Chapter 8

515 25 0
                                    

Ben bingung melihat Alyssa yang tidak banyak bicara, bahkan setelah sampai rumah Alyssa langsung masuk ke kamar tanpa berbicara sepatah katapun.

"Kak, sebenernya Alyssa kenapa sih? Gue nanya baik-baik ya ini."

Steven melihat Ben dengan raut wajah yang kesal. Namun ia tetap memberikan isyarat pada Ben untuk duduk di sofa. Ben pun mengikuti kakaknya.

"Jadi, tadi Alyssa ketemu Eric sama Melodi. Gue gatau mereka ngomongin apaan tapi gue tau dan gue jelas ngelihat Al ngga nyaman dan muak sama mereka. Terus Al nangis setelah itu," Steven berbicara sambil menahan emosinya.

Ben yang mendengarnya pun ikut emosi. "Berani juga tuh bocah nemuin Al lagi."

"Gue bakal bikin perhitungan sama dia." Kata Steven dengan nada dingin.

Ben melirik kakaknya itu. Ia sangat mengenal Steven. Steven memang orang yang tenang namun jika ia merasa miliknya diusik. Kemarahannya bisa menyaingi Daniel.

Steven beranjak dari duduknya namun ditahan oleh Ben. "Apa?" Tanya Steven.

"Jangan keterlaluan! Bikin dia menderita secara perlahan," ucap Ben mengingatkan Steven.

Steven mengangguk paham dan pergi keluar. Setelah itu, Ben bergegas menuju kamar Alyssa.

"Al," panggil Ben di luar kamar.

"Gue masuk ya?"

"Iya." Jawab Alyssa.

Setelah mendapatkan izin, Ben masuk ke kamar adiknya itu. Ia melihat Alyssa tidur tengkurap sambil memeluk bantal dan menangis. Ben duduk di tepi ranjang Alyssa.

"Al, gue udah denger dari kak Steven. Gue minta maaf ya, seharusnya waktu itu gue gak ninggalin lo." Ucap Ben dengan nada menyesal.

Alyssa berusaha menghentikan tangisannya. "Bukan salah lo kak."

Ben menunduk mendengar jawaban Alyssa. Ben bergabung dengan Alyssa, ia menarik Alyssa kedalam pelukannya. Ben mencium kening Alyssa lama. Kemudian ia menatap Alyssa.

"Lo jangan bela gue terus, Al. Gue tau gue salah. Kalo aja tadi gue ga nyamperin Damian, lo gabakal-"

"Kak Ben... Percaya sama gue, itu bukan salah lo. Kalo lo merasa gitu, anggep aja lo udah nebus kesalahan lo itu dengan cara berhasil ngehibur gue kaya yang sekarang lo lakuin." Potong Alyssa.

Alyssa mengeratkan pelukannya ke Ben. Ia membenamkan kepalanya di dada Ben. Ia menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang sangat disukainya itu.

"Mana bisa gitu, Al. Gue bener-bener ngerasa bersalah apalagi liat lo nangis kaya tadi bikin hati gue ikutan sakit."

Alyssa tersenyum. "Kalo gitu, lo temenin gue tidur disini aja. Gimana?"

Ben tertawa kecil lalu mengangguk. Ben membelai rambut Alyssa perlahan sampai membuatnya tertidur pulas. Tidak butuh waktu lama untuk membuat Alyssa tertidur, hanya butuh 10 menit Alyssa benar-benar sudah tidur dengan nyenyak. Ben menatap wajah Alyssa lama, ia menatapnya satu per satu. Mulai dari mata hingga jatuh ke bibir mungilnya.

Ada perasaan aneh yang mengalir ke hati Ben. Ia selalu berusaha menyangkalnya. Namun kali ini, perasaannya benar-benar sudah tidak bisa ia kendalikan.

"Ini udah ga bener," ucap Ben dalam hati.

***

Keesokan paginya, mereka bertiga sarapan bersama seperti biasa. Steven yang membuat makanannya dan Ben yang membantu menyiapkan. Alyssa hanya duduk memandangi mereka berdua. Ini bukan berarti Alyssa tidak mau membantu, tapi memang Alyssa disuruh hanya duduk dan tidak melakukan apapun oleh kedua kakaknya itu.

Possessive Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang