[EPILOG]

22 5 0
                                    

Sheyna mengerjapkan matanya saat cahaya matahari mencoba masuk dari celah tirai kamar Rakri, dia menoleh melihat Rakri yang masih tertidur sembari memeluknya dari belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sheyna mengerjapkan matanya saat cahaya matahari mencoba masuk dari celah tirai kamar Rakri, dia menoleh melihat Rakri yang masih tertidur sembari memeluknya dari belakang. Sheyna memutar tubuhnya menghadap Rakri, dia memandang wajah Rakri sembari merapikan rambut pria itu yang menutupi matanya.

Jika diperhatikan, dia memang mirip dengan Almira. Entah ini kutukan atau berkat, kau pasti menderita selama ini, Rakri ....

Kelopak mata Rakri terbuka, netra coklatnya memandangi Sheyna setengah sadar. Rakri menarik pinggang Sheyna dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Sheyna, dia menciumi leher jenjang wanita itu.

"Selamat pagi, Sheyna ...."

Sheyna tersenyum, tangannya bergerak mengelus puncak kepala Rakri. "Ya ...." jawab Sheyna dengan senyum tipis. Ciuman Rakri naik dari rahangnya menuju dagunya, lalu mencium bibirnya dengan penuh gairah.

Tangan Rakri bergerak meremas pinggang Sheyna lalu turun ke paha wanita itu, Sheyna segera menahan tangannya yang mengelus pahanya. "Sudah cukup, aku harus kerja." kata Sheyna menghentikan Rakri.

"Sekali lagi, ayolah ...." bisik Rakri di telinga Sheyna mencoba merayu wanita itu.

"Tidak, Rakri. Kau juga banyak pekerjaan, kan?" tanya Sheyna membuat pria itu mendecakkan lidahnya. Rakri menarik dirinya dari Sheyna, wanita itu menyibak selimut yang menutupi tubuh telanjangnya dan turun dari kasur memungut pakaiannya, sedangkan Rakri masih setia di kasur memandanginya.

"Apa tidak bisa kau bolos sehari saja dan menghabiskan waktu bersamaku?"

Sheyna tertawa kecil mendengar permintaan Rakri, dia menoleh setelah selesai memasang branya. "Aku punya tanggung jawab setiap harinya, Rakri. Jika aku melewatkan pekerjaan sehari, maka pekerjaan selanjutnya akan menumpuk." tutur Sheyna memakai kembali kemejanya sembari mendekati kasur.

Rakri menggeser tubuhnya ke tepi kasur dan membantu Sheyna mengancing kembali kemeja wanita itu dengan raut tidak puasnya. "Kau bisa memanggilku untuk itu ...." kata Rakri dengan wajah cemberutnya, Sheyna terkekeh.

"Kau harus jadi bos dulu agar bisa tahu tanggung jawabnya atau bagaimana jika aku mendirikan perusahaan untukmu? Kau memiliki kemampuan untuk itu," tawar Sheyna membuat jemari Rakri berhenti bergerak.

Tanpa mengemban tanggung jawab pemimpin, Rakri sudah tahu jelas apa yang harus dilakukan sebagai pemimpin dan resikonya. Sebab bertahun-tahun dia dibesarkan untuk menjadi pemimpin 'Horm', namun Rakri sama sekali tidak tertarik dengan hal itu.

"Tidak, aku tidak cocok dengan hal itu." tolak Rakri melepaskan jemarinya dari kemeja Sheyna.

Lebih tepatnya, dia tidak lagi mau berurusan dengan hal seperti itu. Dunia bisnis, hal itu menurutnya lebih menakutkan dari apapun. Mengorek ambisi setiap manusia untuk merangkak naik dan menjadi predator teratas.

Hukum rimba yang berlaku tanpa disadari setiap manusia yang mengemban dalam dunia bisnis, termasuk Sheyna. Rakri tidak menginginkan hal itu, hal yang menjadi penyebab hancurnya hidupnya dan keluarganya.

Who is He? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang