[34] - Taktik

66 14 0
                                    

Rakri membuka matanya perlahan, rasa berat yang menumpu pada tubuhnya membuatnya terbangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rakri membuka matanya perlahan, rasa berat yang menumpu pada tubuhnya membuatnya terbangun. Sosok wanita dengan wajah yang terlelap pulas, Rakri mengangkat pandangannya. Sosok Sheyna nyata di depan matanya tengah tertidur nyenyak sembari memeluknya, Rakri mengeratkan lingkaran tangannya pada tubuh ramping Sheyna.

Kuharap kau tidak bangun, Sheyna.

Agar aku bisa bersamamu seperti ini lebih lama lagi. Karena saat balas dendamku selesai, aku yakin hubungan kita akan kembali seperti sebelum kita bertemu.

Haruskah aku benar-benar membunuh ibu agar bisa menarik simpatinya lebih lama? Aku ingin dia selalu seperti ini, mengelusku dengan jemari lentiknya. Memeluk tubuhku, berbagi kehangatan dengannya sedekat ini.

"Harusnya aku membunuh ayah saja ...." gumam Rakri dengan sorot mata gelapnya.

Ting!

Rakri memalingkan wajahnya ke arah nakasnya dimana ponselnya berbunyi menandakan pesan baru masuk, dia melirik ke arah Sheyna yang masih tertidur pulas. Perlahan Rakri menarik tubuhnya menjauh dengan hati-hati agar tidak membangunkan wanita itu.

Rakri turun dari kasur dan meraih ponselnya di atas nakas, dia menyalakan layar ponselnya untuk melihat pesan masuk tersebut. Sorot matanya menajam membaca isi pesan masuk tersebut, "Kau masih berpikir memiliki kesempatan ya, bu ...."

|Aku memilih yang pertama.

WiH?

Almira menatap ponsel kecil di tangannya, setelah mengirim pesan atas jawaban teror kemarin, dia yakin akan suatu hal. Pesan itu jelas dari Rakri yang menginginkan balas dendam atas apa yang dia alaminya, namun mengetahui hal itu dari Rakri, Almira justru tidak terlalu risau.

Karena itu Rakri, anaknya.

Almira masih mempercayai bahwa darah lebih kental daripada air, artinya apapun yang akan Rakri lakukan, pada akhirnya dia tidak bisa melukai ibunya sendiri. Ibu yang melahirkan serta membesarkannya dengan penuh kasih.

"Oh, Rakri ... anakku yang tercinta, kau tidak mungkin melakukan itu pada ibu ...." gumam Almira tersenyum lebar dengan sorot mata yang tidak fokus. Dia tertawa perlahan setelah menjatuhkan ponsel dari tangannya, dia memegangi perutnya.

"Anakku, kau akan menjadi seperti yang kuharapkan ...."

Rakri tidak bisa mengkhianati Almira.

Itulah yang Almira pikirkan.

Karena anaknya, Rakri, melindunginya saat ini.

Dan anak itu mencintainya.

"Anakku yang tercinta ...." lirih Almira tersenyum lebar.

WiH?

"Saya ingin melaporkan pelecehan dan kekerasan anak, serta pemerkosaan."

Who is He? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang