[1] - Rencana

314 71 8
                                    

5 hari sebelum peresmian Safe Place

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

5 hari sebelum peresmian Safe Place.

Bunyi jam yang berdetak bergema terdengar nyaring pada ruangan redup dan pengap tersebut, seorang pria dengan penampilan berantakannya hanya duduk diam di kasurnya, melipat kedua kakinya menghadap jam di dinding dan menatapnya seolah-olah menantikan setiap detiknya yang berbunyi.

"Dia datang ...." gumamnya begitu detik jarum jam bergerak ke angka 12 dan jarum jam menunjukkan pukul 7.

Jika dia melirik ke arah beberapa ventilasi berpagar di atasnya, ia memperkirakan sore sudah berganti malam hari. Bunyi benda-benda berat terdengar bergilir, lalu derak pintu yang terbuka menampilkan sosok hitam di ujung anak tangga.

Sosok itu perlahan turun, langkah kakinya terdengar bergema dalam ruangan tersebut. Begitu sosok tersebut masuk ke kawasan yang tersinar lampu remang, sosoknya terlihat lebih jelas. Wanita paruh baya membawa nampan berisi makanan dan minuman dalam porsi terbilang kurang untuk pria dewasa.

"Waktunya makan malam, untuk sekarang porsi makanmu dikurangi karena perusahaan dalam masa krisis." ucap wanita itu meletakkan nampan tersebut tepat di depan pria itu.

Klink klink klink

Bunyi rantai yang saling bergesekkan seiring tangan pria tersebut bergerak meraih sendok di hadapannya, wanita itu mengambil kursi tua yang ada di samping kasurnya dan duduk di sana sembari memperhatikannya.

Pria tersebut dengan cepat melahap makanannya seolah-olah sudah tidak diberi makan selama berhari-hari, tentu saja dia terus merasa lapar sebab setiap harinya porsi makanannya dikurangi dengan sebab perusahaan dalam masa krisis.

"Aku sudah memberitahumu tentang Horm yang bangkrut dalam waktu sehari, kan? Karena itu perusahaan terus mencari investor, jadi tiga hari lagi jadwalmu dengan Nyonya Meliani dan besoknya dengan Nyonya Imelda."

Tangan pria tersebut berhenti bergerak begitu mendengar dua nama itu terucap, wanita di sampingnya menajamkan pandangannya. "Kau tahu itu kewajibanmu untuk keluarga ini, kan? Rakri, apa kau paham?" tanya wanita itu membuat pria yang disebut Rakri itu menoleh.

"Iya, Ibu." jawabnya singkat lalu kembali fokus menghabiskan makanannya. Setelah menyantap suapan terakhirnya, Rakri meletakkan kembali sendok di tangannya dan meneguk habis dua gelas air putih secara berurut.

Wanita yang disebut ibu itu bangkit dari duduknya, dia mengambil nampan kotor di hadapan Rakri dan melirik sejenak ke arah anaknya. "Jangan lupa belajar, jika tidak ayahmu akan marah lagi." pesan ibunya berbalik meninggalkan Rakri yang masih duduk di kasurnya dengan tenang.

Wanita tersebut menaiki anak tangga dan keluar dari ruangan tersebut, salah satu pekerja di rumahnya langsung mendekatinya, mengambil alih nampan di tangannya. "Apakah suamiku sudah pulang?" tanya wanita itu sembari mengelap tangannya dengan sapu tangan.

"Belum, Nyonya." jawab pelayan tersebut langsung diangguki olehnya.

Pelayan tersebut pergi membawa nampan kotor di tangannya, sedangkan wanita itu berbalik ke pintu di belakangnya dan mengunci pintu tersebut dengan dua gembok yang tersedia. "Jadilah anak baik, Rakri ...." ucap wanita itu tersenyum tipis.

Who is He? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang