Chapter 41⚠️17+⚠️

417 8 0
                                    

Chapter ini full adegan 17+ yaa.. jadi buat yg masih dibawah umur atau yang kurang berkenan bisa skip chapter ini🙏🏻
Happy Reading~


Alyssa sudah berada di kamar Steven. Sejujurnya hatinya merasa gelisah dan terasa tidak nyaman. Namun, pikiran Alyssa teralihkan ketika ia melihat Steven membuka baju di depannya, hal itu membuat Alyssa bisa melihat dengan jelas otot dan tubuh Steven yang sangat bagus dan atletis. Alyssa menelan ludahnya dengan susah payah.

Steven tersenyum smirk melihat Alyssa berdiri diam dan terlihat di wajahnya bahwa ia sedang tegang dan gugup. "Sini!" Perintah Steven sambil tersenyum.

Alyssa berjalan perlahan mendekati Steven. Kemudian ia mengikuti arahan Steven untuk duduk di pinggir kasur. Jantung Alyssa semakin berdegup kencang saat Steven mendekatkan wajahnya hingga jarak kurang dari 3 cm.

"K-kak.."

Belum sempat Alyssa berkata, bibirnya telah dibungkam oleh Steven. Steven mencium Alyssa dengan brutal. Ia terus menyesap dan menekan ke dalam, bertukar saliva dan saling bermain lidah. Tangannya menahan tengkuk Alyssa agar badannya tidak jatuh. Steven seperti mengabsen deretan gigi Alyssa dan terus menyesapnya hingga membuat Alyssa mulai kehabisan nafas. Steven yang peka ketika melihat tangan Alyssa mulai  mendorong dadanya untuk menjauh. Bibirnya turun ke leher jenjang putih Alyssa, tangannya tidak lagi menahan tengkuk Alyssa membuat badan Alyssa terhuyung ke belakang. Kini posisi Alyssa terlentang berada di bawah kukungan Steven.

"Ughhaah... K-kak Stev.."

Desahan mulai keluar dari mulut Alyssa, pikirannya melayang saat bibir Steven mencium dan menjilat lehernya. Steven meninggalkan banyak jejak di leher Alyssa. Aroma Alyssa membuat Steven seperti sedang mabuk dan rasanya ia tidak bisa berhenti menciumnya. Steven menghirup kuat-kuat aroma Alyssa, mulutnya tidak berhenti bergerak. Dari leher kembali ke bibir, lalu menciumi seluruh wajah Alyssa. Tangannya mulai bergerak untuk melepas pakaian Alyssa. Tubuh Steven meremang saat melihat dua gundukan Alyssa yang sangat menggoda. Tangan kanannya mulai menangkup gunung Alyssa dan meremasnya perlahan, sedangkan tangan kirinya menggenggam tangan Alyssa.

Desahan Alyssa keluar saat ia mendapatkan sentuhan itu. Alyssa mendapatkan sensasi yang tidak biasa saat Steven bermain dengan payudaranya. Sensasi yang membuatnya tidak bisa berpikir jernih dan diam-diam Alyssa menikmatinya. Ia ingin Steven terus melanjutkan permainannya.

Mulut Steven turun dan meninggalkan jejak di dada Alyssa. Lidahnya bermain-main dengan puting Alyssa, kadang ia menggigitnya membuat badan Alyssa tersentak. Tangan kirinya kini juga ikut bermain di bagian bawah inti Alyssa. Ya, saat ini Alyssa sudah tidak mengenakan pakaian apapun.

"Ssshhtt.. ughh.. Stev..ven.." mulut Alyssa tidak berhenti mendesah dan hal itu membuat Steven semakin bersemangat.

Jari-jari steven bermain dengan lincah di inti Alyssa sampai mengeluarkan cairan terus-menerus. Steven tersenyum puas kala melihat vagina Alyssa sudah basah. "Aku senang kau menyukainya," gumam Steven.

Alyssa yang tengah berada di ujung kenikmatan tidak mendengar ucapan Steven. Alyssa tau sebentar lagi ia akan mendapatkan pelepasannya. Alyssa melihat Steven yang berhenti dan hanya memandangi bagian bawahnya, membuat Alyssa tanpa sadar merapatkan pahanya. Namun, tangan Steven menahan itu.

"Kak.. aku malu," cicit Alyssa dengan wajah yang merah merona.

Steven terkekeh dan merasa gemas melihat sikap Alyssa. "Gausa malu. Gue suka, punya lo indah banget."

Alyssa memalingkan wajahnya yang semakin merah. Tidak ingin membuang waktu, wajah Steven mendekat ke bagian bawah Alyssa. Lidahnya bergerak dan masuk ke dalam milik Alyssa. Ia menyesapnya, dan terkadang Steven juga menyentuh klitoris Alyssa membuat Alyssa  semakin merasa di ujung kenikmatan.

"Ughh.. j-jangan d-disa..na.."

Bibir Alyssa dibungkam kembali dengan bibir Steven. Jari steven yang masih bermain-main di dalam inti Alyssa. Ia mengocoknya dengan kuat hingga Alyssa mendapatkan pelepasannya. Nafas Alyssa terengah-engah. Steven melepaskan ciuman itu dan menatap wajah Alyssa yang kelelahan. Dikecupnya mata, hidung, lalu bibir Alyssa dengan singkat.

"Makasih," ucap Steven dengan lirih.

Alyssa memeluk tengkuk Steven dan tersenyum tipis. Matanya teralihkan dengan bagian bawah Steven yang sudah membengkak. Alyssa tau Steven mungkin merasa sesak dan ia menyadari bahwa sedari tadi Steven hanya melakukan hal yang membuatnya puas. Ia merasa tidak enak melakukan pelepasan sendiri karena saat melakukan dengan Ben, mereka berdua tidak akan berhenti jika keduanya belum melakukan pelepasan.

"Kak Steven, itu.. mau Alyssa bantu?" Ucap Alyssa dengan ragu-ragu.

Steven mengikuti pandangan Alyssa dan menatap juniornya. Jujur saja, rasanya memang sangat sesak. Ia ingin sekali miliknya masuk dan menghujam milik Alyssa. Membayangkannya saja sudah membuat Steven kembali bergairah, namun ia harus menahannya. Pikirannya sekarang kembali normal dan perasaan bersalah menggerayangi hatinya. Steven menyingkir dan merebahkan dirinya di samping Alyssa.

"Ngga perlu! Gue bisa ngelakuin sendiri. Terimakasih untuk yang tadi. Um sekarang tidurlah, lo pasti capek kan?" Steven mengusap lembut kepala Alyssa.

"Gue mau mandi dulu, setelah itu gue bantuin lo mandi." Steven bangun lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh Alyssa.

"Gausah kak. Gu-gue bisa sendiri." Jawab Alyssa dengan cepat.

Steven mengangguk paham lalu ia pergi ke kamar mandi untuk menidurkan juniornya.

"Kenapa Kak Steven nolak gue bantuin? Bukannya kita ngelakuin ini buat bantuin dia ngeluarin sp*rm*nya ya biar engga sakit?" Tanya Alyssa dalam hati.

Alyssa bingung karena kedua kakaknya menolak bantuan dirinya. Meskipun awalnya Alyssa merasa jijik melakukannya, namun demi kesehatan kakaknya. Alyssa mau melakukannya dan tidak pernah menolak, sejujurnya pun Alyssa juga merasa sedikit nikmat ketika melakukannya. Setelah berkutat dengan pikirannya, Alyssa pun tertidur kelelahan.

***


Steven menonjok dinding kamar mandi setelah menidurkan juniornya. Perasaannya campur aduk, Steven merasa bahagia dan menyesal secara bersamaan. Jujur saja, itu adalah pengalaman yang luar biasa bagi Steven. Steven sangat menikmati dan puas dengan apa yang terjadi tadi. Namun, hati kecilnya merasa sakit. Saat ini, pikirannya terasa penuh dan ia tidak bisa berpikir dengan jernih.

Steven menyalakan shower untuk membasahi tubuhnya, ia berdiam diri cukup lama sampai kuku dan kulitnya mulai mengkerut karena kelamaan terkena air. Steven menatap dirinya dari pantulan cermin yang ada di kamar mandi.

"Bodoh.. ternyata lo juga baj*ngan Steven." Ucap Steven sambil menatap pantulan dirinya. Tangannya menggenggam erat. Perasaannya campur aduk dan ia tidak tahu bagaimana menenangkan hatinya.

Steven meremas rambutnya dan kembali meninju dinding kamar mandi. Matanya menatap tajam kepada pantulan dirinya di cermin.

"Ben.. apa perasaan lo sama kaya gue?" Ucap Steven dalam hati.


Terimakasih buat yang nungguin cerita ini^^ jangan lupa vote dan comment yaa.. pls don't be silent readers untuk menghargai author 🥺

*Spoiler dikit, ben bakal balik lagi ehehe jd mereka bakal hidup bertiga lagi setelah sekian lama

See you on next chapter!

- A.W.S

Possessive Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang