[16] - Kisah Penyihir dan Gadis Desa

190 41 17
                                    

Imelda menyisir rambutnya ke belakang dengan perasaan kesal, "Sialan, tidak ada yang berjalan beres!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Imelda menyisir rambutnya ke belakang dengan perasaan kesal, "Sialan, tidak ada yang berjalan beres!"

Selang beberapa waktu, salah satu pengawal kepercayaannya berjalan mendekatinya dengan raut wajah takut bercampur ragu, Imelda yang melihat itu menaikkan sebelah alisnya meminta penjelasan. "Nyonya, tuan muda—"

"Jangan membuang waktuku, cepat katakan!" bentak Imelda marah.

"Tuan muda ditemukan di gang kecil bersimbah darah tidak sadarkan diri ...." lapor pengawal tersebut menundukkan kepalanya penuh sesal.

Pupil mata Imelda bergetar membelalak tidak percaya, jantungnya terasa tenggelam hingga seperti berhenti berdetak sejenak. Tubuhnya terasa lemas hingga Imelda hampir terjatuh jika saja tidak di tahan oleh pengawalnya, Imelda menoleh, "Apa? Anakku bersimbah darah?? Bawa aku ke sana, bodoh!"

"Baik, Nyonya!" jawab pengawal tersebut menuntun Imelda berjalan ke mobil.

"Tuan muda sekarang dilarikan ke rumah sakit terdekat, saya meminta yang lainnya memeriksa CCTV jalan untuk mencari pelakunya." terang pengawalnya sembari mengendarai mobil menuju rumah sakit tempat anak Imelda dilarikan.

"Bagaimana bisa? Apa yang kalian lakukan? Terlebih lagi dia mabuk! Sialan, aku sudah bilang untuk tidak minum terlalu banyak, dasar anak tidak tahu untung!" umpat Imelda merasa kesal.

Kesal sekaligus amarah berputar dalam dirinya membuat kepalanya berdenyut, Imelda memijat pelipisnya sembari memejamkan matanya berusaha menenangkan emosinya. Beberapa saat kemudian, mereka tiba di salah satu rumah sakit terdekat. Imelda segera turun dari mobil dan berjalan masuk mencari anaknya.

"Nyonya, di sebelah sini." panggil salah satu pengawalnya yang tinggal di rumah sakit, dia menuntun Imelda dan pengawal lainnya menuju salah satu kamar VIP.

Bau obat-obatan menyeruak dengan tajam menusuk indra penciuman bersama bunyi mesin elektrokardiogram yang menggema di seluruh ruangan, di sampingnya anaknya terbaring dengan ventilator yang terpasang di hidungnya tidak sadarkan diri.

Imelda mendekati anaknya dengan kaki gemetar, "A-anakku ...."

Seorang dokter berjalan mendekatinya begitu mengetahui identitas pasiennya, "Pasien mengalami kondisi koma akibat benturan keras di kepalanya untungnya tulangnya tidak mengalami keretakan, namun sepertinya pasien mengalami kekerasan karena ditemukan beberapa memar di sekitar tubuhnya."

"Apakah anakku akan sadar, Dok?" tanya Imelda menoleh ke arah dokter di sampingnya.

Raut wajah dokter tersebut terlihat serius, dokter tersebut menghela napas berat dan menggeleng pelan. "Saya masih belum memastikan waktunya, sebab pasien belum menunjukkan respon." jawab dokter tersebut membuat Imelda oleng.

Setelah menyampaikan hasilnya, dokter tersebut pamit undur diri, sedangkan Imelda berdiri menatap nanar pada anaknya saat ini. Terbaring dengan ventilator dan kepala yang terbalut kain kasa, Imelda mengepalkan tangannya.

Who is He? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang