Pagi yang cerah diiringi matahari yang mulai menampakkan dirinya. Udara yang masih segar dan daun yang terkena embun pagi, suasana hari itu benar-benar sangat cocok untuk bersantai. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Daniel. Saat ini dia sedang sibuk berkutat dengan kertas-kertas yang berada di meja kerjanya. Entah sudah berapa lama Daniel bekerja tanpa henti seperti itu. Raut wajah tanpa ekspresi dan matanya yang fokus menatap berkas dihadapannya, benar-benar situasi yang membuat semua orang termasuk Theo enggan untuk menganggunya.
Meski begitu, Terry satu-satunya orang yang berani menganggu fokus Daniel. Seperti saat ini, Terry membuka pintu ruang kerja Daniel dan berjalan menuju sofa yang ada di ruangan itu. Dengan style andalannya, kacamata hitam dan jaket hitam. Terry duduk sambil mengambil camilan yang berada di hadapannya.
"Kak!" Panggil Terry sembari mengunyah cookies.
"Hm?"
"Kerjaan gue udah beres. Sekarang gue udah bisa ambil cuti libur kan?"
Daniel melirik Terry sebentar kemudian menganggukkan kepala.
"Yes!!" Kata Terry dengan semangat.
Daniel menatap Terry dan terlihat berpikir sebentar. Daniel terlihat ragu-ragu untuk berkata.
Terry yang menyadarinya langsung bertanya, "Kenapa kak? Ada yang mau lo tanyain?"
Daniel berdehem sebentar. "Um iya. Bagaimana keadaan Alyssa?"
Mendengar pertanyaan Daniel. Terry membuka kacamata hitamnya dan langsung mengubah posisi tubuhnya dengan benar, wajahnya pun berubah menjadi tampak serius.
"Secara keseluruhan bisa dibilang baik. Tapi perilaku Ben sudah mengkhawatirkan. Kapan lo mulai bertindak kak?"
"Kita lihat situasinya dulu. Ben, anak itu hanya butuh beberapa pengakuan saja. Mau bagaimanapun, gue gabisa nyalahin dia sepenuhnya," jawab Daniel.
Terry menatap kakak sepupunya itu dengan sendu. "Kak, gue tau. Tapi hal itu udah gabisa ditoleransi lagi. Lo harus secepatnya ambil tindakan karna kalo engga, akan ada dua orang yang akan jadi korban." Saran Terry.
Daniel tersenyum tipis sambil menepuk pundak Terry. "Tenang aja, gue udah punya rencana. Sementara ini, lo tetep awasi mereka berdua ya."
Terry mengangguk paham.
"Gue... Minta tolong sama lo sebagai sepupu. Jagain adik-adik gue." Kata Daniel sambil tersenyum.
"Lo tenang aja kak."
***
Dua bulan telah berlalu, Alyssa sudah menjalani kehidupan kuliahnya. Dengan deretan peristiwa yang sudah ia alami. Akhirnya, Alyssa dapat izin untuk tinggal di asrama kampus. Meskipun ia tetap tidak diperbolehkan untuk kost sendiri, tapi tinggal di asrama juga sudah cukup bagi Alyssa agar ia bisa mengenal dunia yang lebih luas.
Selama dua bulan itu juga hubungan Alyssa dengan Ben semakin dekat. Ben semakin posesif terhadap Alyssa karena mereka berdua tinggal terpisah. Alyssa juga tidak menolak atau protes atas sikap Ben kepadanya, ia hanya menerima dan mengikuti alurnya saja.
Alyssa menjalani hidup yang menurutnya cukup nyaman. Dengan sikap posesif Ben yang menurut Alyssa masih bisa ia terima, Steven yang terkadang menelponnya untuk sekedar bertanya kabar, dan tidak adanya kabar satupun dari Daniel. Pesan yang pernah ia kirimkan untuk Terry juga tidak mendapatkan balasan hingga sekarang. Mereka berdua benar-benar menghilang. Namun Alyssa tidak berpikir panjang karena baginya, ia tidak terlalu dekat dengan mereka berdua jadi tidak masalah tidak mendapatkan kabar apapun dari sepupu dan kakak sulungnya.
Saat ini, Alyssa tengah berada di kantin kampus sambil menunggu jam mata kuliah berikutnya. Ia senang melihat orang-orang lalu lalang dan suasana yang ramai karena hal itu jarang ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Brother
RomanceAlyssa memiliki 3 kakak laki-laki yang sangat posesif. Masing-masing dari mereka memiliki cara untuk melindungi adik bungsunya. Mereka memiliki kisah yang rumit. Semuanya memiliki rahasia yang mereka simpan dan mereka bagikan kepada orang-orang yang...