Setelah Theo berusaha keras membuat Daniel beristirahat, akhirnya usahanya berhasil. Daniel menuruti ucapan Theo dan kini ia berada di kamarnya. Setelah membersihkan diri, Daniel menjatuhkan diri di sofa dan menutup matanya sejenak. Sebenarnya, selama ini Daniel masih merasa bersalah atas perilakunya kepada Alyssa saat itu. Ditambah lagi, akibat kejadian itu pula hubungannya dengan Alyssa kembali merenggang. Usaha yang selama ini ia bangun hancur begitu saja.
"Haaahh... Gue bener-bener gagal. Dasar bodoh!" Rutuk Daniel pada dirinya sendiri. Entah sudah berapa kali ia mengutuk dirinya sendiri.
"Tuan!" Theo membuka pintu kamar Daniel sambil berjalan mendekati Daniel.
Daniel melirik Theo yang sedang membawa berkas dikedua tangannya. "Berkas sialan itu lagi," batin Daniel.
"Ada apa? Bukannya kau tadi menyuruhku beristirahat?"
Theo meringis. Ia menatap Daniel dengan perasaan bersalah. "Maaf Tuan Daniel. Tapi ini sangat penting."
"Ya itu memang harus informasi penting. Jika tidak, aku akan merobek mulutmu."
Theo menelan ludahnya akibat tatapan tajam yang Daniel berikan. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Theo memberikan berkas yang ada ditangannya kepada Daniel.
Daniel membaca sekilas berkas itu lalu sedetik kemudian ia melemparkan berkas itu ke lantai. Semburat merah muncul di wajahnya, tangan Daniel mengepal kuat.
"Bajingan mana yang berani melakukan itu,huh?" Desis Daniel.
Theo memejamkan matanya sebentar. Kemudian ia kembali mengambil berkas yang sudah berceceran itu.
"Itu semua ulah Pak Lucio, tuan. Saya mendapatkan informasi bahwa Pak Lucio pernah bertemu dengan seseorang dari Golden Company. Sepertinya dia yang menyebarkan isi proposal kita." Jelas Theo.
Daniel memijit pelipisnya. Ia pusing. Belum sempat beristirahat dengan tenang, saat ini proyek yang sedang ia siapkan dan tengah berada dalam diskusi untuk peluncuran malah terdapat masalah. Lucio, asisten manajer bagian pemasaran, mengkhianatinya.
"Dasar tikus sialan! Beginilah akibat jika sampah diberi nyawa. Besok adakan rapat dan panggil semua executive committee!" Perintah Daniel.
"Baik, saya laksanakan Tuan." Jawab Theo.
"Lalu untuk masalah korupsi yang kemarin sempat dibahas. Kita telah mendapatkan buktinya. Jadi langkah apa yang selanjutnya kita lakukan, Tuan?" Lanjut Theo.
Daniel berdiri dan berjalan menuju balkon kamarnya. Ia merasa sesak. Pikirannya sangat penuh, Daniel ingin melepaskan semuanya. Ini terlalu berat baginya.
Theo mengikuti Daniel. Ia menatap punggung Daniel yang lebar. Theo tau betul bahwa Daniel sudah melakukan yang terbaik, namun tetap saja di usianya yang begitu muda dan harus mengurus semua perusahaan yang dimiliki Obelia. Daniel masih butuh bimbingan, ia sangat membutuhkan seseorang yang dapat ia percayai dan andalkan. Selama ini Daniel selalu diserang dari berbagai arah oleh orang-orang di sekitarnya yang ingin merebut atau menjatuhkan perusahaan milik Obelia. Daniel telah menahan semua itu, bahkan tidak ada yang tau jika Daniel juga berusaha melindungi keluarganya dari orang-orang yang mengincarnya.
"Tuan, saya akan mengurusnya sementara. Saat ini beristirahatlah!" Kata Theo sambil menghela nafasnya. Lalu ia membalikkan badannya untuk meninggalkan Daniel sendiri.
"Theo, besok bawakan laporan kerugian akibat korupsi itu!" Kata Daniel tanpa menoleh.
"Siap tuan. Mohon maaf saya sudah menganggu istirahat anda, saya pamit!"
Daniel mengangguk. Setelah Theo keluar, Daniel menatap pemandangan yang ada dihadapannya dengan tatapan kosong. Setelah beberapa saat seperti itu, ia kembali masuk dan merebahkan dirinya di kasur. Daniel berusaha untuk tidur namun tidak bisa. Akhirnya ia pun mengambil obat dari laci yang berada disamping tempat tidurnya. Setelah meminum obat tersebut, Daniel pun tertidur.
***
Alyssa yang tidur dengan lelap di kamarnya dikejutkan oleh Ben yang tiba-tiba telah berada di kamarnya. Ben menciumi wajah Alyssa hingga membuatnya terbangun.
"Ughhh, Kak Ben?" Ucap Alyssa yang masih setengah sadar.
"Kakak ngapain malem-malem begini disini?" Wajah Alyssa tampak terkejut melihat Ben berada di kamarnya.
"Aku merindukanmu," jawab Ben yang tidak berhenti menciumi wajah dan leher Alyssa.
"Kak, berhenti! Gue gasuka."
"Gue?" Ben mengunci kedua tangan Alyssa di atas kepalanya. Ben menatap mata Alyssa lekat.
"Kak, please..."
Ben menghela napasnya kasar lalu ia duduk membelakangi Alyssa. "Kamu udah gasuka sama kakak?"
Alyssa panik melihat Ben yang mulai ngambek. Buru-buru Alyssa memeluk Ben dari belakang.
"Ngga kak, Al sayang sama kakak."
"Lalu buktinya?"
Ben kembali menatap Alyssa lalu pandangan jatuh ke bibir mungil Alyssa. Wajah Ben mendekat, bibirnya menyentuh bibir Alyssa, dimulai dengan lumatan lembut hingga keduanya saling bercumbu dan bermain lidah. Setelah itu, Alyssa menghentikannya.
"Kenapa?"
"U-udah malem. Sebaiknya kakak tidur aja," ucap Alyssa sambil memalingkan wajah.
Ben mengelus kepala Alyssa lembut sambil tersenyum. "Sebentar lagi kamu masuk kuliah kan? Ayo besok kita ke malang buat cari rumah untuk kamu tempati."
Dengan secepat kilat, wajah Alyssa menoleh. "Itu ga perlu, kak."
Ben menaikkan alisnya. "Terus kamu mau tinggal dimana?"
"Gue udah lihat-lihat kost-an dekat kampus,"
"Gaboleh." Potong Ben.
"Kak Ben!" Sentak Alyssa.
Ben menangkup wajah Alyssa dengan kedua tangannya. "Al, itu berbahaya dan pasti bikin kamu ga nyaman. Keamanan dan kebersihannya juga kurang. Aku gamau kamu tinggal di tempat seperti itu. Aku udah siapin tempat tinggal buat kamu. Jadi kamu tinggal disana aja ya." Jelas Ben.
Alyssa berdiri dan menatap Ben dengan kesal.
"Kak, gue mau hidup sesuai keinginan gue. Lo kan tau selama ini hidup gue udah diatur sama Kak Daniel. Jadi untuk kali ini, biarin gue tinggal di kost kak. Tempatnya bersih kok, gue udah lihat reviewnya dan itu juga kost khusus putri. Jadi kakak gaperlu khawatir."
"Gabisa, Al. Kamu bakal kesulitan berada disana. Percaya sama kakak! Ini yang terbaik buat kamu, sayang. Aku bakal atur semuanya biar kamu nyaman."
"Gamau. Biarin aku mandiri kak!"
Ben menghela napas. "Alyssa! Dengerin kata gue." Sentak Ben.
Alyssa terdiam dan menunduk. Ben berjalan keluar kamar.
"Pikirkan apa kata gue. Ini yang terbaik buat lo. Gue gasuka penolakan, Al. Terima atau gue pergi ninggalin lo." Ucap Ben dengan tajam sebelum meninggalkan kamar Alyssa.
Alyssa yang mendengar ucapan Ben langsung terjatuh. Ia menangis. Alyssa tidak mau Ben meninggalkannya, ia tidak suka sendirian. Alyssa menangis berjam-jam sampai akhirnya ia tertidur akibat kelelahan.
Haii!!
Update lagi 😆 chapter ini ada sedikit POV dari Daniel nih.. Gimana tanggapan kalian?Seperti biasa jangan lupa tinggalkan jejak ya kawan untuk menghargai author. Please jangan jadi silent readers..
Sapa tau kalo pada vote aku langsung update chapter berikutnya hehe><
See you♡
- A.W.S
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Brother
RomanceAlyssa memiliki 3 kakak laki-laki yang sangat posesif. Masing-masing dari mereka memiliki cara untuk melindungi adik bungsunya. Mereka memiliki kisah yang rumit. Semuanya memiliki rahasia yang mereka simpan dan mereka bagikan kepada orang-orang yang...