[21] - Penerobosan

150 31 6
                                    

Prang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prang!

Ke sekian gelas pecah hancur berkeping-keping berserakan di lantai, Rakri menatap pecahan tersebut tanpa minat. Pikirannya sibuk berkelana mengenai Sheyna, teguran keras yang dia dapatkan dari Sheyna mengacaukan aktivitasnya, termasuk kewarasannya.

Pikiran bahwa Sheyna tidak segan meninggalkannya seorang diri membuatnya kacau, ditambah Sheyna yang tidak pernah mengunjunginya setelah beberapa hari dia melampiaskan amarahnya. Rakri tidak dapat mengabari Rion, bahkan panggilannya ditolak. Kemungkinan besar Rion pun tak luput dari kemarahan Sheyna, "Sial, sial, sial."

Rakri mengacak-acak rambutnya frustasi, tindakan Sheyna memang tidak jauh berbeda dari orang tuanya. Namun bukan hal itu yang Rakri permasalahkan, masalahnya adalah dia tidak tahu kapan kemarahan Sheyna mereda.

Chandra mengunjunginya dua hari sekali dan pria itu bungkam mengenai kondisi Sheyna, hal itu membuat Rakri jauh lebih frustasi. Tangannya mengepal kuat hingga buku-buku kukunya memutih, "Brengsek."

WiH?

Ketiga wanita berpakaian elegan dengan beberapa pengawal berdiri di belakang mereka, Almira, salah satu dari ketiga wanita itu meremas jari kirinya merasa tegang dengan pandangan dua wanita di hadapannya, tak lain dan tak bukan adalah Imelda dan Meliani yang duduk bersilang kaki.

"Sudah kubilang aku tidak mau berurusan denganmu, kan? Kenapa kau memanggilku juga?" tanya Meliani tanpa basa-basi menatap Almira dingin.

Sejak dia dikabarkan bahwa Rakri melarikan diri, Meliani adalah orang pertama yang memutuskan hubungan dengan perusahaan sebagai investor mereka. Almira pun tidak bisa menggonggong nyaring karena Meliani sendiri memiliki hal yang mengancamnya.

Reputasi.

Satu hal yang dipertaruhkan jika salah satu dari mereka membuka bibir di hadapan media massa. Mereka mengetahui hal tersebut dengan baik, sebab itu mereka saling bungkam apapun yang terjadi, termasuk perlarian Rakri agar tidak tercium pihak kepolisian.

Tidak menutup kemungkinan bahwa peluang kabur Rakri berhasil karena Meliani mengizinkannya menonton berita, juga Imelda yang menyetujui untuk berhubungan seksual di hotel miliknya alih-alih di kamar Rakri seperti biasanya.

Begitu juga sekarang, Meliani semakin membatasi lingkup sosialnya saat mendengar kabar burung anak Imelda terbaring koma karena pemukulan misterius. Dia bukan wanita bodoh yang tidak menyadari hal sejelas itu, jika harus mencari siapa orang gila yang berani mengganggu mereka, maka jawabannya hanyalah satu.

Rakri.

"Seperti yang kalian ketahui, Rakri menghilang sudah lebih dari dua bulan. Saat ini saya sudah mengetahui keberadaan Rakri, namun saya perlu bantuan kalian berdua." terang Almira membuat Meliani menaikkan sebelah alisnya tertarik, sedangkan Imelda mengepalkan tangannya menahan amarah.

Who is He? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang