Rion memandang Rakri melalui pantulan cermin, dia tidak mengerti dengan jalan berpikir Rakri. Pria itu tengah sibuk memperbaiki pakaiannya sebelum berjalan pergi, Rion mengekorinya layaknya bawahan yang setia.
"Apa Anda benar-benar menemuinya?" tanya Rion tidak yakin.
"Ya, karena ibu belum menjawabku. Setidaknya ini terakhir kalinya, aku ingin mendengarnya. Apapun jawabannya, harusnya dia sudah tenang." jawab Rakri yakin.
Rion menghela napas panjang, bagaimana pun juga dia tidak bisa menghentikan Rakri. Sebab hal ini berada di luar kendalinya, dia hanya mengerjakan apa yang diperintahkan Rakri padanya. Hanya sebatas itu, namun di sisi lain Rion merasa khawatir.
Sudah berapa kali dia memergoki Rakri yang berjalan dengan pandangan kosong setiap kali berurusan tentang keluarganya. Dia sendiri tidak memahami alasan orang tuanya memperlakukannya seperti itu, bahkan orang tuanya yang membuangnya pun tidak lebih kejam dari orang tua Rakri.
Dengan kurang ajarnya Rion sempat berpikir, dia merasa beruntung dibuang oleh orang tuanya sejak bayi dan ditemukan di panti asuhan daripada dikhianati jiwa dan raganya seperti Rakri. Dia bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana melanjutkan hidup seperti Rakri.
WiH?
Rakri memandang bangunan besar di hadapannya, dia menarik napas dalam dan menghembuskannya. Rakri memantapkan dirinya, barulah dia melangkah maju memasuki bangunan tersebut. Dia mengedarkan pandangannya sebelum mendekati salah satu petugas sipir yang berjaga.
"Tolong sampaikan saya, anaknya, ingin bertemu dengan narapidana Almira Atin Ness ...." kata Rakri pada petugas sipir tersebut, petugas itu mengangguk dan melakukan panggilan telepon untuk menyampaikan permintaan Rakri.
Rakri berdiri menunggu beberapa saat sembari memperhatikan orang-orang yang menemui para narapidana, entah istri yang mengunjungi suami, orang tua yang mengunjungi anak, dan lain-lain. Rakri memperhatikan mereka semua hingga petugas sipir yang berbicara dengannya sebelumnya memandangnya.
"Maaf, narapidana menolak untuk menerima kunjungan Anda." ujar petugas sipir itu dengan berat hati.
Rakri terdiam, dia sudah menduganya. Sejak pertemuan mereka terakhir kali, dia yakin keadaan ibunya masih kacau. Hanya saja dia tidak menyangka akan seperti ini, Rakri mengangguk dan berjalan keluar dengan berat hati.
"Beliau menolak bertemu dengan Anda?" tanya Rion saat melihat Rakri kembali begitu cepat, pria itu mengangguk dan kembali masuk ke dalam mobil. Rion menutup mulutnya tanpa bertanya lebih lanjut, dia memutari mobil dan masuk ke kursi pengemudi.
Rakri membuang wajahnya keluar jendela, Aku akan berkunjung lagi ....
Hari kedua, Rakri berdiri dengan senyuman di hadapan petugas sipir yang berjaga. Setelah menerima penolakan kunjungan dari Almira, Rakri kembali lagi di jam yang sama keesokan harinya. Namun petugas sipir itu kembali memberitahukan penolakan Almira untuk bertemu dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He? [END]
Mystery / Thriller[Jika ada kesamaan nama tokoh, alur, dan lain-lain harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste. Dilarang plagiat!] ⚠Warning : Sexual violence, physical abuse, suicide, gasligthing, abusive words, mature content, and something about sexual.⚠ R1...