48. Indagis Bahutai (8)

48 5 2
                                    

Di malam yang mencekam itu.

Chandra pun tiba di depan sebuah rumah yang seharusnya menjadi rumah kebahagiaan baginya dan istrinya. Namun sayang hal itu tak akan pernah menjadi kenyataan.

Rumah itu kini tampak rusak, bagian atap dan dindingnya telah hancur. Seperti telah terjadi pertarungan besar di sana.

Dengan tubuh lemas, Chandra turun dari tubuh Milo. Ia segera berlari masuk mencari keberadaan Luna.

"Lunaaa!" Ia terus memanggil nama itu, namun tak ada siapapun yang menjawab.

Hingga di sebuah ruangan, matanya terbelalak melihat seonggok tubuh penuh darah sedang terkapar tak berdaya di lantai.

"Lunaaa!" Chandra langsung mendekati tubuh itu dan memeluknya.

Tubuh Luna sangat dingin dan pucat, mulutnya mengeluarkan darah. Chandra memegang perut Luna juga mengucurkan darah, yang mungkin merupakan darah dari janin yang sedang dikandung wanita itu.

Hujan pun kini mulai mereda, rembulan kembali bersinar, menyinari Chandra yang diam terpaku memeluk jasad sang istri.

Perlahan air mata pria itu mengalir membasahi pipi. Sebuah kegagalan dan rasa penyesalan menghinggapi hatinya yang kini hancur dalam satu malam.

"Luna, aku mohon sadarlah! Aku mohon jangan tinggalkan aku! Aku gagal melindungimu dan juga bayi kita! Luna, aku minta maaf! Tapi tolong jangan pergi!"

Chandra terus memanggil nama Luna, berharap ada suatu keajaiban ditengah keputusasaannya.

Sementara itu, Milo yang kini kembali ke wujud anjing kecil segera mendekati tuannya.

Anjing itu, sangat memahami perasaan tuannya melebihi siapapun. Perasaan menyakitkan saat ditinggal oleh orang yang disayang, terasa sangat menyakitkan baginya.

Malam itu, Chandra terus memeluk tubuh Luna yang terbujur kaku. Hingga mentari pagi pun mulai menyingsing.

***

Kejadian itu menggemparkan seluruh warga, para warga saat malam itu sedang tertidur pulas tanpa mendengar suara apapun.

Chandra menyadari, bahwa ada hal aneh dibalik kematian Luna. Warga yang tertidur pulas, dan sisa-sisa pertarungan di rumahnya membuatnya yakin ada seseorang yang sangat sakti, yang mampu melakukan itu semua.

Ia juga mencoba melihat momen kejadian saat kematian Luna dengan kemampuannya, hanya saja penglihatannya selalu terasa buram, seperti ada sesuatu yang menghalanginya untuk melihat kebenaran.

Amarah dan dendam di hatinya mulai muncul kembali. Rasanya ia sangat ingin menghabisi siapapun yang telah membunuh istrinya.

Tapi Milo selalu mencoba untuk menghiburnya, mencegahnya agar tidak kembali ke jalan kegelapan.

Chandra pun teringat akan masa-masanya bersama dengan Luna. Awal pertemuannya, momen saat penyembuhan Milo, momen saat mengalahkan Ajag, hingga momen setelah pernikahan. Semua itu sangat berharga baginya.

Chandra juga menyadari, bahwa boneka Ajag telah menghilang. Mungkin saja boneka itu telah dicuri oleh seseorang yang telah membunuh Luna.

Dengan ini, ia pun bersumpah. Untuk menyelidiki misteri di balik ini semua. Ia akan menjaga setiap Indriya yang akan ia temui. Ia akan menyelidiki soal keberadaan Ajag.

Dan yang terpenting, ia akan mengingat setiap momen dan nasehat dari Luna. Agar ia tetap menjadi seseorang yang baik, yang peduli pada orang lain, dan ia akan membimbing para Indagis muda agar berada di sisi kebaikan seperti yang pernah dilakukan Luna padanya.

***

Kakek Chandra pun selesai bercerita. Baik Praja, Maya, Bima, dan Nayla hanya bisa tertegun mendengar cerita darinya.

"Jadi Praja dan Bima, kuharap kalian bisa segera berkembang jadi lebih kuat untuk melindungi Maya dan Nayla. Karena biar bagaimanapun, musuh kita mungkin tidak akan menunggu!" Terang Kakek Chandra.

"Tapi bagaimana cara agar kami bisa berkembang jadi lebih kuat lagi? Terlebih kekuatanku juga dalam kondisi tersegel!" Tanya Praja.

"Itu tenang saja, kalian bisa minta tolong Angga untuk melatih kalian!Kalo soal kekuatanmu yang tersegel, kita hanya perlu mencari cara untuk membuka segel itu. Lalu biarkan Maya atau Nayla yang menetralkan energi gelap yang menyelimuti kekuatanmu itu!" Jawab Kakek Chandra.

"Apa? Angga? Dia saja sikapnya begitu, mana mungkin dia mau melatih kami!" Ujar Bima.

"Tenang saja, Angga itu aslinya anak yang baik, aku yakin dia pasti akan mau berlatih dengan kalian. Kalian hanya perlu menemukan cara untuk berbaur dengannya!" Jelas pria tua itu, sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan Praja dan yang lain.

***

Sore itu, Angga sedang duduk sendirian di sebuah warung kopi di pinggir jalan. Ia tampak begitu menikmati kesendiriannya sembari meminum minuman yang tadi ia pesan.

Hingga, kesendiriannya pun terganggu dengan kemunculan Praja dan yang lainnya.

"Kalian ngapain ke sini?" Tanyanya dengan ketus.

"Angga, ada hal penting yang harus kita bicarakan!" Balas Praja.

Angga pun mempersilahkan mereka untuk duduk di dekatnya. Tanpa basa-basi ia langsung menanyakan perihal yang ingin dibicarakan oleh mereka.

Praja lalu membahas sedikit soal kisah masa lalu Kakek Chandra, yang mungkin sudah pernah didengar oleh Angga. Dan mereka bertujuan untuk mengajaknya bekerja sama melindungi Maya dan Nayla.

"Apa? Jadi maksud kalian aku harus melindungi mereka berdua? Yang benar saja! Aku punya hal penting lain yang harus kulindungi!" Tolak Angga.

"Tapi kan menurut legenda, Indagis itu bertugas melindungi para Indriya!" Ujar Nayla.

"Itu cuma legenda, cuma mitos! Mana mungkin aku juga melakukan hal yang merepotkan begitu!?" Balas Angga, membuat jengkel Nayla dan yang lain.

"Angga, aku tahu bahwa tanggung jawabmu itu memang berat. Keselamatan seluruh warga di pulau Bali berada di tanganmu. Tapi saat ini kami butuh bantuanmu! Karena kami masih sangat lemah, dan sejujurnya, aku tidak ingin diantara kami ada yang mati!" Ucap Maya, membuat Angga sempat tertegun sebentar.

"Kalo begitu jadilah kuat, dengan begitu kalian bisa melindungi diri kalian sendiri!" Tegas Angga.

"Kami memang ingin jadi kuat, karena itu tolong latihlah kami!" Pinta Maya, membuat Angga kembali terkejut dengan permintaan itu.

"Kamu sendiri kan yang bilang bahwa musuh tidak akan menunggu kami jadi kuat? Karena itulah, jika kamu tidak bisa melindungi kami, maka bantulah kami agar jadi kuat, agar kami bisa melindungi diri kami sendiri!" Tegas gadis itu.

Angga pun terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu. Setelah beberapa saat, akhirnya ia berbicara.

"Baiklah, tapi aku hanya bisa melatih Praja dan Bima saja, karena biar bagaimanapun latihanku itu keras. Tidak mungkin bisa diikuti oleh cewek-cewek payah kayak kamu dan adikmu itu!" Jawab Angga dengan ketus, membuat Maya dan Nayla semakin jengkel.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang