Chapter 5

784 49 3
                                    

"SEBENERNYA KENAPA SIH? APA YANG SALAH? DARIMANA SALAHNYA?" Teriak Daniel di ruangannya. Ia terlihat begitu frustasi. Selama bertahun-tahun, ketakutan Alyssa padanya tidak berkurang sedikitpun. Padahal ia sudah memberikan waktu untuknya agar mereka tidak bertemu.

"Udah kak, tenang." Kata Steven yang berusaha menenangkan.

"Emang lo ga pengen Al manja ke lo, Al tersenyum manis ke lo-" Daniel tersenyum sinis.

"-oh iya gue lupa, Al kan udah mulai membuka dirinya ke lo. Lo pasti seneng kan? Lo suka cuman gue satu-satunya yang ditakutin Al?"

"Bukan gitu kak, lo tenangin diri dulu!"

"Mana bisa gue tenang, hash..."

Steven menatap jengah kakak tertuanya. Ia memberanikan menahan bahu kakaknya itu.

"Kak, dengerin gue! Kalo lo mau Al ga takut sama lo, lo harus bisa sabar. Jangan pernah tunjukin aura menekan lo itu, lo harus lembut. Percaya sama gue."

Daniel menatap tajam ke arah Steven. Steven pun mulai gugup, aura menekan yang dimiliki Daniel memang memiliki efek sekuat itu.

"Lo harus bisa ngontrol emosi lo kak! Dan satu lagi, karena Al sayang banget sama Ben. Lo juga jangan nunjukin sikap permusuhan lo ke Ben. Meski gue males ngakuinnya, tapi satu-satunya cara agar kita bisa deket sama Al adalah melalui Ben." Jelas Steven sambil menepuk pundak Daniel.

"Pikirin omongan gue kak! Gue pergi dulu," Steven meninggalkan Daniel yang masih berusaha mencerna penjelasan Steven.

"Haruskah gue coba?" Ucap Daniel.

Tok..tok...tok

Suara ketukan pintu membuat kesadaran Daniel kembali utuh. "Ya masuk!"

Ben berjalan mendekati Daniel sambil menundukkan kepalanya. Kedua tangannya saling menggenggam di belakang tubuhnya. "L-lo manggil gue kan? Ada apa?"

Daniel masih terdiam dan hanya menatap Ben tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ben pun mulai gugup dan sedikit panik, ia mulai menyusun kata-kata agar amarah Daniel bisa sedikit mereda.

"Kak, gue tau gue salah karna udah nyembunyiin semua ini. Tapi waktu itu gue benar-benar stress dan kacau banget. Gue sibuk jaga Al dan nyari pelaku dibalik kejadian itu. Gue udah bikin perhitungan juga sama semua orang yang berkaitan dengan hal itu. Gue-"

Ucapan Ben berhenti karena sebuah pukulan tinju tepat di pipinya datang. Kemudian, pukulan itu datang bertubi-tubi hingga membuat Ben panik.

"KAK! LO MAU BUNUH GUE?"

"GUE UDAH NAHAN AMARAH DARITADI YA BANGSAT, TAPI KARNA SUARA LO BERISIK GUE JADI GATAHAN BUAT PUKUL LO," Daniel terus menerus memberikan pukulan kepada Ben.

"Kak, udah kak! Gue minta maaf!"

"LO BENER-BENER GA NGEHARGAIN GUE BEN DAN GUE BENCI ITU. JANGAN KARNA AL BERPIHAK KE LO, LO JADI BERSIKAP SEENAKNYA."

Pintu terbuka tiba-tiba. Alyssa sangat terkejut melihat apa yang ada dihadapan saat ini. Ia spontan berteriak, "KAK DANIEL CUKUP!"

Daniel tersentak dan terkejut karena melihat Alyssa kini berada di ruangannya. Ia buru-buru melepaskan Ben dan mencoba menjelaskan apa yang telah terjadi.

"Al, ini ga seperti yang kamu lihat-"

Sebuah tamparan melayang tepat di pipi kiri Daniel. Tamparan yang ia terima dari adik tercintanya. Daniel terdiam.

"Gu-gue benci sama lo kak! Lo jahat hiks," ucap Alyssa dengan badannya yang mulai bergetar. Air matanya keluar tanpa izin dan emosi mulai merasuki dirinya.

"APA SALAH KAK BEN? KENAPA LO SELALU JAHAT KAK? LO GA BERHAK BUAT NYAKITIN KAK BEN,"

"Al tunggu sebentar, dengerin kakak! Ben udah nyembunyiin kondisi kamu, kakak juga selalu ingin tau kabar kamu dan memastikan kalau kamu baik-baik aja."

"Kak hiks meksipun begitu, lo ga berhak buat ngelakuin ini. Kalo Kak Ben ngasih tau, emang lo mau apa? Lo bahkan gapernah ada disini, lo cuman bisa nyalahin orang hiks"

Alyssa mencoba membantu Ben berdiri. Wajah Ben babak belur, ia bahkan merasa sedikit pusing untuk berdiri. Alyssa membantu dengan menopang tubuh Ben.

"Gue ga butuh kakak kaya lo."

Setelah mengucapkan kalimat itu ke Daniel. Alyssa pergi membawa Ben, meninggalkan Daniel yang diam mematung di kamarnya.

***

Malam hari pun tiba, semuanya sudah berkumpul di ruang makan kecuali Daniel. Alyssa yang tersenyum riang membuat suasana menjadi cerah. Disampingnya ada Ben yang duduk sambil menatapnya dengan hangat, luka-luka yang ia terima telah diobati, meskipun beberapa bagian yang memar masih terasa sakit. Namun tidak menghentikan Ben untuk tersenyum melihat tingkah adiknya itu. Steven yang duduk di seberang Ben juga tersenyum manis, ia bahagia melihat Alyssa tersenyum dan bahagia.

"Nah ini sayur untuk Kak Ben dan ini untuk Kak Steven."

"Terimakasih princess," jawab kedua kakak laki-laki itu secara bersamaan.

Alyssa tersenyum. Ia melirik ke arah Steven, meski trauma itu masih ada. Tetapi Alyssa bertekad untuk melawannya, ia tidak ingin melukai perasaan kedua kakaknya itu.

"Ada apa Al? Kok ngeliatin gue mulu," tanya Steven dengan heran.

"Gapapa, gue cuman mau ngomong kalo gue mau lebih deket sama lo kak."

Ucapan Al membuat Ben dan Steven terkejut. Bahkan Steven sampai menjatuhkan sendok yang ia pegang. Lalu ia menatap Alyssa dengan tatapan tidak percaya akan hal yang ia dengar barusan.

"Alyssa! Bi-bisa ulang lagi ngga lo tadi ngomong apa?" Kata Steven yang berusaha menahan rasa bahagianya.

"Aish itu ucapannya eksklusif jadi gaada tayangan ulang."

"Ayo lah! Gue tadi ga denger lo ngomong apa."

"Yauda salah sendiri ga dengerin gue ngomong. Betul ngga kak Ben?"

Ben yang sedang asik menyantap makanannya mengangguk tanda setuju dengan ucapan Alyssa. Steven yang melihat hal itu langsung membuat ekspresi cemberut dan hal itu membuat Alyssa tertawa kencang. Baginya, wajah Steven terlalu menggemaskan dan tidak cocok dengan kepribadiannya yang selama ini ia kenal.

"Kalian lagi apa? Keliatannya happy banget," ucap Daniel yang tiba-tiba saja bergabung.

Alyssa langsung menghentikan tawanya dan melanjutkan menyantap makanannya. Daniel duduk di kursinya dan sedikit merasakan sakit di bagian dadanya. Seketika ruangan itu berubah menjadi canggung dan sedikit mencekam. Diam-diam Daniel juga merasa bersalah atas keputusannya untuk bergabung.

"Kak cobain deh sayurnya, eksklusif nih disiapin sama Alyssa." Kata Steven yang mencoba untuk mencairkan suasana.

Daniel tersenyum kecil.

"Oh ya? Pinter banget adek kakak udah bisa masak."

"Bukan gue yang masak. Gue cuman bantu platting nya doang," jawab Alyssa dengan nada yang dingin.

"Oh- tetep aja keren-" Daniel bingung harus merespon seperti apa. "-ini boleh kan gue- um kakak makan?"

"Makan aja."

Daniel menelan ludahnya. Ia sangat bingung dengan situasi saat ini. Ia melirik Ben yang fokus menyantap makanannya kemudian melirik Steven yang juga menatapnya. Steven tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya.

"Usaha yang bagus kak," ucap Steven tanpa suara.

Demi apaa!?😭 Seneng banget ternyata ada yang baca ceritaku yang ini. Makasi banget buat kalian yang udah ninggalin jejak ❤️ oh iya aku juga ada rencana bikin short videonya buat ngegambarin salah satu scene gitu. Lumayan kan biar makin kebayang hehehe. See u on next chapter 🥰

- A.W.S

Possessive Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang