22. Pertarungan Melawan Sang Dukun (6)

107 10 0
                                    

Praja langsung maju melancarkan serangannya, dilanjutkan dengan Prapto yang segera menahan serangan pemuda itu.

Baku pukul pun terjadi diantara mereka berdua. Praja terus melancarkan pukulan dan tendangan sembari menangkis dan menghindari serangan Prapto.

Meskipun pertarungan itu tampak intens, tapi setiap serangan Praja tetap tidak memberikan dampak apapun pada lawannya.

Sehingga semakin lama pertarungan berjalan, Prapto semakin diuntungkan. Hingga akhirnya dukun itu pun berhasil memukul mundur Praja hingga terpental.

"Untuk ukuran anak seusiamu, kamu boleh juga, bocah!" Puji Prapto sembari menyeka keringatnya.

"Aku tidak butuh pujianmu!" Balas Praja dengan ketus.

"Huh, kamu ini masih muda, tapi gak sopan sama orang tua. Tapi yah mau kamu sopan atau nggak pun, Ujung-ujungnya juga kamu akan saya bunuh!" Ucap Prapto.

Mendengar hal itu, Praja pun tersenyum menyeringai. "Coba saja kalau kau bisa!"

Praja langsung melompat mendekati Prapto. Dengan sekuat tenaga ia mengayunkan tendangannya ke arah wajah sang dukun.

Prapto tak sempat bereaksi dengan kecepatan serangan Praja, hingga akhirnya wajahnya pun terkena tendangan Praja dengan telak.

"Mustahil, serangannya memang tak terasa menyakitkan, tapi kenapa aku malah terdesak begini!?

Praja terus melancarkan serangan dengan kecepatan tinggi tanpa henti, hingga dukun tua itu tak mampu untuk membalas serangannya.

Terakhir, Praja melancarkan pukulannya ke arah dagu Prapto, hingga pria tua itu terpelanting ke belakang.

"Mustahil, aku bisa dirobohkan oleh pemuda ini? Yang bahkan tak bisa menembus ilmu kebalku!?"

Prapto pun jatuh tersungkur ke belakang, tubuhnya memang tak terluka sama sekali, tapi serangan Praja tadi membuatnya kaget sekaligus terkesan.

Sementara itu, dalam hatinya, Praja teringat saat-saat ia berhasil melakukan pukulan terakhir pada Kenanga tadi.

"Tadi, sebenarnya energiku hampir habis, tapi kenapa Kuntilanak itu malah mentransfer sebagian energinya padaku?" Pikirnya.

Praja pun menatap telapak tangannya, "selain itu, kuntilanak bernama Kenanga itu juga menyerap sebagian kecil energiku. Sebenarnya dia itu di pihak siapa? Apa tujuannya melakukan hal itu?"

Saat Praja sedang sibuk berpikir, Prapto tiba-tiba bangkit dan duduk menghadap Praja.

"Bocah, aku akui kau hebat, tapi dalam pertarungan, jika kau tidak bisa memberikan luka atau bahkan hanya sedikit rasa sakit pada musuhmu. Maka itu hanyalah kesia-siaan!" Tegas Prapto.

Secara perlahan, Prapto pun mulai bangkit berdiri bersiap untuk kembali bertarung.

"Kamu memang hebat, bocah. Tapi usahamu itu cukup sampai disini. Setelah ini, ku pastikan kau mati di tanganku!" ucapnya sembari memasang kuda-kuda.

Sesaat sebelum mereka kembali bertarung, Kinanti keluar dari gubuk dan melayang mendekati mereka berdua.

"Kinanti, apa yang tadi kalian lakukan? Kenapa aku tidak bisa merasakan paku emas yang kutancapkan di kepalamu?" Selidik Prapto.

Kinanti hanya terdiam, sebelum akhirnya berbicara. "Prapto, kamu akan mati malam ini!"

Dalam sekejap, Kinanti melesat mendekati Prapto dan langsung mencekiknya.

Tubuh pria tua itu terangkat, matanya melotot, ia tampak meronta-ronta akibat serangan Kinanti.

Saat itulah, Praja menyadari, bahwa yang dilakukan oleh Kinanti bukan hanya sekedar mencekiknya saja. Lebih tepatnya Kinanti menyerap daya hidup dari Prapto.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang