Chapter 45 (Kejujuran Ben)

131 8 0
                                    

Di sore hari, Ben dan Steven berada di cafe yang berada di pusat kota. Ben mengajak Steven keluar untuk menemaninya nongkrong. Kesempatan ini akan digunakan Steven untuk menggali informasi mengenai hubungan Alyssa dan Ben yang sebenarnya. Entah mengapa, hati Steven tidak tenang dan perasaannya tidak enak sejak ia menyetujui kerjasama yang ditawarkan oleh Ben.

Steven menyuap sepotong kue yang telah ia pesan ke dalam mulutnya sembari mendengarkan Ben bercerita ini itu tentang bagaimana tersiksanya dia saat dipaksa mengurus perusahaan oleh Daniel.

"Lama-lama juga bakal terbiasa," sahut Steven dengan santai.

"Terbiasa apaan? Gue tuh bukan kerja layaknya orang normal. Tapi gue dipaksa kerja rodi." Ben mendengus sebal.

"Emang Kak Daniel tuh sejatinya emang gasuka aja sama gue daridulu. Makanya dia bales dendam ke gue, ditambah Alyssa ada di pihak gue. Makin jadi dah." Dumel Ben.

"Kalo Kak Daniel emang gasuka sama lo, udah lama kali lo dicoret dari kartu keluarga." Sahut Steven yang mendapatkan tatapan tajam dari Ben.

Steven terkekeh melihat Ben yang sudah dalam mode ngambek. "Udahlah. Sekarang lo jelasin ke gue, sebenarnya hubungan lo sama Alyssa itu udah sejauh apa?"

Wajah Ben berubah menjadi datar, ia menaikkan salah satu alisnya. "Kenapa? Lo penasaran?"

Steven mendengus kesal. "Ya sekarang kan gue ada di pihak lo. Jadi gue mau mastiin sejauh mana lo bisa bantuin gue deket sama Alyssa."

Ben terlihat sedikit berpikir lalu membetulkan posisi duduknya. "Oke. Gue bakal jujur sama lo, Kak. Ini jaminan gue, jadi jangan berkhianat."

Steven mengangguk kecil. Ben membetulkan duduknya untuk mencari posisi nyaman. Setelah itu, ia menatap intens Steven lalu mulai bercerita.

"Semuanya berawal sejak ulang tahun Alyssa yang ke-17..."

Sudah dua hari berlalu sejak ulang tahun Alyssa dan gadis itu terus berdiam diri di kamar. Ia tidak keluar sama sekali saat Ben berada di rumah, Alyssa seperti sedang menghindari Ben. Ben pun tau bahwa Alyssa masih marah mengingat laki-laki itu telah mengambil first kissnya saat ulang tahun kemarin. Namun tetap saja Ben khawatir. Alhasil Ben menerobos masuk ke kamar Alyssa. Adik bungsunya itu sedang menonton film di atas kasurnya dengan menggunakan pakaian tidur yang sangat tipis. Ben menelan ludahnya dengan susah payah.

"Lo mau godain gue?" Suara Ben menjadi berat dan tubuhnya terlihat gelisah.

Alyssa kaget melihat Ben bersandar di pintu kamarnya. Namun dengan cepat, ia menutupi rasa kaget itu dengan lirikan tajam.

"Ngapain lo kesini?" Ucap Alyssa dengan ketus.

"Your language, Al." Desis Ben.

Alyssa berdecak kesal dan ia melotot melihat Ben berjalan lalu menaiki kasurnya . "A-apa yang mau lo lakuin kak? J-jangan macam-macam, atau kalo engga-" cicit Alyssa panik dengan Ben yang mendekat kepadanya.

"Kalo engga apa? Lanjutin baby," bisik Ben tepat di telinga Alyssa.

Alyssa mendorong tubuh Ben dan beranjak dari kasurnya. Namun tubuhnya ditahan oleh Ben sehingga ia terjatuh. Posisinya saat ini, Alyssa berada dibawah kukungan Ben. Alyssa menatap Ben takut.

"K-kak Ben.. kita saudara kak."

"I know. But I love you, baby sister." Suara serak Ben membuat seluruh tubuh Alyssa merinding.

Alyssa mulai menangis dan mencoba melepaskan diri namun usahanya gagal. Tenaga Ben sangat kuat, satu tangan Ben menahan tangan Alyssa yang memberontak sedangkan tangan lainnya ia gunakan untuk menjelajahi tubuh Alyssa. Alyssa menggelengkan kepalanya dengan kuat berharap Ben tidak mengambil langkah yang terlalu jauh.

Mata sayu Ben menatap lurus ke arah Alyssa yang sudah banjir airmata. Ia mencium lembut kedua mata Alyssa. Ketika bibir itu melumat bibir Alyssa, bau alkohol yang sangat kuat tercium oleh Alyssa. Kepala Alyssa menoleh ke samping agar ciuman itu terlepas.

"Kenapa baby?" Suara serak Ben membuat seluruh tubuh Alyssa merinding.

"K-kak Ben.. lo mabuk.." cicit Alyssa.

"Lalu?"

"Sadar kak! Ini gue, adik lo!" Seru Alyssa.

"Gue tau." Jawab Ben cepat.

Wajah Alyssa sangat terkejut melihat sikap santai Ben. "Terus lo sadar ngga apa yang lo lakuin ini?"

"Hm."

"Kak lo gila!" Alyssa menahan airmatanya. Dadanya bergemuruh hebat, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Tidak pernah ada yang mengajarinya bagaimana cara menghadapi situasi seperti saat ini.

"Gue cinta sama lo, Al. Please.. sekali ini aja, gue mau ngasi lo sesuatu yang sangat berharga. Setelah itu, kalo lo tetep gasuka sama apa yang gue lakuin. Gue bakal pergi." Kata Ben dengan serius.

"Jangan pergi kak! Jangan ninggalin gue sendiri.." ucap Alyssa dengan pelan. Alyssa benar-benar tidak menyukai kata 'pergi'. Selama hampir 10 tahun, ia hanya tinggal berdua dengan Ben. Alyssa tidak terlalu mengenal kakaknya yang lain. Hanya Ben, satu-satunya yang ia kenal baik.

"Jadi?" Bisik Ben tepat ditelinga Alyssa. "Percaya sama kakak, Al."

".. yah setelah itu, tau lah apa yang selanjutnya terjadi. Itu momen pertama kita." Jelas Ben sambil tersenyum sangat manis mengingat malam pertamanya bersama Alyssa saat itu.

Ekspresi wajah Steven tidak dapat ditebak. Wajahnya terlihat marah namun ia tersenyum. Matanya menatap datar ke arah Ben. Ia bersabar untuk mendengarkan cerita dari Ben.

"Lo bener-bener pinter manipulatif ya Ben." Sindir Steven.

Ben tertawa kecil. "Gue anggap itu pujian. Thanks Kak."

Steven mendengus kesal. Steven memperhatikan Ben yang meminum kopinya dengan santai. Ia sungguh tidak habis pikir dengan sikap Ben yang santai seperti tidak ada hal terjadi. Bahkan ekspresi wajahnya terlihat cukup senang.

"Kenapa lo merhatiin gue?" Ucap Ben yang merasa terusik dengan tatapan Steven yang terus-menerus menatapnya.

"Lo ngelakuin semua ini bukan semata-mata karena ingin menang dari Kak Daniel kan, Ben?"

"Menang dari Kak Daniel? Buat apa gue ngelakuin itu?"

"Gue tau. Lo selama ini selalu bersaing dengan Kak Daniel untuk memperebutkan posisi di perusahaan utama. Sejak kecil pun, lo selalu menganggap Kak Daniel sebagai rival lo. Lo terlalu terobsesi buat mengalahkannya-"

"Cukup!" Potong Ben.

"Perasaan gue ke Alyssa itu gaada sangkut pautnya dengan Kak Daniel. Mungkin dulu gue emang pengen selangkah lebih depan dari Kak Daniel. Tapi sekarang ngga lagi. Cukup dengan Alyssa ada disamping gue. Itu udah cukup." Jelas Ben dengan tegas.

Steven yang mendengar itu terdiam. Kepalanya cukup berisik. Sepertinya Steven membutuhkan waktu untuk menenangkan pikirannya, agar ia memutuskan akan berada di pihak yang mana.



.
.
.

Haloo~ update lagi nihh><
Gimana gimana.. masih banyak momen Alyssa-Ben di masa lalu yang belum terungkap. Menurut kalian siapa yang sebenarnya villain disini?

Jangan lupa untuk vote & comment yaa~ Terimakasih ❤️

- A.W.S

Possessive Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang