⚠️Warning : Part ini mengandung unsur dewasa seperti kata-kata vulgar, penyiksaan, kekerasan; sadis dan lain-lainnya⛔
Rakri mengenakan jaket hitamnya sembari menyisir rambutnya ke belakang, Rion yang berdiri di sampingnya menyerahkan sepasang sarung tangan hitam. "Kau membawa yang kuminta, kan?" tanya Rakri mengeratkan sarung tangan bagian pergelangan tangannya.
"Ya, Tuan. Saya membawanya dan sudah menghubungi yang lainnya." jawab Rion mengangguk singkat.
Senyum miring terbit pada wajah rupawan Rakri, "Ayo pergi, saatnya mengejar ayahku yang sedang bersembunyi."
Keduanya berjalan keluar dari asrama Rakri, hari ini Sheyna tidak ada di tempat karena itu mereka bisa pergi dengan leluasa. Tentu saja hal ini sudah dibicarakan dengan kesepakatan bersama Sheyna, karena itu wanita itu meninggalkannya sementara.
Keduanya menyusuri parkiran dan masuk ke dalam mobil Rion, pria itu segera melajukan mobil menuju tempat di mana ayah Rakri, Tirta, bersembunyi. Rakri menatap layar ponselnya yang menunjukkan posisi ayahnya, dia tersenyum miring.
"Kau tidak hebat dalam hal bersembunyi, ayah ...." gumam Rakri menatap titik merah yang bercahaya di layar ponselnya.
WiH?
Tirta membuang telepon rumahnya ke lahan belakang, setelah mendapat ancaman dari Rakri, dia segera memutus kabel telepon dan membuang agar anaknya itu tidak bisa melacaknya. Tanpa dia ketahui, nyatanya Rakri sudah mengetahuinya.
"Anak sialan! Dari mana dia belajar hal seperti itu?" umpat Tirta mengacak rambutnya frustasi.
Anak yang selalu meringkuk setiap kali dia mengangkat tangannya kini mengancamnya hanya dengan sepatah kata. Ketakutan serta intimidasi yang dia rasakan, Tirta yakin anaknya itu tidak main-main. Sebab dia bergandengan tangan dengan Perun, predator teratas saat ini.
Anak kecil yang tidak tahu menahu mengenai dunia, yang hanya menerima hukuman tanpa mengeluh banyak kini berubah menjadi predator. Tirta berdecak, "Padahal aku mengajarinya untuk menjadi predator Horm yang melahap Perun, tapi dia malah bergandengan tangan dengan Perun!"
Tok tok tok!
Tirta terdiam, suara ketukan pintu yang membuatnya gugup setengah mati. Dia yakin tidak ada orang yang tinggal di sekitar rumah ini, karena ini hanyalah rumah tua yang dibeli untuk lahan investasi. Bahkan rumah sekitarnya juga bukanlah rumah yang layak ditinggali.
Tirta perlahan melangkah mendekati jendela dengan jantung yang berdebar kencang, keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Perlahan tapi pasti, Tirta menyibak sedikit gorden tersebut untuk mengintip siapa yang baru saja mengetuk pintu rumah tua ini.
Pupil mata Tirta melebar dan dia mengumpat kecil, "Sial!"
Tirta segera menjauhi pintu dan jendela tersebut, dia buru-buru mengeluarkan barang-barang yang tidak penting dari tas yang dia bawa sebelumnya dan hanya menyisakan tumpukan uang. Ketegangan yang mencekat bersamaan hawa dingin yang menyelimuti, terdengar suara yang hendak mendobrak pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He? [END]
Misteri / Thriller[Jika ada kesamaan nama tokoh, alur, dan lain-lain harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste. Dilarang plagiat!] ⚠Warning : Sexual violence, physical abuse, suicide, gasligthing, abusive words, mature content, and something about sexual.⚠ R1...