Chandra memandang Rakri dengan pandangan rumit, ia berdiri di hadapan Rakri yang tengah melipat kedua tangannya. "Katakan tujuanmu datang ke sini sepagi ini." perintah Rakri langsung ke intinya, sebab dia berencana menikmati hari tenangnya hari ini.
"Kau harus menguatkan hatimu ...." ujar Chandra membuat Rakri mengangkat sebelah alisnya penasaran. Dia menatap ke arah Rion yang berdiri di samping Chandra dengan pandangan rumit, dia tidak bisa menebak apa yang ingin dikatakan oleh Chandra.
Chandra menarik napas dalam dan menghembuskannya, lalu dia menyampaikan berita buruk yang dia terima. "Aku baru mendapatkan laporan dari penjara pagi ini, katanya ibumu meninggal dunia karena bunuh diri." kata Chandra dengan suara yang bergetar.
Pupil mata Rakri melebar perlahan begitu mendengar ucapan Chandra, dia mengangkat tubuhnya bangkit dari posisi duduknya dan berjalan mendekati Chandra dengan raut tidak percayanya. Tentu saja dia tidak percaya dengan hal konyol yang baru saja dia dengar.
"Apa kau bilang? Coba ulangi lagi."
"Ibumu ditemukan meninggal duni—"
Grep!
Rakri menarik kerah kemeja Chandra sembari memandangnya nyalang dan berteriak, "KATAKAN SEKALI LAGI!"
"Rakri ...." lirih Chandra menatapnya kasihan.
Rakri paham dengan sorot mata seperti itu, dia sangat mengenali sorot mata itu. Rahangnya mengeras hingga dia menggertakkan giginya, dia mengencangkan cengkramannya pada Chandra dengan tatapan marah, "Jangan bercanda, Chandra. Aku benar-benar akan memukulmu hingga babak belur karena candaan konyolmu ini."
"Aku serius, Rakri. Lihat sendiri, aku mengirim fotonya pada Rion." jawab Chandra membuat Rakri langsung menoleh cepat pada Rion.
Pria itu hanya diam, dia menunjukkan layar ponselnya dan memperlihatkan foto yang dimaksud oleh Chandra. Foto mengenai Almira yang terbujur membiru di lantai dengan darah yang menggenang, mata Rakri terguncang hebat.
Rasa pusing menyerang kepalanya seperti baru saja dipukul oleh palu besar, tubuh Rakri oleng terduduk kembali di sofa. Dia tidak bisa mengeluarkan kata-kata dari bibirnya, tubuhnya bergetar hebat hingga rasanya tidak bertenaga.
Rakri menutupi setengah wajahnya dengan telapak tangannya sembari menunduk tidak percaya, "Ti-tidak mungkin ...."
Brak!
Sheyna memandang Chandra dan Rion yang berdiri dengan tatapan syok, pandangannya jatuh pada punggung Rakri sembari berjalan mendekat. Jantungnya berdebar kencang, bibirnya bergetar kecil, keringat dingin membanjiri tubuhnya.
Baru kali ini Sheyna merasakan perasaan seperti ini lagi setelah kematian Sheina. Sejauh ini tidak ada yang lebih mengejutkan dari berita kematian Sheina, setidaknya itulah yang Sheyna pikirkan. Langkah Sheyna terhenti saat melihat raut wajah Rakri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He? [END]
Mystery / Thriller[Jika ada kesamaan nama tokoh, alur, dan lain-lain harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste. Dilarang plagiat!] ⚠Warning : Sexual violence, physical abuse, suicide, gasligthing, abusive words, mature content, and something about sexual.⚠ R1...