Chapter 18 ⚠️17+⚠️

596 21 5
                                    

Setelah kejadian itu, acara barbeque yang sudah mereka rencanakan gagal total. Keesokan harinya, Daniel tiba-tiba langsung kembali ke Amerika pagi itu. Ia mengatakan bahwa ada urusan yang mendesak. Steven menawarkan untuk menemaninya ke bandara. Namun, Daniel menolaknya. Daniel hanya titip pesan kepada kedua adiknya untuk menjaga Alyssa. Daniel menatap pintu kamar Alyssa, sampai saat ini Alyssa tidak keluar dari kamarnya. Kamarnya dikunci dan tidak ada satupun yang boleh untuk masuk termasuk Ben.

"Jaga Alyssa baik-baik! Inget, kalo ada apa-apa kasih tau gue." Perintah Daniel dengan tegas.

"Iya kak, aman." Jawab Steven.

"Ben! Lo denger apa yang gue omongin tadi?" Kata Daniel.

"Hm." Jawab Ben singkat.

"Hati-hati kak, kabarin kalo udah sampai disana." Ucap Steven yang dibalas anggukan oleh Daniel.

Setelah Daniel berangkat menuju bandara. Steven dan Ben duduk di sofa ruang tamu. "Ada yang ngga beres." Ucap Ben.

"Maksudnya?" Tanya Steven.

"Kak Daniel tiba-tiba pergi, padahal katanya bakal tinggal sementara disini. Terus, Alyssa sampe sekarang dia ga keluar-keluar dari kamarnya. Perasaan kemarin suasananya aman-aman aja." Jelas Ben.

Steven tampak berpikir. "Iya juga ya. Tapi bisa aja emang ada situasi yang urgent yang buat Kak Daniel harus kembali."

"Oke, itu masuk akal. Kalo Alyssa?"

"Kalo itu gue belum ada pikiran."

Ben beranjak dari duduknya. "Gue mau nyamperin Al, gue yakin 100% dia pasti lagi ada masalah."

Steven menahan Ben. "Apa mungkin mereka bertengkar?"

Ben menoleh ke arah Steven. "Bertengkar? Gara-gara apa?"

Steven tampak berpikir sebentar. "Oh! Mungkin masalah kampus?"

Ben yang mendengarnya mengangguk pelan, kemudian ia tersenyum kecil. "Bener kak. Mungkin Kak Daniel ga setuju kalo dia daftar kampus negeri. Gue yakin pasti gara-gara itu. Pasti dia lagi mode ngambek deh."

"Bisa jadi."

"Kalo gitu, gue kesana nenangin dia ya."

Steven mengangguk pelan. "Jangan lupa kasih pengertian ke dia pelan-pelan, Ben."

"Siap!"

"Gue lanjut kerjaan dulu kalo gitu." Ucap Steven yang pergi meninggalkan Ben.

Sedangkan Ben, ia berjalan menuju kamar Alyssa. Ia mengetuk pintu kamarnya dengan hati-hati.

"Al, ini gue." Ucap Ben sambil mengetuk pintunya.

Tidak ada jawaban. Ben menghembuskan nafasnya. "Al, buka pintunya dong! Kalo lo lagi ada masalah, lo bisa cerita ke gue. Gue ada disini buat lo, Alyssa."

Tidak lama setelah itu, pintu kamar terbuka. Ben langsung masuk dan terkejut melihat kondisi kamar Alyssa yang seperti kapal pecah. Semuanya berantakan. Bantal dan selimut berserakan di lantai buku-buku juga berserakan. Ben menatap Alyssa yang memeluk lututnya di pojok kamar. Ben menghampiri Alyssa perlahan.

"Al, kamu... Gapapa?" Ucap Ben dengan lembut.

"Apa yang terjadi?" Ben meraih tubuh Alyssa.

Tubuh Alyssa masih gemetaran. Ia menatap Ben dan langsung menjatuhkan dirinya ke badan Ben.

Ben yang terkejut dan tidak berhasil menjaga keseimbangannya pun terjatuh. Kini posisi Alyssa berada tepat di atas tubuh Ben. Ben menatap mata Alyssa yang kosong. Kemudian ia sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Alyssa. Alyssa tiba-tiba mencium bibirnya dan melumatnya. Meskipun masih amatir, tapi itu cukup untuk membuat tubuh Ben menegang. Ia berusaha melepaskan ciuman itu dan menyadarkan Alyssa. Alyssa menangis saat Ben melepaskan secara paksa ciuman itu.

"AL, APA YANG LO LAKUIN!?" Teriak Ben yang berusaha menyadarkan Alyssa. Saat ini, Alyssa terlihat seperti bukan manusia. Tatapannya kosong dan seperti tidak memiliki kesadaran diri.

"Kak Ben, cium Alyssa! Cium—"

"Al, apa yang lo lakuin? Sadar Al!"

Alyssa tidak mengindahkan ucapan Ben dan hanya terus menerus mengucapkan kalimat berulang.

"Cium Alyssa, Kak Ben! Cium! Alyssa mau dicium Kak Ben.." ucap Alyssa sambil menangis.

Ben tidak percaya apa yang terjadi di hadapannya saat ini. Bagaimana bisa Alyssa sedang memohon-mohon padanya agar dicium. Ben memijit pelipisnya.

"Oke, oke. Gue bakal cium lo. Tapi berhenti nangis, Al! Gue gasuka liat lo nangis." Ucapan Ben berhasil membuat Alyssa tenang. Alyssa menyeka airmatanya dan menatap Ben lekat.

"Iya. Al ga nangis. Sekarang —" kata Alyssa pelan.

"Tutup mata lo!" Perintah Ben.

Segera setelah Alyssa menutup matanya, wajah Ben mendekat. Kemudian, bibirnya menyentuh bibir Alyssa. Cukup lama mereka berada pada posisi itu. Jantung Ben berdegup kencang. Tidak disangka bibir Alyssa bergerak duluan, ia melumat bibir Ben. Namun setelah itu, Ben mengambil kendali. Ia melumat bibir Alyssa dengan lembut, menyesapi setiap inci bibir mungil itu. Setelah itu, Ben juga mencium pipi kanan-kiri, kedua mata Alyssa singkat.

"Ini salah." Batin Ben.

"Udah ya sayang! Sekarang tenangin diri dulu," ucap Ben lembut.

Alyssa mengangguk pelan. "Temenin Al tidur, Kak!" Ucap Alyssa dengan suaranya yang serak.

"Iya, kakak temenin."

Ben merapikan kasur Alyssa. Setelah itu, Ben segera naik ke kasur. Kemudian, ia menarik Alyssa dalam dekapannya. Ben mengelus rambut Alyssa dengan perlahan. Ia juga mencium kening Alyssa.

"Sekarang tidur ya sayang! Capek kan abis nangis."

"Eung! Kak Ben jangan tinggalin Alyssa ya!"

"Iyaa," jawab Ben dengan lembut.

Tak lama setelah itu, Ben menatap Alyssa yang sudah tertidur. Kemudian, matanya berubah. Ben tersenyum secara misterius.

"Siapapun lo yang bikin Alyssa kaya gini. Gue mau bilang makasih buat lo." Ucap Ben dalam hati.

Ben memandang Alyssa yang tengah tertidur pulas. Pandangannya jatuh kepada bibir mungilnya. Ben masih tidak menyangka dengan apa yang barusan ia lakukan. Ia memegang bibirnya sendiri lalu tersenyum mengingat momen itu. Meskipun ia tidak tahu apa yang telah terjadi pada adiknya itu.

Hai~
Gimana untuk chapter ini? Kasih tau pendapat kalian dong...
Seperti biasa, jangan lupa tinggalin jejak untuk menghargai author ya🥺 bisa dengan vote/comment.. plis jangan jadi silent reader☺️

Meski masih banyak kurangnya tapi makasih banget buat kalian yang masih ngikutin cerita ini. Next chapter? Pls give me 5 vote. I'll upload the new chapter tomorrow, see you♡

- A.W.S

Possessive Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang