[12] - Kisah Rakri 2⚠️

233 59 14
                                    

⚠️Warning : Part ini mengandung unsur dewasa seperti kata-kata vulgar, kelainan seksual, seks, kekerasan; sadis dan lain-lainnya⛔

⚠️Warning : Part ini mengandung unsur dewasa seperti kata-kata vulgar, kelainan seksual, seks, kekerasan; sadis dan lain-lainnya⛔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rakri, Ibu merindukanmu ...." ucap Almira dengan senyuman manis di wajahnya.

Senyuman yang penuh kebohongan dan dengan bodohnya, Rakri masih tetap mempercayainya.

Almira berjalan mendekati Rakri dan memeluknya, sedangkan remaja tersebut hanya mematung tidak percaya. Almira mengelus puncak kepala Rakri perlahan, "Anakku sudah besar, waktu berjalan begitu cepat ...."

Tidak, Bu. Waktuku berjalan begitu lambat hingga aku putus asa.

"Tidak, karena Ibu tidak menemuiku ...." gumam Rakri dengan suara bergetarnya menahan emosi yang bergejolak dalam dirinya, dia mengepalkan kedua tangannya dengan erat hingga kuku-kukunya memutih.

Almira melepas pelukannya dan mendorong tubuh Rakri perlahan memberi jarak di antara mereka, dia mencermati raut wajah anaknya. Wanita itu tersenyum tipis sembari membelai wajah Rakri, "Kau pasti menderita, ya? Maaf Ibu tidak bisa menemuimu beberapa tahun terakhir ini karena perusahaan sedang mengalami masa krisis dan kau tahu Rakri ...."

Almira memotong ucapannya dengan raut wajah ragu, dia menggigit bibirnya gelisah. Raut wajah Almira berubah seolah-olah hampir menangis membuat Rakri bingung.

"Kenapa, Ibu? Ada apa dengan perusahaan?" tanya Rakri khawatir.

"Rakri, perusahaan ayah ... terancam bangkrut ...." jawab Almira menangis dengan airmata yang membanjiri wajahnya, Rakri terdiam. Dia kebingungan melihat ibunya yang menangis di hadapannya setelah bertahun-tahun tidak menemuinya, juga dengan berita buruk yang dibawanya.

"Bagaimana ini? Padahal ayah dan Ibu sudah susah payah membangunnnya, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Rakri, apa yang harus Ibu lakukan? Kami berusaha mencari investor, namun tidak banyak yang bertahan lama ...." terang Almira menangis putus asa sembari menggoyangkan lengan Rakri.

Rakri sendiri tidak tahu harus apa, dia tidak bersekolah, dia terkurung selama lima tahun dan tidak tahu mengenai keadaan di luar sedikit pun, dia tidak tahu perubahan dunia.

"I-Ibu, berhenti menangis. Apa yang bisa kulakukan untukmu? Aku ingin membantumu, tapi aku juga tidak tahu ...." ujar Rakri berusaha menenangkan Almira yang masih menangis, wanita itu segera mengangkat kepalanya memandang Rakri tidak percaya.

"Benarkah? Kau ingin membantu Ibu?" tanya Almira memastikan, Rakri ragu sesaat lalu mengangguk.

Anehnya dia tidak bisa marah pada Almira yang mengurungnya di kamar selama bertahun-tahun, hati Rakri luluh begitu melihat airmata ibunya. Tanpa dia sadari, ucapannya membawa petaka bagi dirinya sendiri.

Almira perlahan tersenyum.

Senyuman yang membuat Rakri membencinya setiap kali dia melihatnya, itulah pukulan kedua yang terjadi dalam hidup Rakri.

Who is He? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang