[41] - Emotion

50 13 6
                                    

Chandra memberikan beberapa dokumen yang perlu Sheyna periksa sebelum melanjutkan persidangan, sejak tiga persidangan berlalu dengan putusan hukuman yang diberikan hakim terhadap ketiga target mereka, Sheyna semakin sibuk dengan pekerjaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chandra memberikan beberapa dokumen yang perlu Sheyna periksa sebelum melanjutkan persidangan, sejak tiga persidangan berlalu dengan putusan hukuman yang diberikan hakim terhadap ketiga target mereka, Sheyna semakin sibuk dengan pekerjaannya.

"Kudengar Rakri mengunjungi ibunya ...." kata Chandra melirik sebentar memperhatikan reaksi Sheyna, namun wanita itu hanya berdehem tenang sebagai jawaban, itu tandanya Rakri pergi memang atas izinnya.

"Kenapa kau mengizinkannya pergi?" tanya Chandra penasaran.

Baik Sheyna ataupun Rakri, Chandra tidak bisa memahami jalan pikir keduanya. Mereka seperti dua arah magnet yang saling berlawanan, anehnya terkadang mereka seperti menyatu seolah-olah saling melengkapi satu sama lain dengan sempurna.

"Karena itu yang dia inginkan," jawab Sheyna singkat masih fokus pada pekerjaannya.

Chandra menaikkan sebelah alisnya penuh tanda tanya, "Apa kau tidak tahu apa yang terjadi padanya?"

Barulah Sheyna mengangkat pandangannya setelah mendengar pertanyaan Chandra, dia menangkat sebelah alisnya menanyakan maksud pria itu. "Apapun yang terjadi, dia bisa mengurusnya. Dia sudah dewasa, bukan anak kecil yang harus dijaga." jawab Sheyna tidak acuh.

"Tidak, kali ini berbeda. Aku dengar dari petugas sipir, mereka mendengar bahwa Almira—ibunya—memaki-maki dirinya, kurasa ini lebih serius. Raut wajahnya juga tidak bagus saat aku melihatnya di lift." terang Chandra membuat Sheyna menghela napas berat sembari menyenderkan punggungnya pada kursi.

"Aku sudah menduganya ... kau bisa pergi, sisanya akan kubereskan nanti," putus Sheyna beranjak dari duduknya dan berjalan pergi, Chandra hanya memandang punggung Sheyna menjauh dalam diam.

"Aku mendapat firasat buruk tentang ini ...." gumam Chandra pada dirinya sendiri.

Sheyna berjalan keluar dari kantornya melewati beberapa kamar asrama kosong untuk mencapai kamar Rakri, begitu sampai di depan pintu, dia mengetuknya. Namun dia tidak kunjung mendapatkan jawaban dari Rakri, "Rakri?"

Sheyna mencoba membuka pintu kamar pria itu dan benar saja, lagi-lagi Rakri tidak mengunci pintu kamar asramanya. Sheyna membuka sedikit pintu tersebut dan berjalan masuk dengan kegelapan yang menyambut kedatangannya.

Sheyna mengedarkan pandangannya mencari sosok Rakri, namun tidak terlihat tanda-tanda pria itu berada di ruang tamu. Dia mencoba berjalan mengunjungi kamarnya, dia mengetuk sebentar sebelum masuk.

Remang-remang lampu kuning yang menyala memperlihatkan sosok Rakri yang terbaring di kasur sembari menutupi wajahnya dengan lengannya, Sheyna berjalan medekati pria itu. "Apa yang terjadi?" tanya Sheyna dengan tangan yang berlipat di depan dada.

"Tidak ada ...." jawab Rakri singkat tanpa bergerak dari posisinya.

Sheyna berjalan dan duduk di pinggir kasur sembari memandangnya, jelas sekali pria itu tengah depresi setelah bertemu dengan ibunya. Entah apa yang dia bicarakan bersama ibunya, yang pasti bukanlah hal yang baik.

Who is He? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang