"Sidang tersangka M ditunda sementara ...."
"Tersangka M ditemukan overdosis dalam sel penjara, saat ini tersangka M dilarikan ke rumah sakit terdekat ...."
"Tersangka M ditemukan overdosis tiga hari sebelum jadwal sidangnya ...."
"Aksi bunuh diri tersangka M yang terjadi ditemukan tidak sadarkan diri pukul 09.00 pagi ...."
Almira segera mematikan televisi begitu melihat semua siaran berita yang hampir dipenuhi oleh situasi Meliani, sejak penangkapan Imelda baru-baru ini, Almira memilih mengurung diri di rumah agar tidak terlibat dengan keduanya.
Namun, cepat atau lambat, dia akan terseret juga.
Dalam balas dendam Rakri, yang diinginkan anaknya sendiri.
Almira menggigiti kuku ibu jarinya merasa gelisah, "Tidak, tidak bisa begini. Aku harus menemui wanita itu!"
Almira segera bangkit menenteng tasnya dan berjalan keluar rumah, dia berjalan hingga di depan pintu gerbang dimana mobil taksi sudah menunggu. Almira masuk ke mobil taksi tanpa melepas kacamata hitamnya, "Tolong ke Safe Place, Pak."
"Baik."
Mobil taksi yang dia naiki melaju membelah jalanan menuju Safe Place, tak butuh waktu yang lama dia sampai di tempat tujuan. Almira segera memberikan sopir tersebut selembaran uang berjumlah besar dan keluar tanpa menunggu apapun.
Almira menunduk menutupi wajahnya sembari berjalan cepat memasuki Safe Place, dia mendekati meja resepsionis dengan terburu-buru. "Apakah nona Perun ada disini? Aku ingin bertemu dengannya," kata Almira tanpa basa-basi sembari melepas kacamata hitamnya.
Resepsionis tersebut yang sudah mengenali wajahnya mengangguk, "Ya, silahkan naik. Nona sudah menunggu Anda."
Almira terdiam sebentar, lagi-lagi dia merasa wanita itu sudah memperkirakan setiap gerakannya. Almira mengangguk dan berjalan pergi, dia menaiki lift dengan jantung yang berdebar. Ini adalah pertaruhannya, dia tidak peduli lagi dengan larangan suaminya.
Saat ini yang harus dia lakukan adalah menemui Sheyna, agar bisa bertemu dengan Rakri. Dia akan mencoba cara terendah bahkan merangkak sekalipun untuk menemui Rakri, dia harus bertemu Rakri. Karena itu, dia akan menemui Sheyna terlebih dahulu.
Ting!
Pintu lift terbuka, Almira melangkahkan kakinya keluar berjalan menuju ruangan Sheyna di ujung koridor. Keringat dingin mulai membasahi wajahnya, Almira menarik napas dalam sembari melangkah maju. Jantungnya berdebar kencang seiring langkah kakinya mendekati ruangan Sheyna, kedua kakinya berhenti tepat di depan pintu ruangan Sheyna.
Tanpa basa-basi, dia membuka pintu ruangan Sheyna menampakkan sosok wanita itu sedang duduk dengan segelas teh hangat serta kaki yang bersilang seolah-olah sudah menantikan kedatangannya. Sheyna mengangkat pandangannya dan tersenyum sopan, "Silahkan masuk, Nyonya Ness."
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He? [END]
Mystery / Thriller[Jika ada kesamaan nama tokoh, alur, dan lain-lain harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste. Dilarang plagiat!] ⚠Warning : Sexual violence, physical abuse, suicide, gasligthing, abusive words, mature content, and something about sexual.⚠ R1...