Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian wanita muda yang tengah fokus pada komputernya, jemarinya berhenti bergerak tepat sebelum menyentuh keyboard, kedua matanya melirik ke arah pintu masuk melihat sekretarisnya masuk membawa beberapa dokumen.
"Nona, berikut beberapa dokumen yang perlu Anda tanda tangani. Lalu, ini surat permintaan dari salah satu anak perusahaan Horm." terang sekretarisnya menyerahkan beberapa dokumen, serta satu map coklat terpisah kepadanya.
Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, "Lagi? Apa mereka berencana mengembalikan Horm atau memang ingin menjilat padaku?"
"Nona, tolong jaga ucapan Anda." tegur sekretarisnya mendesah pelan mendengar kefrontalan bosnya.
Sudah hampir sebulan sejak kebangkrutan Horm dan insiden besar-besaran untuk proses penangkapan Adelya Veneranda Horm. Sheyna Ferin Perun, atasannya selama ini langsung bekerja begitu lima hari di rawat inap, pada dasarnya harus dia bilang atasannya ini adalah workaholic.
"Aku bercanda, tolak. Tolak semua permintaan yang berkaitan dengan Horm dan bakar dokumennya." kata Sheyna mengembalikan map coklat tersebut pada sekretarisnya setelah melihat sekilas isinya.
"Baik, Nona. Lalu, tentang proses peresmian Safe Place saat ini sudah berjalan 90%. Para sponsor dan investor sudah menantikan dibukanya Safe Place besok. Juga, Nona, sebaiknya Anda malam ini pulang lebih cepat agar tidak kelelahan besok." tutur sekretaris tersebut membuat Sheyna menyenderkan punggungnya di kursi kebesarannya.
"Kau tahu sendiri aku tidak bisa melakukan itu, tetap pantau prosesnya. Ah, juga jangan lupa mengecek setiap ruangan dalam gedung Safe Place besok tiga jam sebelum jam peresmian. Pastikan tidak ada kesalahan teknis atau kelalaian teknisi," kata Sheyna mengambil pulpen yang tidak jauh darinya lalu mulai menandatangani beberapa dokumen yang baru diberikan.
Sekretarisnya mengangguk dan mengambil kembali dokumen-dokumen yang sudah ditanda tangani oleh Sheyna, lalu ia pamit keluar meninggalkan Sheyna yang kembali sibuk pada komputernya. Setelah Horm Senior High School di tutup pemerintah, Sheyna mengundurkan diri dari jabatan kepala sekolah untuk kembali ke perusahaan dan menunjuk kepala sekolah baru.
Terkadang ia tetap memantau perkembangan belajar dan keseharian anak-anak di sekolah tanpa melewatkan satu pun. Sekolah dipenuhi CCTV di setiap sudut bagian sekolah, serta untuk pelanggar perundungan akan dikenakan sanksi drop out dan tidak akan diterima lagi di sekolah yang disponsori oleh Perun.
Berkat sanksi berat itu, kasus perundungan di Perun Senior High School nyaris tidak ada.
Tiba-tiba pintu ruangan Sheyna terbuka menampakkan pria dengan kemeja rapinya membawa dua cup kopi yang baru dia beli di luar, dia menatap Sheyna dengan senyum tipis sambil mendekatinya. Dia memberikan salah satu cup kopi di tangannya dan memperhatikan seluruh meja wanita itu.
"Kenapa pekerjaanmu bisa menumpuk sebanyak ini?" tanyanya dengan kening yang berkerut.
Sheyna terkekeh dan menyeruput kopinya, lalu menghembuskan napas panjang. "Kau pikir menjadi direktur perusahaan adalah hal yang mudah? Pengacara sepertimu juga merasakannya setidaknya setiap kasus besar yang kau tangani," jawab Sheyna membuat pria itu berdecak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He? [END]
Mistério / Suspense[Jika ada kesamaan nama tokoh, alur, dan lain-lain harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste. Dilarang plagiat!] ⚠Warning : Sexual violence, physical abuse, suicide, gasligthing, abusive words, mature content, and something about sexual.⚠ R1...