28. Rumah Berhantu (6)

104 11 0
                                    

Saat ini, Maya masih dalam keadaan terbelenggu oleh kekuatan telekinesis dari Ajag.

"Hahahaha, percuma saja kamu berusaha melepaskan diri, kekuatanku sekarang jauh lebih kuat daripada kamu. Dan nanti ketika diriku sudah terbebas sepenuhnya dari boneka itu, maka kekuatan penuhku akan kembali!" Ujar Ajag dengan penuh kesombongan.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, memperlihatkan Pak Irvan dan Bu Laksmi yang datang dengan wajah khawatir.

"Ya Tuhan! Nina, kamu kenapa?" Ucap Bu Laksmi dengan panik saat melihat keadaan putrinya.

"Ah, muncul lagi dua pengganggu bodoh di sini!" Gerutu Ajag.

Pak Irvan memperhatikan putrinya dengan saksama, hingga ia menyadari bahwa ada sesuatu yang sedang merasuki putri kesayangannya itu.

"Siapa kamu? Kenapa kamu merasuki putri saya!?" Bentak Pak Irvan.

Melihat pandangan Pak Irvan dan Bu Laksmi yang hanya fokus pada Nina, Maya menyadari bahwa mereka berdua masih tidak bisa melihat dirinya dan juga hantu gadis kecil yang terkapar di sana.

"Ah, kalian berisik sekali, lebih baik kalian diam saja!" Gertak Ajag sambil menggerakkan tangannya untuk menghempaskan kedua orang tua Nina.

Namun sesaat sebelum itu terjadi, Praja sudah berada tepat di belakangnya dan mencoba menendang kepalanya. Namun sayangnya Ajag berhasil mengelak.

"Wah-wah, aku diserang dari belakang. Apa kau sudah tidak peduli lagi pada nyawa bocah ini? Lagipula kedatanganmu itu sangat mudah ditebak, Indagis. Kamu tidak akan bisa menipu indra penciumanku!" Ucap Ajag dengan santai.

"Seranganku tadi sudah kupastikan hanya akan mengenaimu, jadi tidak akan membahayakan anak itu. Lagipula jika kamu mengandalkan indra penciuman, apa itu berarti kamu merupakan seorang siluman?" Tanya Praja dengan penasaran.

"Benar, aku adalah Siluman Anjing, Ajag. Aku akan memanfaatkan gadis ini dan keluarganya untuk membebaskanku dari belenggu boneka itu!" Terang Ajag sembari menunjuk boneka yang tergeletak di lantai.

"Begitu ya, kamu percaya diri sekali sampai-sampai menjelaskan soal rencanamu padaku. Tapi maaf, hal itu tidak akan kubiarkan!" balas Praja.

"Tentu saja aku percaya diri, karena biar bagaimanapun aku lebih kuat daripada kalian!" Tegas Ajag.

"Kuat kok disegel di dalam boneka, mana gak bisa lepas pula!" Ejek Bima yang ternyata juga ikut naik ke dalam kamar Nina bersama dengan dua hantu penunggu rumah ini.

Sang hantu wanita menatap tubuh hantu gadis kecil yang terkapar di sana. Tampak sorot matanya terbelalak melihat keadaan sang gadis.

"Nisa!" Teriak wanita itu, yang sepertinya merujuk pada nama sang hantu gadis kecil.

Sementara itu, ejekan Bima sepertinya berhasil membuat Ajag naik pitam. Ia mulai menggeram, sebelum akhirnya langsung menerjang Bima yang berdiri disebelah pak Irvan dan istrinya.

"Nagagini!"

Bima langsung memanggil Nagagini keluar, hal itu sempat membuat Ajag terkejut hingga ia langsung melompat menghindar ke samping.

Saat itulah, Maya yang sudah terbebas dari belenggu kekuatan Ajag langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk menangkap tubuh Nina yang masih dirasuki oleh Ajag.

"Hey, apa yang kau lakukan? Gadis bodoh!" Ajag berusaha melepaskan diri. Namun disitulah ia menyadari bahwa saat ini ia telah dikepung oleh dua orang Indagis dan dua sosok gaib penunggu tempat ini.

"Kamu tidak akan kulepaskan sebelum kamu keluar dari tubuh anak ini!" Gertak Maya.

Ajag tampak tak punya pilihan lain, dengan kemampuannya, ia memelintir lengan kiri Nina hingga terdengar suara retakan tulang, menandakan bahwa lengan kiri Nina telah patah.

"Tidaakk! Ninaa!" Teriak Bu Laksmi dengan panik.

"Mustahil, dia mematahkan tangan Nina semudah itu!?" Batin Maya.

"Lepaskan aku, atau akan ku patahkan seluruh tubuh anak ini!" Ancam Ajag.

"Maya, lepaskan dia!" Perintah Praja.

Melihat tak ada pilihan lain, mau tak mau Maya melepaskan tubuh Nina yang masih dikendalikan oleh Ajag demi keselamatan anak itu.

Setelah Maya menjauh, Ajag langsung memanfaatkan kesempatan itu dan melompat ke arah hantu gadis kecil yang masih tak sadarkan diri.

Melihat hal itu, arwah sang ibu segera refleks bergerak untuk melindungi putrinya. Namun arwah suaminya langsung menariknya agar tidak terkena serangan Ajag.

"Siapapun yang ada di sini, dengarlah! Aku akan menyandera tubuh anak ini dan arwah bocah yang terbaring itu. Jika kalian ingin mereka berdua selamat, maka kalian harus menghancurkan boneka yang ada di sana!" Ujar Ajag, kepada seluruh orang yang ada di sana.

Mendengar hal itu, baik Praja dan Bima saat ini tak bisa berbuat banyak. Karena Ajag memiliki dua sandera, yaitu Nina dan juga arwah gadis kecil penunggu rumah ini.

Kemudian, Nayla pun tiba di sana, hingga mengejutkan pak Irvan dan bu Laksmi.

"Pak Irvan, Bu Laksmi, kita harus pergi dari sini sekarang!" Ucapnya.

"Nggak mau, gimana dengan anak saya kalo kami pergi!?" Tolak Bu Laksmi.

"Soal itu bisa kita urus nanti, yang terpenting kita harus pergi sekarang!" Pinta Nayla.

"Bagaimana bisa kamu minta kami pergi? Dimana teman-temanmu itu? Bukannya kalian harusnya bisa mengusir para setan di sini?" Bentak Pak Irvan.

Nayla melihat ke arah Praja dan yang lainnya, ia menyadari bahwa pak Irvan dan bu Laksmi tidak bisa melihat wujud astral mereka.

"Ini mungkin sulit dipercaya, tapi mereka ada di sini. Dan mereka ingin kita pergi sekarang! Demi keselamatan anak kalian juga!" Pintanya lagi.

Mendengar hal itu, dengan terpaksa Pak Irvan menyetujuinya. Awalnya Bu Laksmi masih menolak, namun suaminya terus membujuknya untuk pergi.

Akhirnya Nayla, beserta Pak Irvan dan istrinya sudah pergi dari sana, menyisakan para Indagis, Maya, Ajag, dan arwah penunggu rumah ini.

"Tunggu apa lagi? Hancurkan saja boneka itu, baru aku bebaskan dua orang ini!" Perintah Ajag.

Mendengar hal itu, arwah sang Ayah pun berbicara pada Praja.

"Tadi kamu bilang kamu ingin membantu kami kan? Maka tolong selamatkan putri kami! Kami tidak ingin dia dilenyapkan begitu saja!" Pintanya.

Mendengar permintaan dari hantu itu, Praja pun menghela napas. Ia sempat berpikir sejenak, sebelum akhirnya ia kembali bicara.

"Begini Ajag, biarkan kami berdiskusi dulu. Setidaknya berikan kami waktu beberapa jam sebelum memutuskan!" ucap Praja.

"Baiklah, kuberikan kalian waktu sampai besok pagi. Lebih dari itu maka dua orang ini akan aku habisi!" Ancam Ajag.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang