[4] - Perlarian H-H

202 61 7
                                    

Tidak ada perubahan rencana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada perubahan rencana.

Walau Rakri babak belur dipukuli ayahnya semalam, Almira tidak memundurkan jadwal pertemuan Rakri dengan Imelda. Sebab wanita itu paling tidak suka jika janji yang dibuat diingkari, sebab itu Almira memilih menyerahkan Rakri apa adanya.

Selayaknya manusia berhati busuk yang lebih kejam daripada binatang yang menelantarkan anaknya. Tidak kurang dari iblis dan tidak lebih dari malaikat maut yang mungkin lebih memiliki perasaan daripada mereka.

"Kau harus lakukan tugasmu dengan baik hari ini jika kau tidak mau dipukuli ayahmu lagi." peringat Almira mengoleskan salep secara tipis di seluruh punggung Rakri yang terluka bekas cambukan semalam. Cambukan itu sudah berhenti mengeluarkan darah, namun masih terasa sakit begitu ia bergerak sedikit saja.

Rakri tidak menjawabnya, lagipula hasilnya akan sama. Yang perlu dia pikirkan adalah mengubah rencananya, sebab saat ini ada ayahnya di rumah. Jika dia melarikan diri di saat ada ayahnya, dia tidak akan bisa selamat.

Instingnya sebagai binatang buruan sangat kuat, predator seperti ayahnya tidak akan melepaskannya dengan mudah jika saja dia tertangkap saat kabur. Karena itu Rakri akan mencoba memanfaatkan Imelda, kartu terakhirnya untuk melarikan diri.

Rakri dikawal dengan tangan yang terborgol, dipandu menuju kamarnya. Sesampainya di kamarnya, pintu kamarnya terbuka lebar menampilkan sesosok wanita yang tengah duduk di kasurnya dengan bersilang kaki.

Wanita berambut bob pendek dengan rambut kemerahan gelap, juga salah satu istri dari investor perusahaan ayahnya dan orang yang harus Rakri layani, Imelda Maharani.

"Rakri!" serunya tersenyum lebar begitu melihat kedatangan Rakri bersama ibunya, dia melepas kacamata hitamnya dan bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Rakri dengan penuh semangat.

"Silahkan nikmati waktu Anda, Nyonya." kata Almira menundukkan kepalanya hormat dan pamit undur diri bersama dua pengawal di belakangnya.

Rakri menatap wanita di hadapannya dengan dingin, jika Meliani suka menjatuhkan mentalnya, Imelda adalah wanita yang jauh lebih mengerikan daripadanya. Orang-orang tidak mengetahui hal kotor yang ia sembunyikan dibalik senyum lebarnya.

Rakri mengangkat kedua tangannya menghadang Imelda yang hendak memeluknya, "Mari buat kesepakatan."

Imelda mengangkat sebelah alisnya penasaran, bisa dibilang hampir tidak pernah Rakri meminta sesuatu padanya. Sebab Rakri tidak pernah berbicara lebih dulu padanya, mungkin karena kebencian Rakri jauh lebih dalam dari yang ia rasakan.

"Tumben sekali Rakri-ku mengatakan hal seperti itu, apa yang kau inginkan?" tanya Imelda melipat tangannya di depan dada dengan senyuman, namun Rakri tahu. Senyuman itu hanyalah topeng, wanita ini sedang mencurigainya.

"Aku ingin melakukannya di luar dari rumah, seperti hotel atau penginapan. Aku bosan di sini," kata Rakri penuh percaya diri membuat Imelda tertawa begitu mendengar perkataannya.

Who is He? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang