Sepulang dari kampus, Alyssa terus berdiam diri di kamarnya. Pikirannya terasa penuh, ia terus memikirkan ucapan Syifa dan Naya di kantin tadi. Ada rasa yang bergejolak di hatinya dan itu terasa sangat tidak nyaman.
Alyssa memeluk boneka yang diberikan oleh Ben padanya. Ia menatap boneka itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Tangannya mencubit telinga boneka itu seakan ingin menyalurkan kekesalannya.
"Sebenarnya kenapa? Gue tau selama ini gue membodohi diri sendiri. Gue juga tau apa yang gue lakuin itu salah, tapi kenapa? Kenapa gue ngga bisa nolak itu." Alyssa berbicara dengan menatap boneka itu.
"Kak Ben.. Al harus gimana? Selama ini Al selalu ngikutin ucapan Kak Ben karena Kak Ben satu-satunya orang yang Al percayai." Kata Alyssa dengan lirih. Air matanya keluar tanpa izin, Alyssa mulai terisak pelan.
"Kenapa semua orang seakan mengatakan kalo Kak Ben itu salah. Padahal gue tau, kalo kakak itu sayang banget sama gue. Pasti ada alasan dibalik semuanya kan, Kak. Kakak satu-satunya orang yang selalu ada dan selalu siap disamping gue. Kenapa sekarang disaat semuanya berkumpul, malah jadi kaya gini.."
Pikiran Alyssa melayang, ia kembali mengingat saat dirinya dan Ben sedang bercinta. Hatinya kembali terasa sakit dan sesak. Sebenarnya, sejak Syifa dan Naya menjelaskan padanya kala itu. Alyssa sudah tau benar bahwa hal yang ia lakukan itu salah. Namun, ia menolak menerima kenyataan itu dan membela diri dibalik kata kasih sayang antara adik dan kakak. Alyssa menangis dan menelungkupkan kepalanya. Ia juga memeluk boneka pemberian Ben itu.
Tak lama kemudian, pintu kamar Alyssa diketuk lalu terbuka. Alyssa buru-buru menghapus air matanya dan langsung duduk untuk melihat siapa yang datang. Ia melihat Ben berjalan masuk dengan raut wajah yang khawatir.
"Al? Hei.. kamu kenapa?" Suara lembut Ben membuat Alyssa kembali menangis. Hatinya kembali sesak dikala ia kembali mengingat kenyataan yang ada.
Ben yang melihat Alyssa menangis langsung memeluk tubuh Alyssa dengan erat. Tangannya mengusap punggung Alyssa dengan lembut. "Apa yang membuatmu menangis sayang? Cerita ke kakak ya."
Alyssa tidak ingin menjawab dan malah mengeratkan pelukan itu. Alyssa menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Ben. Sedangkan Ben, ia tidak mempersalahkan hal itu. Ben dengan sabar menunggu hingga tangis Alyssa mereda dan menunggunya dengan tenang.
Saat dirasa tangis Alyssa mulai reda, Ben melepaskan pelukan itu dan menatap Alyssa dengan lembut. Tangannya bergerak menghapus sisa-sisa air mata di wajah Alyssa. Kemudian, Ben mengecup kedua mata Alyssa lalu menyatukan dahi mereka.
"Kenapa Al? Hatiku sakit melihatmu menangis." Suara rendah Ben membuat tubuh Alyssa meremang. Ia memejamkan matanya menikmati perasaan hangat yang menjalar ke hatinya.
"Kak.."
Suara serak Alyssa yang habis nangis membuat Ben menegang. 'sial suaranya seksi sekali. Jangan salahkan aku yang ingin menerkammu, Al. Kamu yang membuatku seperti ini' pikir Ben.
Ucapan Alyssa terhenti karena Ben secara tiba-tiba mencium dirinya. Bibir Ben dengan lembut melumat dan menyesap bibir Alyssa. Mereka berdua terbuai dengan saling bertukar saliva dan saling bermain lidah. Bahkan Alyssa tidak sadar bahwa tangannya telah memeluk leher Ben. Ben yang sadar atas tindakan Alyssa, tersenyum tipis dan melanjutkan ciuman itu dengan semakin dalam dan brutal. Hingga tepukan tangan Alyssa di bahunya menyadarkan Ben bahwa gadisnya ini telah kehabisan oksigen.
Ben melepaskan ciuman itu namun ia beralih dengan mencium leher putih milik Alyssa. Ben menghirup dalam-dalam aroma favoritnya dan tangannya pun mulai nakal dengan menyusup ke kaos dalam Alyssa dengan menangkup squisy favoritnya.
"Kak.. Ben.. j-jangan.." Alyssa mati-matian menahan agar desahannya tidak keluar dari mulutnya. Pergolakan batin didalam hatinya kembali muncul. Ia ragu-ragu untuk menghentikan tingkah Ben. Namun, ia juga tidak munafik bahwa tubuhnya pun menikmati segala sentuhan yang diberikan oleh Ben.
"Kenapa hm? Aku akan membuatmu melupakan rasa sedih itu, Al. Percayalah padaku." Ucap Ben dengan memberikan tatapan yang lembut.
Alyssa benar-benar bimbang. Saat Ben ingin melepaskan kaos yang ia kenakan. Suara pintu kamar membuat Ben menghentikan aksinya. Diam-diam dia menggeram kesal.
"Nona Alyssa.." suara Aska terdengar dan sepertinya ia pun terus mengetuk pintu karena tidak segera mendapatkan jawaban hingga membuat Ben sangat kesal.
"Nona, bisakah saya berbicara dengan anda sebentar?"
Ben menatap Alyssa meminta penjelasan. Alyssa yang mendapatkan tatapan tajam oleh Ben pun gugup. "I-itu.. Aska, pengawal pribadi baru Al, Kak. Aska disuruh sama Kak Daniel buat jagain Al." Cicit Alyssa.
Ben memandangi pintu kamar sebentar lalu kembali menatap Alyssa. Ia pun membantunya merapikan pakaian gadis itu yang telah kacau akibat ulahnya.
"Pergilah! Temui pengawalmu itu." Perintah Ben dengan dingin.
Alyssa yang melihat Ben terlihat marah langsung terburu-buru untuk turun dan membuka pintu kamarnya. Hal itu tidak luput dari pandangan Ben yang sudah menggelap sejak tadi.
"Serangga kecil mana lagi yang harus kubasmi?" Gumam Ben sambil menjilat bibirnya.
***
Alyssa membuka pintu kamarnya sedikit agar Aska tidak menyadari bahwa ada Ben didalam. Jantung Alyssa berdegup kencang karena takut ketahuan. Alyssa jelas tau jika Aska mengetahui Ben ada di kamarnya saat ini, pasti Kak Daniel juga akan tau karena pengawalnya itu pasti akan memberikan laporan pada kakak sulungnya.
"A-ada apa malem-malem gini mau ngajak bicara?" Tanya Alyssa yang berusaha untuk tidak gugup.
Aska diam mengamati Alyssa. Matanya juga berusaha menelisik ke dalam kamar Alyssa. "Ngapain sih liat-liat!? Ga sopan!" Sentak Alyssa membuat Aska kembali menatapnya.
Jantung Alyssa berdegup dengan sangat kencang kala melihat tatapan mata Aska yang tengah menatapnya lekat. Aska berdehem dan mengubah sikapnya, kali ini ia menundukkan kepalanya.
"Maaf nona jika menganggu waktu istirahat anda. Um saya hanya.. ingin.." ucap Aska yang sebetulnya bingung ingin berkata apa. Ia mengetuk pintu hanya karena ingin menghentikan aksi Ben.
Ya, Aska memang sedari tadi mengawasi Alyssa diam-diam sesuai perintah Daniel hingga saat Ben muncul dan melakukan tindakan tidak senonoh kepada adiknya. Tanpa pikir panjang Aska langsung berpindah tempat dan bergegas mengetuk pintu untuk menggagalkannya. Namun dirinya saat ini harus dibuat bingung, alasan apa yang harus ia katakan karena telah mengganggu waktu majikannya ini.
"Aska!" Tegur Alyssa.
Aska menelan ludahnya. "S-saya disuruh tuan untuk membawa anda pergi, nona."
"Pergi kemana?"
"Nanti anda akan tau. Saya tidak berhak mengatakannya." Jawab Aska dengan sopan.
Alyssa mengangguk paham kemudian ia kembali menutup pintu kamarnya sembari berkata, "tunggu sebentar, gue siap-siap dulu."
"Baik."
Setelah Alyssa kembali menutup pintu kamarnya. Aska panik sendiri, ia langsung menuju ruangan Daniel untuk meminta izin membawa Alyssa keluar sekaligus menceritakan secara singkat tentang apa yang barusan ia lihat. Kini ia sadar bahaya apa yang dimaksud oleh tuannya itu.
Hola!!
Spesial update karena moodku lagi bagus hehehe..
Semoga suka dengan chapter kali ini, gimana pendapat kalian tentang Aska? ><Jangan lupa tinggalkan jejak ya seperti biasa 😆 kalian bisa vote/comment untuk menghargai author ❤️ thank you~
- A.W.S
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Brother
RomansaAlyssa memiliki 3 kakak laki-laki yang sangat posesif. Masing-masing dari mereka memiliki cara untuk melindungi adik bungsunya. Mereka memiliki kisah yang rumit. Semuanya memiliki rahasia yang mereka simpan dan mereka bagikan kepada orang-orang yang...