskipun mungkin karena faktor penyakit jantungnya itu!" Terang Angga.

"Kalo begitu di mana rumahnya? Kami ingin menjenguknya!" Pinta Praja.

"Jadi kalian ingin menjenguknya? Baiklah, akan ku ajak kalian untuk pergi ke rumahnya besok!" Balas Angga.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang