⚠️Warning : Part ini mengandung unsur dewasa seperti kata-kata vulgar, kelainan seksual, seks, kekerasan; sadis dan lain-lainnya⛔
Meliani duduk diam seperti manusia tanpa jiwa, dia tidak mengingat bagaimana dia bisa mendekam di penjara sampai proses penyelidikan selesai dan persidangan dilaksanakan. Dia menatap kosong pada dinding kotor di hadapannya, ruangan kecil yang sesak.
Tanpa ada kemewahan atau kesenangan.
"Kenapa? Kenapa? Kenapa aku?" gumam Meliani mulai panik, dia teringat kembali kejadian dirinya ditusuk oleh orang yang tidak dikenalinya menimbulkan rasa cemas dalam dirinya.
"Tersangka," panggil seseorang membuat Meliani menoleh pada pintu besi di sampingnya. Kedua matanya menangkap sosok sipir yang berdiri dengan wajah datarnya, tiba-tiba muncul seplastik kecil bening yang berisi obat-obatan dan cup plastik berisi air.
"Ini obatmu, bisa mengurangi rasa cemas juga." tutur sipir tersebut membuat Meliani membulatkan kedua matanya.
Senyumnya mengembang, dia berpikir itu adalah narkoba yang dikirimkan oleh suaminya. Tanpa berpikir panjang, Meliani mengeluarkan kedua obat tersebut dan segera meminumnya. Petugas sipir tersebut mengamatinya hingga Meliani memegangi dadanya terasa sakit.
Napasnya terengah-engah, pupil matanya berputar hampir putih, Meliani terbaring dengan tubuh yang tersentak kejang, busa mulai keluar dari mulutnya, ia melirik ke arah sipir di pintu seolah-olah meminta pertolongan.
Namun, kesadarannya hilang tepat saat melihat seringai sipir tersebut.
Sipir itu berbalik pergi, seringai di wajahnya perlahan menghilang, dia mengembalikan mimik wajahnya kembali ke sedia kala sembari berjalan keluar dari area penjara. Sipir tersebut masuk ke salah satu bilik kunjungan dimana biasa tamu mengunjungi tersangka, kedua matanya bertemu dengan sorot dingin Rion yang duduk tenang.
"Dia sudah memakannya," lapor sipir tersebut langsung diangguki Rion.
"Terima kasih atas kerja kerasmu," ucap Rion bangkit dari duduknya dan berjalan pergi.
WiH?
Imelda mendongak menatap bangunan besar di hadapannya, dia melepas kacamata hitamnya sembari mengamati gedung di depannya. "Apa wanita ini bercanda denganku?" ujar Imelda berdecak tidak suka, dia berjalan masuk melewati gerbang besar itu dengan dipandu oleh satpam.
Suara guru dan siswa yang memenuhi beberapa bagian ruangan terdengar, Imelda menatap dingin. Dia meminta untuk bertemu dengan Sheyna, tetapi dia tidak menyangka wanita itu memintanya menemuinya di sekolah daripada di Safe Place atau kantor Perun.
Satpam memandunya hingga sampai di depan kantor kepala sekolah, Imelda mengerutkan keningnya penuh tanda tanya. Seingatnya Sheyna sudah tidak lagi menjabat sebagai kepala sekolah Perun Senior High School setelah Horm jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He? [END]
Mystery / Thriller[Jika ada kesamaan nama tokoh, alur, dan lain-lain harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste. Dilarang plagiat!] ⚠Warning : Sexual violence, physical abuse, suicide, gasligthing, abusive words, mature content, and something about sexual.⚠ R1...