[Jika ada kesamaan nama tokoh, alur, dan lain-lain harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste. Dilarang plagiat!]
⚠️Warning : Sexual violence, physical abuse, suicide, gasligthing, abusive words, mature content, and something about sexual.⚠️
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kalau begitu mari kita buat kesepakatan," ucap Sheyna membuat pupil mata Rakri bergetar kecil.
Dia menemukan harapan.
Sheyna tersenyum tipis, "Sederhana saja, kau harus berjanji bahwa kau tidak melakukan hal-hal yang membahayakan Safe Place dan Perun. Maka sebagai balasannya, aku akan melindungi bahkan menyembunyikanmu selama kau melakukan keinginanmu."
Rakri diam, dia memutar otaknya memperhitungkan keuntungan setiap rencananya jika dia menerima tawaran Sheyna. Keuntungan yang pastinya dia dapatkan layaknya memanen segudang padi yang tidak akan habis walau tujuh turunan pun.
"Ya, aku akan melakukannya. Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku memberi cap darah di atas kertas putih sebagai jaminan? Atau memberikan nyawaku jika saja aku melanggar kesepakatan kita?" tanya Rakri dengan entengnya membicarakan nyawanya sendiri membuat Sheyna mendesah berat untuk ke sekian kalinya.
Rakri benar-benar persis seperti cerminannya.
"Tidak, tidak perlu sampai segitunya. Aku hanya memegang kata-kata lisanmu, karena jika kau melanggarnya, kau tidak akan bisa memperkirakan sanksi apa yang akan kuberikan padamu." jawab Sheyna membuat Rakri menatapnya aneh.
Apa yang bisa dipegang oleh ucapan lisan? Itu hanya sekedar muslihat yang dapat diubah selama bibir seseorang terbuka, pikir Rakri.
"Bagaimana? Kau setuju?" tanya Sheyna menaikkan sebelah alisnya dengan senyuman miringnya.
"Kalau begitu ...."
Rakri akhirnya membuka bibirnya, dia bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Sheyna. Dia berdiri tepat di samping kursi Sheyna berada, lalu dia menurunkan tubuhnya setengah berlutut sembari meraih kaki kanan Sheyna.
Sheyna menatapnya dengan kedua mata yang membelalak tak percaya, Jangan bilang pria ini ....
Rakri menundukkan kepalanya seolah-olah tengah melakukan penghormatan, jemari panjangnya melingkar sempurna di pergelangan kaki Sheyna, mengangkat sedikit telapak kaki Sheyna dan mendaratkan bibirnya pada telapak kaki kanan wanita itu.
Penghormatan terhadap dewa!
Bulu kuduk Sheyna berdiri begitu merasakan bibir lembut dan hangat tersebut menyentuh telapak kakinya, Rakri melepas ciumannya dan perlahan mengangkat pandangannya menatap Sheyna dengan tangan yang masih setia menggenggam pergelangan kaki wanita itu.
Sorot matanya yang tajam menatap pupil kecoklatan milik Sheyna seolah-olah menembus hingga ke dalam jiwanya, "Kau bisa memegang sumpahku."
Sheyna merinding ngeri menatap Rakri dengan pandangan tidak percaya, begitu mudahnya pria di hadapannya merendahkan dirinya dan melakukan penghormatan padanya hanya untuk menjaga kata-katanya.
Pria ini gila! Dia lebih gila dari perkiraanku!
"Cukup, aku paham. Hentikan sikap berlebi—"
Ucapan Sheyna terputus saat dia merasakan kembali bibir Rakri mendarat di punggung kakinya, rasa gelitik dan hangat menjalar dari punggung kakinya hingga seluruh tubuhnya. Kali ini Rakri mencium kakinya lebih lama dari sebelumnya membuatnya merasa terbebani, "Rakri."